Musim Hujan Bencanapun Datang

id Musim Hujan Bencanapun Datang, Alam, Terendam, Penghujan, Lingkungan, Air, Angin, To[pan, Banjir, Danai, Laut, Sungai, Meluap, Rob, Payung, Taruna Sia

Musim Hujan Bencanapun Datang

Tim SAR Kabupaten Lampung Barat dan warga sekitar terus mencari dua warga dilaporkan hanyut di Sungai Samang, Pekon (Kampung) Tanjungsari Kecamatan Bandar Negeri Suoh, Kabupaten Lampung Barat. (ANTARA FOTO/Dok. BPBD Lampung Barat).

Dibandingkan dengan karakteristik iklimnya selama 30 tahun, awal musim hujan 2014/2015 diperkirakan mundur."
Jakarta (Antara) - Memasuki November, hujan mulai intens membasahi sejumlah wilayah di Tanah Air yang dimulai dari wilayah barat yaitu Pulau Sumatera.

Seperti yang sudah diprediksikan oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sebelumnya bahwa sebagian besar wilayah di Indonesia akan mulai memasuki musim hujan pada Oktober 2014.

"Dibandingkan dengan karakteristik iklimnya selama 30 tahun, awal musim hujan 2014/2015 diperkirakan mundur," kata Kepala BMKG Andi Eka Sakya.

Sebanyak 48,72 persen wilayah Indonesia masuk awal musim hujan pada Oktober 2014.

Sedangkan sebanyak 46,16 persen diperkirakan awal musim hujannya mundur dan yang sama sebanyak 34,11 persen.

Lebih lanjut Andi menjelaskan bahwa sifat musim hujan kali ini diprakirakan normal jika dibandingkan dengan rata-rata klimatologisnya yaitu sebanyak 68,81 persen.

Ia menjelaskan bahwa pola hujan di Indonesia ada tiga tipe yakni monsunal, ekuatorial, dan lokal.

Sebagian wilayah di Riau, Sumsel, Jambi, Lampung, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalsel dan Kalteng memiliki tipe hujan monsunal, dimana puncak hujan terjadi pada bulan Januari, ujar dia.

Sementara Di Aceh, Sumut, Sumbar, Bengkulu, Kalbar, Kaltim, Sulawesi, Malut dan Papua memiliki tipe hujan ekuatorial, di mana puncaknya terjadi pada bulan November.

Sedangkan di Maluku dan Sorong Papua Barat pola hujan berupa tipe lokal dengan puncaknya terjadi pada antara Juni dengan Juli.
 
                                    Waspada Bencana
Hujan yang intensitasnya mulai tinggi itu ternyata berdampak pada timbulnya banjir dan longsor serta ancaman puting beliung yang perlu diwaspadai oleh semua pemangku kepentingan di berbagai wilayah di Tanah Air.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan bahwa tren bencana puting beliung kini terus meningkat signifikan di berbagai wilayah di Indonesia.

Menurut dia dalam kurun waktu 10 tahun yaitu pada 2003 hingga 2013 kejadian puting beliung meningkat 1.577 persen.

Dampak yang ditimbulkan akibat bencana tersebut adalah 303 orang meninggal, 252.877 orang menderita, 29.108 rumah rusak berat, 13.184 rumah rusak sedang, 89.576 rumah rusak ringan, dan ratusan fasilitas umum rusak.

Sedangkan akibat banjir telah menggenangi sebanyak 37 kecamatan di enam kabupaten di Provinsi Aceh pada awal November 2014.

Dengan rician Kabupaten Aceh Besar sebanyak tiga kecamatan, Kabupaten Aceh Singkil melanda empat kecamatan, Kabupaten Aceh Jaya (lima kecamatan), Kabupaten Aceh Barat (delapan kecamatan), Kabupaten Aceh Selatan (tujuh Kecamatan), dan Kabupaten Nagan Raya (10 kecamatan).  

Akibat bencana banjir tersebut, kata dia, sebanyak 1.194 kepala keluarga atau 4.390 jiwa mengungsi di Aceh Jaya dan 12 kepala keluarga (48 jiwa) mengungsi di Aceh Besar.

Selain itu seribuan rumah terendam banjir hingga 2,5 meter yaitu di Aceh Besar sebanyak 1.000 rumah, Aceh Singkil sebanyak 203 rumah, Aceh Jaya sebanyak 1.863 rumah, Aceh Barat sebanyak 100 rumah, Aceh Selatan sebanyak 3.697 rumah, dan Nagan Raya sebanyak 6.642 rumah.

Hujan dengan intensitas tinggi juga telah menyebabkan tanah longsor di sejumlah titik di kawasan Glee Paro, Kabupaten Aceh Besar, sehingga melumpuhkan arus transportasi Banda Aceh ke Calang, Kabupaten Aceh Jaya.

Untuk mengatasi hal itu peralatan berat telah dikerahkan untuk membersihkan material longsoran, kayu dan batu yang menutup beberapa ruas jalan. Beberapa lokasi masih belum dapat dijangkau karena jalan longsor dan terendam banjir ditambah hujan masih terus turun sehingga menghambat evakuasi.
    
                                  Bantuan dan Kesiapsiagaan
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah memberikan bantuan dana sebesar Rp1,2 miliar untuk penanganan tanggap darurat banjir di Provinsi Aceh.

Kepala BNPB Syamsul Maarif juga telah memerintahkan Tim Reaksi Cepat BNPB yang berada di lokasi bencana untuk terus mendampingi BPBD dalam penanganan darurat.

Sementara itu Kementerian Sosial juga terus mendorong penyaluran bantuan logistik untuk warga di tiga kabupaten yang dilanda banjir dan longsor di Provinsi Aceh.

"Tiga kabupaten yaitu Aceh Besar, Aceh Jaya dan Aceh Barat Daya sudah mengajukan permohonan bantuan, kita dorong bantuan ke sana," kata Direktur Perlindungan Sosial Korban Bencana Alam Kementerian Sosial Margowiyono menjelaskan.

Margo menjelaskan bahwa sebelumnya Kementerian Sosial juga sudah mengirimkan bantuan berupa keperluan logistik sebanyak 5.000 paket berupa lauk pauk, tenda, family kit, dan berbagai kebutuhan lainnya.

"Senin (3/11) sudah kita kirim ke provinsi, masing-masing dari gudang di Jakarta dan Palembang," kata Margo, menjelaskan.

Lebih lanjut dia mengatakan bahwa sinergi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam penanganan bencana sudah dilakukan terutama untuk masa tanggap darurat.

Selain itu, kata dia, sebagai bentuk kesiapsiagaan, Kemensos juga sudah mengirimkan buffer stok (stok penyangga) ke setiap provinsi.

Di samping logistik, kesiapsiagaan sumber daya manusia juga terus dipersiapkan, tambah Margo, yaitu meningkatkan kemampuan Taruna Siaga Bencana (Tagana).