AS Minta Iran Kembalikan Pesawatnya

id pesawat

Washington (ANTARA/AFP) - Presiden Barack Obama menyatakan, Senin, Washington telah meminta Iran mengembalikan pesawat tak berawak AS yang kata Teheran ditembak jatuh ketika sedang terbang di wilayah udaranya.
          
"Kami memintanya kembali. Kami akan melihat bagaimana orang Iran menanggapi hal itu," kata Obama pada jumpa pers bersama Perdana Menteri Irak Nuri al-Maliki.
          
Pernyataan itu merupakan konfirmasi pertama yang disampaikan pemerintah Obama mengenai keberadaan pesawat tak berawak AS di tangan Iran.
          
"Mengenai pesawat tak berawak yang ada di dalam wilayah Iran, saya tidak akan berkomentar karena itu masalah rahasia intelijen," katanya.
          
Sejumlah pejabat intelijen AS mengatakan, pesawat yang dirancang menghindari radar untuk penerbangan mata-mata itu sedang dalam misi CIA ketika hilang.
          
Iran pada 4 Desember menembak jatuh menembak jatuh sebuah pesawat tak berawak AS RQ-170 karena melanggar wilayah udara timur negara itu dekat perbatasan dengan Afghanistan dan Pakistan.
          
"Satuan-satuan perang elektronik dan pertahanan udara kami berhasil mengidentifikasi dan menembak jatuh sebuah pesawat mata-mata canggih tak berawak -- RQ-170 --  setelah pesawat itu melanggar sesaat wilayah perbatasan timur," kata kantor berita Fars mengutip satu sumber militer.
          
Pesawat itu "ditembak jatuh dengan kerusakan ringan. Kini pesawat itu dikuasai pasukan kami", kata sumber itu, dengan menyebut insiden itu sebagai pelanggaran wilayah yang mencolok.
          
RQ-170 Sentinel adalah sebuah pesawat pengintai yang keberadaannya diungkapkan pada 2009 oleh media dan kemudian dikonfirmasi oleh Angkatan Udara AS pada 2010.
          
Pada Januari, Iran mengumumkan bahwa pasukannya menembak jatuh dua pesawat tak berawak AS setelah mereka melanggar wilayah udara Iran. Teheran kemudian menyatakan akan memamerkan pesawat itu.
          
Militer dan Badan Intelijen Pusat AS secara rutin menggunakan pesawat tak berawak untuk mengawasi kegiatan militer di kawasan itu. Mereka juga dikabarkan menggunakan pesawat-pesawat itu untuk melancarkan serangan rudal ke Yaman, Afghanistan dan kawasan suku Pakistan.
          
Berita mengenai penembakan jatuh pesawat AS itu tersiar ketika ketegangan meningkat antara Iran dan negara-negara Barat, khususnya Inggris.
          
Seluruh staf diplomatik Kedutaan Besar Iran di London meninggalkan Inggris pada 2 Desember setelah diusir sebagai buntut dari penyerbuan Kedutaan Besar Inggris oleh demonstran di Teheran.
          
Inggris, yang terlibat dalam konfrontasi dengan Iran karena kegiatan nuklirnya, mengungkapkan amarah atas penyerbuan perwakilan diplomatiknya di Teheran pada Selasa oleh mahasiswa garis keras dan milisi Basij sebagai pembalasan atas sanksi-sanksi baru Inggris dan Barat terhadap Iran.
          
"Jika ada negara yang membuat kita mustahil bekerja di wilayah mereka, maka mereka tidak bisa berharap memiliki kedutaan yang berfungsi di sini," kata Menteri Luar Negeri Inggris William Hague.
          
"Ini tidak berarti memutuskan hubungan diplomatik secara keseluruhan. Itu adalah tindakan yang mengurangi hubungan kita dengan Iran ke tingkat terendah sesuai dengan pemeliharaan hubungan diplomatik," katanya.
          
Hague menyatakan, adalah khayal beranggapan bahwa pihak berwenang Iran tidak bisa melindungi Kedutaan Besar Inggris, atau serangan itu bisa berlangsung tanpa "persetujuan tertentu rejim".
          
Para menteri Uni Eropa membahas "tindakan lebih lanjut yang akan diambil menyangkut upaya berlanjut Iran dalam program senjata nuklir", kata Hague.
          
Inggris dan negara-negara lain Barat menuduh Iran berusaha membuat senjata nuklir, namun Teheran bersikeras bahwa program nuklirnya murni untuk tujuan damai.