Jakarta (ANTARA) -
Sebagai salah satu bentuk penerapan prinsip environmental, social, and governance (ESG), PT Pegadaian menyelenggarakan pelatihan bertajuk "Belajar Bisnis Bareng Juragan" dengan peserta sebanyak 117 pekerja migran Indonesia (PMI) di Hong Kong.

Pelatihan itu untuk memberikan keterampilan kewirausahaan kepada para PMI, sebagai upaya mencetak pengusaha baru pada saat mereka kembali ke Indonesia.

Selain melatih kewirausahaan, Pegadaian juga memberikan literasi keuangan, yang diharapkan memacu para PMI rajin menabung dan berinvestasi sehingga saat kembali ke Indonesia memiliki bekal keuangan yang cukup untuk memulai usaha.

Kepala Departemen Community Involvement and Development Pegadaian Nur Afifah menjelaskan bahwa pihaknya membekali para PMI Hong Kong melalui lokakarya dan pelatihan untuk meningkatkan keterampilan.

Harapannya, mereka kelak memiliki penghasilan tambahan melalui bekerja atau berbisnis saat pulang ke Indonesia.

Para PMI Hongkong diberikan gambaran cara memperoleh pendapatan tambahan, menambah penghasilan sendiri dengan bisnis atau berjualan, serta memperoleh berbagi ilmu dan pengalaman bersama praktisi.

Ke depan, Pegadaian berusaha memberikan pelatihan dan literasi keuangan kepada para PMI di negara lainnya, sesuai dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB)/Sustainable Development Goals (SDGs) Nomor 8, yaitu Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi.

Tahun 2023, Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) mencatat total ada sebanyak 274.965 PMI di luar negeri, sedangkan Kementerian Ketenagakerjaan mencatat sebanyak 33.625 PMI bekerja di Hong Kong.

Sementara itu, per Februari 2024, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat terdapat sekitar 56,56 juta orang yang berwirausaha di Indonesia, atau setara 37,86 persen dari angkatan kerja nasional yang totalnya sebanyak 149,38 juta orang.

Adapun, populasi wirausahawan Indonesia mayoritas masuk kategori pemula dengan jumlah 51,55 juta orang, atau sebesar 34,51 persen dari total angkatan kerja, yang terdiri atas 29,11 juta orang yang berusaha seorang diri, serta 22,44 juta orang yang berusaha dengan dibantu buruh tak tetap/tak dibayar.

Minat besar berwirausaha

Setelah mengikuti pelatihan, Nur Afifah mengungkapkan bahwa banyak PMI yang menunjukkan minat besar untuk berwirausaha saat pulang ke Tanah Air nantinya.

Pelatihan dari Pegadaian telah membantu membuka wawasan para PMI tentang potensi usaha di berbagai sektor sehingga membuat mereka merasa lebih siap untuk memulai usaha di negeri sendiri, kelak.

Para PMI Hongkong banyak meminati bidang usaha yang meliputi usaha kecil dan menengah (UKM), terutama di sektor kuliner, perdagangan (seperti toko kelontong atau pakaian), dan jasa.

“Beberapa PMI juga tertarik untuk membuka usaha di sektor pertanian atau properti,” ungkap Nur Afifah.

Berdasarkan survei dan data dari program pelatihan, sekitar 60 sampai 70 persen PMI Hongkong yang mengikuti pelatihan menyatakan minat untuk berwirausaha setelah pulang ke Indonesia.

Sementara itu, sebagian kecil yaitu sekitar 20 sampai 30 persen, lebih memilih untuk mencari pekerjaan lain di Indonesia atau kembali bekerja di luar negeri.

Ke depan, Nur Afifah menyebut Pegadaian berencana untuk menambah inovasi dalam program pelatihan dengan memperkenalkan modul-modul yang lebih mendalam tentang digitalisasi usaha dan manajemen risiko investasi.

Selain itu, pihaknya juga akan memperluas akses ke platform digital untuk membantu PMI mengakses informasi dan layanan keuangan dengan lebih mudah.


Minat menabung dan investasi

Terkait menabung, PMI Hongkong memiliki minat yang cenderung tinggi, terutama setelah mereka mendapatkan pelatihan literasi keuangan.

Pelatihan itu membuat banyak dari mereka mulai memahami pentingnya memiliki tabungan untuk masa depan, baik untuk modal usaha maupun untuk kebutuhan jangka panjang lainnya.

Terkait investasi, minat PMI Hongkong juga semakin meningkat, yang terlihat mereka mulai mengenal dan tertarik pada investasi emas, yang juga secara khusus dipromosikan oleh Pegadaian.

Selain itu, mereka juga mulai tertarik pada instrumen investasi lain seperti saham dan properti.

“Namun, literasi terkait investasi saham dan properti masih relatif rendah dibandingkan dengan investasi emas,” ujar Nur Afifah.

Setelah mengikuti pelatihan dari Pegadaian, Nur Afifah menjelaskan ada peningkatan yang signifikan dalam pemahaman tentang manajemen keuangan pribadi, investasi, dan kewirausahaan.

Ia mengatakan, mereka lebih sadar akan pentingnya pengelolaan uang yang bijak dan memiliki strategi keuangan yang lebih baik.

Upaya ini merupakan komitmen Pegadaian dalam go international, dengan mengambil peran dalam menguatkan inklusivitas ekonomi masyarakat Indonesia.

Hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) tahun 2024 menunjukkan indeks literasi keuangan penduduk Indonesia sebesar 65,43 persen, sementara indeks inklusi keuangan sebesar 75,02 persen.

SNLIK tahun 2024 juga mencatat indeks literasi keuangan syariah penduduk Indonesia sebesar 39,11 persen, sedangkan indeks inklusi keuangan syariah sebesar 12,88 persen.

Tambahan informasi, layanan Tabungan Emas Pegadaian, yaitu berupa emas batangan dengan kadar kemurnian 99,9 persen atau 24 karat, dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Pegadaian akan berusaha terus melakukan pendampingan dan literasi keuangan PMI di negara lainnya, sebagai salah satu bentuk komitmen perusahaan dalam menerapkan prinsip keberlanjutan, sesuai dengan TPB/SDGs Ke-8 yaitu pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi.

Pembelian awal Tabungan Emas Pegadaian minimal sebesar Rp10 ribu, dengan tingkat likuiditas tinggi yang mudah dikonversikan menjadi uang tunai dengan cara gadai atau jual.

Editor: Achmad Zaenal M

Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Komitmen Pegadaian cetak pekerja migran jadi pengusaha 
 

Pewarta : Muhammad Heriyanto
Editor : Agus Wira Sukarta
Copyright © ANTARA 2024