Bandarlampung (ANTARA) - Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Lampung menyatakan terus melakukan pemantauan bagi komoditas yang berpotensi menjadi sumber inflasi di daerahnya guna menjaga pertumbuhan ekonomi.
 
"Mengenai ketersediaan pasokan dan keterjangkauan harga pangan tentu akan terus dilakukan pengawasan secara berkesinambungan," ujar Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung Junanto Herdiawan di Bandarlampung, Rabu.

Ia mengatakan pemantauan itu juga akan berfokus kepada jenis komoditi yang mudah bergejolak atau volatile food, yang bisa berpotensi menjadi sumber inflasi di daerah.
 
"Untuk volatile food akan terus kami lihat, nantinya produk atau komoditas mana yang bisa berpotensi menjadi sumber inflasi akan terus di monitor, dan kami pun memiliki beberapa program bersama Pemerintah Provinsi Lampung untuk menanganinya," katanya.
 
Dia menjelaskan salah satu program bersama untuk menjaga agar komoditas pangan yang menjadi sumber inflasi tidak bergejolak meliputi dengan mengoperasionalkan mobil operasi pasar, lalu mengoptimalkan toko pengendali inflasi dengan mengoptimalkan peranan BUMD dalam mendapatkan gabah kering giling dan ketersediaan beras di pasar, serta berkoordinasi dengan pemerintah daerah untuk melakukan operasi pasar.
 
"Inflasi gabungan empat kabupaten dan kota di Provinsi Lampung pada 2024 diperkirakan terjaga pada kisaran 2,5 plus minus 1 persen, sejalan dengan outlook pangan dan hortikultura yang masih terjaga," ucap dia.
 
Menurut dia, sejumlah hal yang harus terus dikoordinasikan dalam rangka menjaga inflasi daerah adalah melakukan penguatan kegiatan pencatatan dan diseminasi stok serta harga komoditas bahan pokok yang penting sebagai acuan dalam pengendalian inflasi.
 
Kemudian memperluas dan mendorong realisasi kerjasama antar daerah antar kabupaten dan kota untuk pangan dan hortikultura, pengelolaan ekspektasi masyarakat terhadap kecukupan pasokan beras dan mencegah panic buying.
"Meningkatkan produktivitas melalui penyaluran alsintan dan saprotan, mempercepat pupuk subsidi pada kelompok tani produktif di subsektor pangan dan hortikultura," tambahnya.
 
Diketahui inflasi Provinsi Lampung di Agustus sebesar 2,33 persen dari tahun ke tahun, dan indeks harga konsumen sebesar 107,21.
 
Inflasi tersebut terjadi akibat adanya kenaikan harga di kelompok pengeluaran salah satunya kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang mengalami inflasi 4,67 persen.
 
Dan lima komoditas dengan andil inflasi terbesar berdasarkan tahun per tahun dari kelompok makanan, minuman, dan tembakau di Agustus 2024 adalah beras dengan andil 0,40 persen, kopi bubuk 0,7 persen, sigaret kretek mesin 0,24 persen, gula pasir 0,13 persen, dan cabai rawit 0,09 persen.
 
 

Pewarta : Ruth Intan Sozometa Kanafi
Editor : Agus Wira Sukarta
Copyright © ANTARA 2024