Jenewa (ANTARA) - Direktur Regional Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk Eropa Hans Kluge mengatakan bahwa cacar monyet (monkey pox/Mpox), yang dinyatakan sebagai darurat kesehatan yang perlu menjadi perhatian internasional, bukan lah "COVID baru".
"Mpox bukanlah COVID baru, terlepas dari apakah itu cacar Clade I, yang menjadi penyebab wabah yang sedang berlangsung di Afrika Timur dan Tengah, atau cacar Clade II, yang memicu wabah tahun 2022 yang awalnya berdampak di Eropa dan terus menyebar di sana," kata Kluge, menjelaskan berbagai varian penyakit tersebut.
"Berdasarkan apa yang kami ketahui, Mpox terutama menular melalui kontak kulit ke kulit dengan lesi, termasuk saat berhubungan seks."
Menurut WHO, salah satu tujuan Pernyataan Darurat Kesehatan Global adalah agar semua negara waspada dan siap jika ada kasus cacar monyet yang masuk ke wilayah mereka.
"Kami tahu cara mengendalikan Mpox, termasuk di kawasan Eropa, mengenai langkah-langkah yang diperlukan untuk memberantas penularannya," ujar Kluge.
WHO mengatakan di situs resminya bahwa dari kasus yang dikonfirmasi di wilayah Afrika pada 2024, sebanyak 95 persen dilaporkan di Republik Demokratik Kongo, yang sedang mencatat peningkatan kasus Mpox.
Ada lebih dari 15.000 kasus yang sesuai secara klinis dan lebih dari 500 kematian yang dilaporkan, yang sudah melebihi jumlah kasus yang diamati di Republik Demokratik Kongo pada 2023.
Tahun ini, kasus Mpox, yang terkait dengan satu varian Mpox, telah dilaporkan di Republik Afrika Tengah dan Republik Kongo, sementara kasus yang terkait dengan varian lain telah dilaporkan di Kamerun, Pantai Gading, Liberia, Nigeria, dan Afrika Selatan.
Pada 15 Agustus lalu, Swedia menjadi negara pertama di luar benua Afrika yang melaporkan varian Mpox Clade 1b pada individu dengan riwayat perjalanan ke Afrika tengah, menurut WHO.
Kluge mengatakan wilayah Eropa sekarang mencatat sekitar 100 kasus Mpox baru setiap bulan.
"Meski siapa pun dapat tertular Mpox, tidak semua orang memiliki risiko yang sama," katanya.
"Orang-orang yang berinteraksi erat dengan seseorang yang menularkan penyakit, termasuk melalui hubungan seksual, memiliki risiko lebih besar untuk terinfeksi, terutama pasangan seksual. Namun, anggota rumah tangga dan petugas kesehatan juga berpotensi tertular," ujar Kluge, menambahkan.
Sumber: Anadolu
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: WHO sebut Mpox bukan "COVID baru"
"Mpox bukanlah COVID baru, terlepas dari apakah itu cacar Clade I, yang menjadi penyebab wabah yang sedang berlangsung di Afrika Timur dan Tengah, atau cacar Clade II, yang memicu wabah tahun 2022 yang awalnya berdampak di Eropa dan terus menyebar di sana," kata Kluge, menjelaskan berbagai varian penyakit tersebut.
"Berdasarkan apa yang kami ketahui, Mpox terutama menular melalui kontak kulit ke kulit dengan lesi, termasuk saat berhubungan seks."
Menurut WHO, salah satu tujuan Pernyataan Darurat Kesehatan Global adalah agar semua negara waspada dan siap jika ada kasus cacar monyet yang masuk ke wilayah mereka.
"Kami tahu cara mengendalikan Mpox, termasuk di kawasan Eropa, mengenai langkah-langkah yang diperlukan untuk memberantas penularannya," ujar Kluge.
WHO mengatakan di situs resminya bahwa dari kasus yang dikonfirmasi di wilayah Afrika pada 2024, sebanyak 95 persen dilaporkan di Republik Demokratik Kongo, yang sedang mencatat peningkatan kasus Mpox.
Ada lebih dari 15.000 kasus yang sesuai secara klinis dan lebih dari 500 kematian yang dilaporkan, yang sudah melebihi jumlah kasus yang diamati di Republik Demokratik Kongo pada 2023.
Tahun ini, kasus Mpox, yang terkait dengan satu varian Mpox, telah dilaporkan di Republik Afrika Tengah dan Republik Kongo, sementara kasus yang terkait dengan varian lain telah dilaporkan di Kamerun, Pantai Gading, Liberia, Nigeria, dan Afrika Selatan.
Pada 15 Agustus lalu, Swedia menjadi negara pertama di luar benua Afrika yang melaporkan varian Mpox Clade 1b pada individu dengan riwayat perjalanan ke Afrika tengah, menurut WHO.
Kluge mengatakan wilayah Eropa sekarang mencatat sekitar 100 kasus Mpox baru setiap bulan.
"Meski siapa pun dapat tertular Mpox, tidak semua orang memiliki risiko yang sama," katanya.
"Orang-orang yang berinteraksi erat dengan seseorang yang menularkan penyakit, termasuk melalui hubungan seksual, memiliki risiko lebih besar untuk terinfeksi, terutama pasangan seksual. Namun, anggota rumah tangga dan petugas kesehatan juga berpotensi tertular," ujar Kluge, menambahkan.
Sumber: Anadolu
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: WHO sebut Mpox bukan "COVID baru"