Bandarlampung (ANTARA) - Tim mahasiswa Institut Teknologi Sumatera (Itera) yang memperoleh pendanaan Program Kreativitas Mahasiswa 2024 Kategori Karsa Cipta (PKM-KC) berhasil mengembangkan inovasi alat pendeteksi kelainan pada tulang belakang yang dinamakan Spine Assessment.
"Spine Assessment mampu mengidentifikasi kelainan tulang belakang seperti skoliosis, lordosis, dan kifosis secara otomatis," kata Ketua tim, Anisa Prasetya Putri Kartini, dalam keterangannya di Baadarlampung, Senin.
Ia mengungkapkan, berbeda dengan alat konvensional, alat spine assessment menggunakan teknologi sensor dan pemrograman berbasis machine learning, sehingga dapat mengukur kemiringan tulang belakang dengan akurat serta memberikan output berupa diagnosis kelainan tulang belakang yang dialami pasien.
"Spine Assessment, tidak hanya berfungsi untuk mendeteksi, tetapi juga sebagai alat monitoring yang dapat mempermudah tenaga medis dalam memantau kondisi tulang belakang pasien serta menyusun rencana perawatan yang lebih terarah," kata dia.
Dia pun berharap inovasi yang dikembangkan oleh mahasiswa Itera ini dapat memberikan dampak positif bagi dunia kesehatan, terutama dalam mempercepat proses deteksi dan monitoring pasien dengan kelainan tulang belakang.
"Latar belakang kami melakukan pengembangan berawal dari kebutuhan yang mendesak akan alat yang mampu mendeteksi kelainan tulang belakang secara cepat dan akurat," katanya.
Sebab, lanjut dia, berdasarkan data Kementerian Kesehatan, kasus skoliosis, lordosis, dan kifosis di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. Sehingga deteksi dini sangat penting untuk mencegah komplikasi lebih lanjut yang bisa mempengaruhi kualitas hidup pasien.
"Namun, alat deteksi yang ada di pasaran sering kali mahal dan kurang efisien dalam memberikan diagnosis yang cepat. Dalam rangka mengatasi masalah tersebut. Tim PKM-KC Itera berinisiatif mengembangkan alat asesmen kelainan tulang belakang menggunakan sensor posisi dan machine learning," kata dia.
Menurut Anisa, spine assessment mampu memberikan hasil yang cepat dan akurat tanpa invasif dan biaya tinggi, bahkan alat ini juga mudah digunakan serta memiliki bentuk yang ringkas dan dapat disesuaikan dengan bentuk tubuh pasien.
"Inovasi Spine Assessment diharapkan dapat memberikan kontribusi nyata dalam bidang kesehatan dan menjadi inspirasi bagi mahasiswa lainnya untuk terus berinovasi serta mengembangkan kreativitas di berbagai bidang," katanya.
Spine Assessment dikembangkan oleh mahasiswa Itera yang sebagian besar berasal dari Program Studi Teknik Biomedis yang diketuai oleh Anisa Prasetya Putri Kartini, dengan anggota Mundy Malvina, Adelia Nuraini, Nadiyah, dan Putri Utami dari Prodi Matematika. Tim mahasiswa ini dibimbing oleh dosen Prodi Teknik Biomedis Itera, Rudi Setiawan, S.T., M.T.*
"Spine Assessment mampu mengidentifikasi kelainan tulang belakang seperti skoliosis, lordosis, dan kifosis secara otomatis," kata Ketua tim, Anisa Prasetya Putri Kartini, dalam keterangannya di Baadarlampung, Senin.
Ia mengungkapkan, berbeda dengan alat konvensional, alat spine assessment menggunakan teknologi sensor dan pemrograman berbasis machine learning, sehingga dapat mengukur kemiringan tulang belakang dengan akurat serta memberikan output berupa diagnosis kelainan tulang belakang yang dialami pasien.
"Spine Assessment, tidak hanya berfungsi untuk mendeteksi, tetapi juga sebagai alat monitoring yang dapat mempermudah tenaga medis dalam memantau kondisi tulang belakang pasien serta menyusun rencana perawatan yang lebih terarah," kata dia.
Dia pun berharap inovasi yang dikembangkan oleh mahasiswa Itera ini dapat memberikan dampak positif bagi dunia kesehatan, terutama dalam mempercepat proses deteksi dan monitoring pasien dengan kelainan tulang belakang.
"Latar belakang kami melakukan pengembangan berawal dari kebutuhan yang mendesak akan alat yang mampu mendeteksi kelainan tulang belakang secara cepat dan akurat," katanya.
Sebab, lanjut dia, berdasarkan data Kementerian Kesehatan, kasus skoliosis, lordosis, dan kifosis di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. Sehingga deteksi dini sangat penting untuk mencegah komplikasi lebih lanjut yang bisa mempengaruhi kualitas hidup pasien.
"Namun, alat deteksi yang ada di pasaran sering kali mahal dan kurang efisien dalam memberikan diagnosis yang cepat. Dalam rangka mengatasi masalah tersebut. Tim PKM-KC Itera berinisiatif mengembangkan alat asesmen kelainan tulang belakang menggunakan sensor posisi dan machine learning," kata dia.
Menurut Anisa, spine assessment mampu memberikan hasil yang cepat dan akurat tanpa invasif dan biaya tinggi, bahkan alat ini juga mudah digunakan serta memiliki bentuk yang ringkas dan dapat disesuaikan dengan bentuk tubuh pasien.
"Inovasi Spine Assessment diharapkan dapat memberikan kontribusi nyata dalam bidang kesehatan dan menjadi inspirasi bagi mahasiswa lainnya untuk terus berinovasi serta mengembangkan kreativitas di berbagai bidang," katanya.
Spine Assessment dikembangkan oleh mahasiswa Itera yang sebagian besar berasal dari Program Studi Teknik Biomedis yang diketuai oleh Anisa Prasetya Putri Kartini, dengan anggota Mundy Malvina, Adelia Nuraini, Nadiyah, dan Putri Utami dari Prodi Matematika. Tim mahasiswa ini dibimbing oleh dosen Prodi Teknik Biomedis Itera, Rudi Setiawan, S.T., M.T.*