Lampung Selatan (ANTARA) - Dinas Kesehatan Lampung Selatan mewajibkan masyarakat setempat untuk menjadi kader pemantau jentik (Jumantik) mandiri guna mencegah demam berdarah dengue (DBD) di wilayah tersebut.
"Ada beberapa hal yang telah dilakukan puskesmas bersama dinas kesehatan, seperti mengaktifkan kader Jumantik di setiap rumah, satu rumah satu Jumantik," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinkes Lampung Selatan Jamaluddin di Kalianda, Kamis.
Ia mengatakan pihaknya juga terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat di 17 kecamatan se-Kabupaten Lampung Selatan agar warga di wilayah itu waspada.
"Kami juga telah melakukan sosialisasi tentang DBD. Kemudian, koordinasi dengan aparat setempat dan lintas sektoral terkait dalam penggerakan dan pemberdayaan masyarakat untuk PSN (pemberantasan sarang nyamuk), biasanya dilakukan pada waktu lokakarya mini di masing-masing puskesmas atau kecamatan," kata dia.
Ia menjelaskan, pada Juni 2024, Dinas Kesehatan bekerja sama dengan puskesmas setempat telah berhasil menangani sebanyak 32 kasus DBD.
"Untuk data bulan ini atau Juni terdapat 32 kasus baru DBD. Oleh karena itu, kami terus melakukan sosialisasi dan melakukan pengasapan untuk memberantas nyamuk penyebab DBD," katanya.
Kemudian, pihaknya juga mencatat jumlah kasus DBD dari Januari hingga Juni 2024, sebanyak 145 kasus DBD. "Dari Januari sampai Juni 2024, ada 145 kasus, sedangkan pada Juni ini saja terdapat 32 kasus," kata Jamaluddin.
Menurutnya, penyebab utama keberadaan nyamuk penyebar DBD adalah hidup di lingkungan yang kurang bersih, sehingga penerapan pola hidup sehat sangat penting dilakukan, khususnya di tempat-tempat yang berpotensi menjadi sarang nyamuk.
Karena itu, untuk mencegah semakin banyaknya warga yang tertular DBD, pihaknya mengimbau dan mengajak masyarakat meningkatkan kewaspadaan melalui 3M Plus, yaitu menutup, menguras, dan mengubur, serta menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
Baca juga: Selama 2023, Dinkes Pesisir Barat tangani 148 kasus demam berdarah
Baca juga: WHO : 4 miliar orang berisiko terjangkit demam berdarah
Baca juga: Dokter sebut serangan DBD kedua kali berisiko lebih berat