Jakarta (ANTARA) - Peranan pelaku bisnis ekspor tak hanya menghasilkan keuntungan ekonomi, tetapi juga mampu membantu meningkatkan kesejahteraan sosial, lingkungan dan kemanusiaan. Upaya peningkatan kesejahteraan ini akan dapat berjalan dengan optimal melalui kolaborasi apik antara pelaku bisnis bersama lembaga sosial.

Pada Kamis (14/03/2024) di Menara Kadin Indonesia, Setiabudi, Jakarta Selatan, Dompet Dhuafa bersama para pelaku bisnis ekspor menggelar sebuah sebuah pertemuan forum kolaborasi. 

Acara ini dihadiri oleh Direktur Mobilisasi ZIS Dompet Dhuafa, Etika Setiawanti. Kemudian, salah satu sesi yang menjadi rangkaian acaranya adalah gelar wicara yang diisi oleh Mutia Safitri selaku Praktisi PT Asuransi Asei Indonesia,  Irman Adi Purwanto Moefthi selaku Analis Perdagangan Ahli Madya, Dit. Pengembangan Ekspor Produk Primer, Ditjen Pengembangan Ekspor Nasional, Kementerian Perdagangan RI, dan Maulana Hakim selaku CEO brand kuliner Teguk Indonesia & USA. 

Dalam pemaparannya, Mutia menyebutkan bahwa saat ini yang semakin tinggi ekspornya justru dari para pelaku UMKM. Maka, peluang bagi UMKM lainnya terbuka makin lebar. Selain itu, ia melihat bahwa sudah terjadi pergeseran pasar. Dahulu perbincangan ekspor itu ke negara-negara seperti Cina,  Jepang, Amerika, dan negara-negara dengan pasar global lainnya. Tapi pasar-pasar itu dalam perdagangan pasar tradisional, dari segi regulasi, untuk menerima barang masuk ke negara mereka itu lebih banyak dan rumit. 

“Sertifikasi, legalitas itu sudah pasti menjadi konsen utama. Kalau kita bicara soal eksportir pertama atau start-up itu pasti agak kesulitan. Nah, pergeseran itu sekarang sudah mulai bergeser ke non-traditional market. Yaitu pasar yang secara demand sudah mulai meningkat, tapi secara aturan masih belum terlalu ketat,” jelasnya.

Irman mengungkapkan bahwa Indonesia memiliki jumlah UMKM yang cukup banyak. Namun sangat sedikit kontribusinya terhadap aktivitas ekspor secara nasional. Di samping itu, Produk Domestik Bruto-nya tinggi. Maka jika dibandingkan dengan negara-negara sekitar, Indonesia masih kalah dalam hal ekspor.

"Untuk Indonesia sendiri, sebenarnya, walaupun UMKM kita tergolong sangat banyak. Ada sekitar 60 juta unit UMKM namun masih sekitar 15 persen lah kontribusi terhadap ekspor nasional. Bahkan juga terhadap PDB kita masih cukup besar, yaitu hampir sekitar 60 persen. Namun kontribusi Indonesia ini dibandingkan dengan negara-negara sekitar, seperti Singapura itu sudah hampir 40 persen kontribusi ekspor nya," jelasnya.

lalu bagaimana cara menarik pasar supaya produk ekspor mampu bersaing? Irman mengatakan bahwa salah satu yang menjadi pemikat pasar adalah produk halal. Sertifikasi halal memiliki peran penting untuk menarik para buyer di pasar global. Tidak hanya itu, nilai-nilai sosial di balik produk pun juga harus ada. menurut Irman, ini juga yang menjadi hal yang dilirik oleh Gen Z. Seperti yang diketahui, kini Gen Z mendominasi demografi.

Konsep ini seperti yang sudah dilakukan oleh Teguk Indonesia. Teguk menjadi produk minuman brand Indonesia yang mampu masuk di pasar Amerika Serikat. Maulana mengungkapkan bahwa keberhasilan upaya ini, selain dengan keahlian di bidang kuliner, juga karena ada untuk nilai sosial. 

"Di New York, kita datang dari satu kedai minuman tentu saja menyesuaikan dengan kualitas di sana. Namun di sisi itu, kita konsisten untuk menerapkan produk ini memiliki nilai sosial dan juga tentunya halal," ungkap Maulana. 

Oleh karena itu, Dompet Dhuafa kemudian mengajak para pelaku ekspor di Indonesia untuk melakukan kolaborasi bersama. Dompet Dhuafa menawarkan beberapa skema kerja sama yang memungkinkan untuk dilakukan. Di samping itu pula, sebagai lembaga yang mendukung perkembangan ekonomi mikro bagi para pelaku UMKM serta pedagang kecil, Dompet Dhuafa ingin produk-produk lokal mampu tembus di pasar global.

GM Penghimpunan ZIS Dompet Dhuafa, Faqih Syarafaddin dalam kesempatannya menampilkan kisah inspiratif dari seorang sosok Mang Ade. Mang Ade ini adalah salah satu petani yang tumbuh dari program pemberdayaan Dompet Dhuafa di Lembang, Jawa Barat. Dari mantan seorang pecandu narkoba, ia mampu beralih menjadi orang yang mempekerjakan petani-petani miskin di sekitarnya. Kini bahkan, ia bersama kelompok tani binaan Dompet Dhuafa sudah mampu meng-ekspor hasil taninya ke luar negeri. 

Senada dengan apa yang dipaparkan oleh para narasumber, Etika menambahkan bahwa kini Gen Z adalah generasi yang mendominasi bahkan dalam segi kedermawanan. Dompet Dhuafa memiliki pengalaman yang serupa terkait dengan pergeseran pasar. Beberapa tahun lalu, donatur Dompet Dhuafa didominasi oleh gen X dan Y. Namun kini bergeser ke gen Z. Transaksi donasinya mungkin tidak besar namun banyak.

“Yang menjadikan kami terkejut juga mereka ini kebanyakan para pelaku bisnis start-up. Mereka sangat gemar berdonasi, meskipun nilainya masih kalah dibandingkan dengan generasi sebelumnya, namun intensitasnya cukup sering dan banyak. Artinya, para generasi Z ini memiliki kepedulian yang tinggi terhadap kepedulian sesama," ujar Etika. 

Tentu akan sangat apik apabila produk-produk ekspor Indonesia selain memiliki nilai halal, juga memiliki nilai sosial. Selain memiliki nilai islami, juga memiliki nilai filantropi. Dompet Dhuafa telah banyak bermitra dengan perusahaan-perusahaan dalam hal ini. Ada lima pilar utama yang menjadi konsen pemberdayaan di Dompet Dhuafa, yaitu selain dakwah, juga ada pendidikan, kesehatan, sosial/kemanusiaan, dan ekonomi. 

Forum ini nantinya akan menjadi forum kolaborasi antara Dompet Dhuafa dengen para pelaku ekspor. Tidak hanya bagi para eksportir yang hadir pada kesempatan ini, Dompet Dhuafa juga membuka peluang kolaborasi seluas-seluasnya bagi pelaku ekspor. Ruang Kolaborasi bagi para eksportir bersama Dompet Dhuafa dapat selengkapnya diakses pada https://www.dompetdhuafa.org/exporter/.


Dompet Dhuafa 

Dompet Dhuafa adalah lembaga filantropi islam yang berkhidmat dalam pemberdayaan kaum dhuafa dengan pendekatan budaya, welasasih (filantropis) dan wirausaha sosial. Menapaki perjalanan lebih dari tiga dekade (30 tahun), Dompet Dhuafa berkontribusi menghadirkan layanan bagi pemberdayaan dan pengembangan umat melalui lima pilar program yaitu pendidikan, kesehatan, ekonomi,  sosial kebencanaan, dakwah dan budaya, serta CSR. 

(Berita kerja sama/adv)
 

Pewarta : Muklasin
Editor : Hisar Sitanggang
Copyright © ANTARA 2024