Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi menyatakan saat ini harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani mulai berangsur turun menjadi Rp7.100 per kilogram (kg).

"Harga GKP sedang mengalami penurunan secara bertahap sejak minggu kedua Februari 2024. Hari ini harga gabah kering panen di tingkat petani sudah sekitar Rp7.100 per kilogram,” kata Arief dalam CNBC Ekonomi Outlook 2024 di Jakarta, Kamis.

Dia meyakini apabila harga gabah tersebut sudah turun dari Rp8.600 per kg ke Rp7.100 per kg dalam dua sampai tiga minggu ke depan maka harga beras juga akan terkoreksi signifikan.

"Kalau harga gabahnya Rp8.000 per kg,  jangan heran harga berasnya Rp16.000 per kg. Kalau mau harga berasnya Rp14.000 per kg maka harga gabahnya kurang lebih Rp7.000 per kg," katanya.

Menurut Arief beras makin mahal lantaran kenaikan harga GKP juga mengalami kenaikan. Biasanya, sambung Arief, cara simpel menghitung harga beras yaitu dua kali lipat harga GKP.

Arief menegaskan kondisi harga beras yang mengalami kenaikan dalam beberapa waktu terakhir dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain kenaikan ongkos input produksi seperti pupuk, benih, sewa lahan, upah pekerja, dan lainnya.

“Kenapa harga beras tinggi? Karena delapan bulan terakhir defisit, jadi antara produksi dan konsumsi. Kalau lihat tahun 2023 surplus hanya 340 ribu ton, sementara kebutuhan nasional itu 2,5-2,6 juta ton (per bulan). Pada saat produksi demikian persaingan mendapatkan GKP (Gabah Kering Panen) berebut di tingkat petani," ujar Arief.

Bapanas memprediksi harga beras akan mengalami pengoreksian signifikan dalam dua hingga tiga pekan ke depan mengacu pada harga GKP di tingkat petani yang sudah mengalami penurunan.

Arief menyebut berdasarkan data panel harga pangan Bapanas per 28 Februari 2024, rata-rata harga GKP tingkat petani berkisar Rp7.120 per kg, sedangkan harga rata-rata beras premium di tingkat konsumen berkisar Rp16.770 per kg, dan beras medium di tingkat konsumen berkisar Rp14.480 per kg.

Lebih lanjut, Arief menyampaikan Bapanas telah menetapkan stok beras minimal yang dikelola Perum Bulog di 1,2 juta ton. Bahkan Presiden Joko Widodo meminta stok terus diperkuat hingga mencapai 3 juta ton.

Dengan adanya stok Cadangan Pangan Pemerintah (CPP) yang mumpuni, pemerintah akan leluasa dalam melaksanakan program intervensi demi stabilisasi pangan. Penguatan stok CPP tentunya tetap harus mengutamakan produksi dalam negeri.

Di tempat yang sama Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krishnamurti mengharapkan panen raya Maret 2024 dapat memberikan optimisme terhadap perbaikan stabilitas kondisi perberasan.

"Saat ini (beberapa wilayah) di Kendal, Sragen, Demak, Indramayu, dan OKU (Ogan Komering Ulu) di Sumatra Selatan sudah mulai panen dan barangnya (beras) mulai banyak. Indikasinya semakin kuat misalnya di Pasar Induk Johar di Karawang penuh dengan truk-truk berisi beras. Ini harga beras cenderung turun," kata Bayu.

Bayu menegaskan hal yang paling utama menjaga ketersediaan pangan di pasaran yakni dengan tetap menyediakan stok sehingga tidak terjadi kelangkaan pasokan, terutama dalam menghadapi Ramadhan dan Idul Fitri 1445 Hijriah.

Baca juga: Bapanas: Pemerintah terus seimbangkan ketersediaan beras nasional

Baca juga: Pemkot Bandarlampung salurkan bantuan beras dari Badan Pangan Nasional

Baca juga: Disperindag Lampung targetkan lakukan OP di 300 titik


 


Pewarta : Muhammad Harianto
Editor : Edy Supriyadi
Copyright © ANTARA 2024