Jakarta (ANTARA) - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI menargetkan pertumbuhan kredit sebesar 10 persen pada 2024.

“Dengan mempertimbangkan resiliensi Indonesia, kami memperkirakan kredit tahun depan akan lebih baik, sebesar 10 persen atau sejalan dengan pertumbuhan industri,” kata Direktur Human Capital & Compliance BNI Mucharom di Jakarta, Senin.

Dia menjelaskan segmen yang menjadi fokus perseroan adalah korporasi, termasuk korporasi blue chip, baik perusahaan swasta maupun Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Di samping itu, bank juga menargetkan segmen turunan di bawahnya, mulai dari segmen enterprise hingga segmen konsumer.

Proyeksi tersebut mempertimbangkan kondisi makroekonomi saat ini, baik di level global maupun domestik.

Menurut Mucharom, perekonomian Indonesia menunjukkan ketangguhan yang diperkirakan akan bertahan hingga tahun depan.

Terlebih, regulator mempersiapkan kebijakan fiskal dan moneter yang menopang perekonomian serta kondisi konsumsi domestik yang tetap terjaga.

Di samping itu, Mucharom optimistis Pemilu akan berlangsung kondusif sehingga memberikan dampak yang positif terhadap perekonomian.

Bank berkode saham BBNI itu juga akan memusatkan perhatian terhadap efisiensi pengelolaan cost of fund, menimbang margin suku bunga yang diperkirakan masih tetap tinggi.

“Kami optimistis kinerja kami terus meningkat. Tapi ini proyeksi awal, kami masih perlu mencermati berbagai indikator untuk kredit dan laba secara lebih presisi,” jelas Mucharom.

BNI membukukan laba Rp15,8 triliun pada kuartal III-2023, tumbuh 15,1 persen secara tahunan (year-on-year/yoy). Pencapaian laba didukung oleh kinerja kredit yang mengalami akselerasi di kuartal ketiga, yakni tumbuh 7,8 persen yoy menjadi Rp671,4 triliun.

Pertumbuhan kredit didorong oleh ekspansi di segmen berisiko rendah, yaitu korporasi blue chip baik swasta dan BUMN, kredit konsumer, dan perusahaan anak.

Per September 2023, kredit segmen korporasi swasta tumbuh 8,7 persen year-to-date (ytd) menjadi Rp251,6 triliun, diikuti segmen konsumer yang tumbuh 9,1 persen ytd, dan segmen enterprise tumbuh 0,6 persen ytd menjadi Rp57,4 triliun.

Selanjutnya, kredit yang disalurkan kepada BUMN juga mengalami peningkatan 6,9 persen ytd, dari Rp91,6 triliun di Desember 2022 menjadi Rp97,9 triliun di September 2023.

Kredit terutama disalurkan kepada BUMN yang menjalankan fungsi strategis, seperti PLN, Pertamina dan Bulog, serta beberapa BUMN lainnya, di antaranya Pegadaian dan Jasa Marga.



 


Pewarta : Imamatul Silfia
Editor : Agus Wira Sukarta
Copyright © ANTARA 2024