Jakarta (ANTARA) - Digitalisasi yang terus berkembang membuat perubahan yang signifikan terutama dalam bidang industri pers maupun pemberitaan. Hal ini terungkap pada peluncuran “Buku Audiovisutorial: #Semangat75 Upaya Bangun Hidup Sehat”, di Gedung Dewan Pers, Jakarta Pusat, Kamis (26/10). 

Jika dahulu sebuah informasi disampaikan lewat audio melalui radio, visual melalui televisi, dan editorial (teks) melalui media cetak, saat ini pemberitaan melalui multichannel menjadi amat penting. Sebuah berita dapat dimuat dalam surat kabar cetak, website daring, media sosial, podcast, dan platform video. 

Buku Audiovisutorial karya Parni Hadi ini mengemas penggabungan audio yang media utamanya radio, visual yang medianya televisi dan editorial (teks) yang medianya adalah cetak. Meski ditulis oleh wartawan senior, buku ini dianggap mampu merespons perkembangan zaman pada masa sekarang.

Sebagai pengantar bagi para calon pembaca, Digdaya Dinamika Publika (DDP) sebagai penerbit buku tersebut, mengenalkan sebuah pengalaman cara menikmati buku audiovisutorial. Di dalam buku, termuat gambar-gambar dan tulisan ringan yang disertai dengan kode pindai yaitu QR Code. Para pembaca dapat memindai QR Code di setiap tulisan dalam buku untuk kemudian mengakses video lengkapnya yang berisi tentang upaya hidup sehat ala pria 75 tahun itu.

Apresiasi dari banyak pihak muncul atas lahirnya inovasi buku kekinian ini. Beberapa lembaga turut menyaksikan peluncuran buku yang ditulis oleh Inisiator dan Ketua Dewan Pembina Dompet Dhuafa ini, yaitu Lembaga Pers Dr Soetomo (LPDS), Dewan Pers Indonesia, Kampus Bisnis Umar Usman, serta berbagai media nasional.

"Buku yang diluncurkan Pak Parni ini tentang konvergensi yang dikerjakan Pak Parni. Yang membuat saya kagum adalah di usianya yang 75 tahun ini Mas Parni masih tegar. Fisik boleh lemah tapi kreativitas tidak. LPDS menyambut baik ajakan untuk kolaborasi dalam peluncuran buku ini. Sebuah kehormatan kami bisa menyelenggarakan acara ini," ujar Kristanto Hartadi selaku Direktur LPDS kala memberikan sambutan. 

Dr Ninik Rahayu selaku Ketua Dewan Pers Indonesia pada kesempatan itu, juga turut mengapresiasi peluncuran buku ini. 

Ia mengatakan bahwa 75 tahun adalah usia di mana seseorang sedang senang-senangnya menikmati pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan dalam konteks kehidupan sehari-hari. Menariknya, oleh Parni Hadi, hal ini kemudian dituangkan dan dikemas dalam sebuah buku. 

“Saya meyakini mulai usia 50 tahun orang boleh memikirkan legasi apa yang bisa ditinggalkan. Apa yang dilakukan oleh Pak Parni ini menjadi contoh bagi kita semua bahwa semangat hidup sehat yang ia sampaikan melalui buku ini menjadi inspirasi bagi kita semua. Karena sehat menjadi pintu masuk bagi kita untuk bisa berbuat banyak," ujarnya pula.

Sebagai tanda bahwa Buku Audiovisutorial resmi diluncurkan, Parni Hadi menandatangani Giant Book Cover yang disaksikan oleh seluruh tamu undangan yang hadir. Selanjutnya, buku dibagikan kepada masing-masing tamu untuk dibaca, dinikmati, dan sekaligus dibedah oleh beberapa narasumber yang dipimpin oleh Priyambodo RH (Bob).

Pada sesi bedah buku, para narasumber, yaitu Marsekal (Purn) Chappy Hakim, Wina Armada sebagai wartawan senior dan pakar hukum pers, dan Chiki Fawzi sebagai seorang musisi milenial, menyambut baik kehadiran buku ini. 

Chappy menyatakan bahwa buku yang berisi upaya hidup sehat oleh Parni Hadi ini berupaya untuk terus menciptakan ide-ide baru. 

Hal itu diamini oleh Wina yang melihat bahwa Parni Hadi memiliki banyak karakter baik. Salah satunya adalah kreativitas. 

Chiki yang mewakili generasi milenial beranggapan bahwa buku ini amat sesuai dengan generasi muda. Terutama bagi digital native yang sejak lahir sudah melihat dan menggunakan alat-alat komunikasi digital. Ia juga menambahkan, buku audiovisutorial ini sangat inklusif karena para penyandang disabilitas juga bisa ikut menikmati isi buku.

Sementara itu, Rahmad Riyadi selaku Ketua Pengurus Dompet Dhuafa menerangkan bahwa melalui buku ini, Parni Hadi ingin mengajak kepada para pembacanya untuk dapat masuk dalam lingkaran yang lebih luas. Dalam kemasan buku yang terintegrasi dalam tulisan, audio, dan visual, termuat ide-ide dan pemikiran kreatif yang terus dikembangkan oleh Parni Hadi. 

“Pak Parni ingin mengenalkan berbagai kegiatan dan ide yang sudah dilakukan, di antaranya adalah ide jurnalispreneur. Jurnaliprenuer ini merupakan sistematika pemikiran Pak Parni yang ingin membuat sebuah sistematika pendekatan soft skill bagaimana seorang jurnalis membekali dirinya dengan kreativitas dan kemandirian tanpa mengorbankan idealismenya,” katanya pula.

Bukan itu saja, di saat yang bersamaan, Parni Hadi juga meluncurkan kembali buku “Reportase Puitis 5W+1H dengan Rasa”. Buku ini berisi kumpulan puisi yang memadukan antara 5W+1H pada jurnalistik dengan olah rasa. Sebagai seorang wartawan, ia berupaya memadukan jurnalistik dengan intuisi, kreativitas dan keberpihakan pada orang kecil..

Tentang Dompet Dhuafa

Dompet Dhuafa adalah lembaga filantropi Islam yang berkhidmat dalam pemberdayaan kaum dhuafa dengan pendekatan budaya, welasasih (filantropis) dan wirausaha sosial. Sudah berjalan tiga dekade (30 tahun), Dompet Dhuafa berkontribusi menghadirkan layanan bagi pemberdayaan dan pengembangan umat melalui lima pilar program yaitu pendidikan, kesehatan, ekonomi,  sosial kebencanaan, dakwah dan budaya, serta CSR. (Berita Kerja Sama)
Baca juga: Parni Hadi kunjungi Madina Green House Dompet Dhuafa
Baca juga: Dompet Dhuafa ajak masyarakat Indonesia gulirkan program kemanusian untuk Palestina
 

Pewarta : Muklasin
Editor : Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2024