Metro (ANTARA) - Akibat kekurangan pasokan air, petani di wilayah Hadimulyo Timur Kecamatan Metro Pusat, Lampung gagal panen karena lahan sawah milik mereka kekeringan dan membuat padi tidak tumbuh maksimal.
"Iya mas kita gagal panen karena kekurangan air, makanya tanahnya kering. Jadi padinya tidak tumbuh secara maksimal dan banyak yang mati," kata Edi Suryawan salah satu di Hadimulyo Timur, Kota Metro, Selasa.
Ia menjelaskan sejak awal tanam padi, sawah miliknya baru sekali mendapat pasokan air. Pihaknya juga berupaya memenuhi pasokan air secara mandiri dengan pompa air. Namun, upaya ini tidak membuahkan hasil.
"Waktu itu saya semprot tanaman padi harusnya tiga hari setelah itu dapat jatah air. Tapi ini tidak ada air yang masuk, jadi pada mati padinya," jelasnya.
Menurutnya, ukuran sawah miliknya ini 1/4 hektare dan pada musim tanam sebelumnya hasil panen padi miliknya bisa mencapai 1,5 ton.
"Biasanya hasil panen saya itu bisa sampai 1,5 ton mas. Cuma ya sekarang padinya pada mati begini," paparnya.
Ia menambahkan, sesuai jadwal, seharusnya pada tanggal 20 September padi miliknya sudah bisa di panen. Namun, karena padinya mati, pihaknya mengalami kerugian hingga puluhan juta.
"Iya mau gimana lagi, harusnya pertengahan bulan ini panen. Apalagi harga gabah sudah naik jadi Rp6.300 per kilogram, padi kami tak bisa di panen kalau untuk saat ini," tambahnya.
"Iya mas kita gagal panen karena kekurangan air, makanya tanahnya kering. Jadi padinya tidak tumbuh secara maksimal dan banyak yang mati," kata Edi Suryawan salah satu di Hadimulyo Timur, Kota Metro, Selasa.
Ia menjelaskan sejak awal tanam padi, sawah miliknya baru sekali mendapat pasokan air. Pihaknya juga berupaya memenuhi pasokan air secara mandiri dengan pompa air. Namun, upaya ini tidak membuahkan hasil.
"Waktu itu saya semprot tanaman padi harusnya tiga hari setelah itu dapat jatah air. Tapi ini tidak ada air yang masuk, jadi pada mati padinya," jelasnya.
Menurutnya, ukuran sawah miliknya ini 1/4 hektare dan pada musim tanam sebelumnya hasil panen padi miliknya bisa mencapai 1,5 ton.
"Biasanya hasil panen saya itu bisa sampai 1,5 ton mas. Cuma ya sekarang padinya pada mati begini," paparnya.
Ia menambahkan, sesuai jadwal, seharusnya pada tanggal 20 September padi miliknya sudah bisa di panen. Namun, karena padinya mati, pihaknya mengalami kerugian hingga puluhan juta.
"Iya mau gimana lagi, harusnya pertengahan bulan ini panen. Apalagi harga gabah sudah naik jadi Rp6.300 per kilogram, padi kami tak bisa di panen kalau untuk saat ini," tambahnya.