Metro (ANTARA) - Sejumlah sapi di Kota Metro, Lampung terkena penyakit Lumpy Skin Disease (LSD), berdasarkan data Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan (DKP3) setempat ada sekitar 25 ekor sapi yang terkena penyakit tersebut.
LSD merupakan penyakit kulit infeksi yang disebabkan oleh Lumpy Skin Disease Virus (LSDV). Virus tersebut merupakan virus bermateri genetik DNA dari genus Capripoxvirus dan famili Poxviridae. LSD biasanya menyerang hewan ternak sapi dan kerbau.
"Iya di Metro Selatan kami temukan ada 14 ekor. Di Metro Timur ada 11 ekor yang terpapar. Kami terus menelusuri wilayah lain yang ada ternak sapi," kata Kepala DKP3 Metro Heri Wiratno, di Metro, Kamis.
Dia menyebutkan, sapi yang terkena LSD umumnya mengalami gejala adanya benjolan di tubuh ternak. Lalu, sapi juga mengalami demam, tidak nafsu makan disertai dengan munculnya nodul vaskulitis, nekrotis, dan adena di bagian kepala, leher, ambing, dan kaki.
"Nodul ini menyebar ke tubuh hewan yang positif. Nanti juga akan muncul leleran kental di mata dan hidung ternak serta limfonodus juga akan bengkak," kata dia pula.
Heri menjelaskan, penularan penyakit LSD melalui serangga yang membawa virus dan juga kontak langsung hewan sakit dan sehat. Hewan yang terkena penyakit ini akan mengalami penurunan produksi susu dan mastitis, kerusakan kulit dan gangguan reproduksi.
Saat ini, ujar dia lagi, DKP3 Metro tengah berupaya untuk mengobati hewan yang terkena penyakit tersebut, agar tidak menyebar ke hewan yang sehat.
"Saat ini kami juga masih mengobati yang sakit, agar tidak menyebar lebih luas lagi. Kami juga lakukan pencegahan dengan memberikan vaksinasi, dan pembatasan ke daerah yang yang tertular. Kami juga sudah melakukan sanitasi pada kandang. Peternak pun sudah kami imbau untuk memberikan disinfektan pada kandang," katanya lagi.
Baca juga: Pemkab Tanggamus imbau warga waspadai penyakit LSD pada hewan ternak
Baca juga: Lampung optimalkan petugas surveilans cek gejala klinis LSD pada ternak
LSD merupakan penyakit kulit infeksi yang disebabkan oleh Lumpy Skin Disease Virus (LSDV). Virus tersebut merupakan virus bermateri genetik DNA dari genus Capripoxvirus dan famili Poxviridae. LSD biasanya menyerang hewan ternak sapi dan kerbau.
"Iya di Metro Selatan kami temukan ada 14 ekor. Di Metro Timur ada 11 ekor yang terpapar. Kami terus menelusuri wilayah lain yang ada ternak sapi," kata Kepala DKP3 Metro Heri Wiratno, di Metro, Kamis.
Dia menyebutkan, sapi yang terkena LSD umumnya mengalami gejala adanya benjolan di tubuh ternak. Lalu, sapi juga mengalami demam, tidak nafsu makan disertai dengan munculnya nodul vaskulitis, nekrotis, dan adena di bagian kepala, leher, ambing, dan kaki.
"Nodul ini menyebar ke tubuh hewan yang positif. Nanti juga akan muncul leleran kental di mata dan hidung ternak serta limfonodus juga akan bengkak," kata dia pula.
Heri menjelaskan, penularan penyakit LSD melalui serangga yang membawa virus dan juga kontak langsung hewan sakit dan sehat. Hewan yang terkena penyakit ini akan mengalami penurunan produksi susu dan mastitis, kerusakan kulit dan gangguan reproduksi.
Saat ini, ujar dia lagi, DKP3 Metro tengah berupaya untuk mengobati hewan yang terkena penyakit tersebut, agar tidak menyebar ke hewan yang sehat.
"Saat ini kami juga masih mengobati yang sakit, agar tidak menyebar lebih luas lagi. Kami juga lakukan pencegahan dengan memberikan vaksinasi, dan pembatasan ke daerah yang yang tertular. Kami juga sudah melakukan sanitasi pada kandang. Peternak pun sudah kami imbau untuk memberikan disinfektan pada kandang," katanya lagi.
Baca juga: Pemkab Tanggamus imbau warga waspadai penyakit LSD pada hewan ternak
Baca juga: Lampung optimalkan petugas surveilans cek gejala klinis LSD pada ternak