Tanggamus (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Tanggamus, Lampung, mengimbau masyarakat setempat untuk tetap waspada terhadap penyakit menular Lumpy Skin Disease (LSD) atas hewan ternak.
 
"Mengingat penyakit Lumpy Skin Disease (LSD) ini merupakan penyakit menular cacar ternak yang disebabkan oleh virus LSD, untuk itu kami mengimbau kepada masyarakat agar selalu waspada," kata Sekretaris Dinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Tanggamus Hari Priyanto, saat dihubungi dari Krui, Jumat (10/02/2023).

Selanjutnya dia mengatakan, penyebaran atau penularan virus LSD bisa melalui serangga atau kontak antara hewan sakit ke hewan sehat. 
 
Untuk itu. kata dia, pihak Dinas sudah mengeluarkan surat edaran tentang waspada penyakit LSD.

"Kita juga sudah mengeluarkan surat edaran kepala dinas tentang waspada LSD ke seluruh puskeswan di Kabupaten Tanggamus, serta setiap petugas peternakan juga sudah melakukan pemantauan di lapangan mengenai penyakit LSD dan PMK,

Menurut dia, masyarakat harus selalu menjaga kebersihan kandang, dan tidak mendatangkan hewan ternak dari daerah lain.

Gejala yang akan timbul ketika hewan ternak tersebut terinfeksi LSD atau cacar ternak, antara lain hewan ternak akan mengalami demam kurang lebih 41 derajat celcius. 

Kemudian, gejala kedua terdapat bentol atau jendolan terhadap kulit keras yang banyak pada hewan ternak, dan terdapat plak nekrotik di selaput lendir terutama pada bagian saluran pernafasan bagian atas dan rongga mulut. 

Sebelumnya Satuan Tugas Penanganan Penyakit Mulut dan Kuku (Satgas PMK) meminta Provinsi Lampung untuk meningkatkan kewaspadaan akan adanya penularan penyakit Lumpy Skin Disease (LSD) atau penyakit kulit infeksius pada ternak.

"Penyakit infeksi emerging yang harus diwaspadai adalah Lumpy Skin Disease yang menjangkit ternak, sebab ini sudah ada di Pulau Sumatera tepatnya di Riau," ujar Koordinator Tim Pakar Satgas Penanganan PMK Prof Wiku Adisasmito belum lama ini di Bandarlampung.
 
Ia mengatakan penularan secara mekanis penyakit itu terjadi melalui vektor yaitu nyamuk (genus aedes dan culex), lalat, dan beberapa vektor lainnya.

"Lampung harus meningkatkan kewaspadaan dan perlu dilakukan pengawasan juga, terutama untuk sapi yang dari Australia. Jangan sampai Lampung terinfeksi dan sampai ke Pulau Jawa," tambahnya.


Pewarta : Riadi Gunawan
Editor : Hisar Sitanggang
Copyright © ANTARA 2024