Jakarta (ANTARA) - Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) memperbanyak keberangkatan pekerja sektor formal ke luar negeri melalui tata kelola penempatan dan perlindungan lebih baik lagi.
"Jadi, porsi informal akan semakin kecil, porsi formal yang akan semakin tinggi angkanya," kata Kepala BP2MI Benny Rhamdani saat melepas PMI program antarpemerintah Indonesia-Korea Selatan di hotel kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara, Senin.
Benny menambahkan, negara ingin perlakuan-perlakuan hormat dapat terus diberikan kepada pekerja migran Indonesia (PMI), karena PMI adalah pahlawan devisa, sumbangan mereka juga sangat besar kepada negara ini.
Bahkan PMI menyumbang devisa terbesar kedua untuk Indonesia setelah sektor minyak dan gas (migas).
Untuk mendukung keinginan negara memberikan rasa hormat kepada PMI selaku pahlawan devisa, kata Benny, pemerintah melalui BP2MI menyiapkan sejumlah fasilitas kepada mereka yang diberangkatkan ke luar negeri secara resmi.
Salah satu fasilitas yang diberikan negara adalah akses biaya yang bisa dipinjam melalui perbankan nasional.
Dengan fasilitas tersebut, pemerintah berharap calon PMI tidak tergiur dengan iming-iming keberangkatan kerja ke luar negeri melalui calo yang datang ke kampung-kampung mereka menawari pekerjaan, gaji tinggi, kemudian janji diberangkatkan secara cepat.
Karena tidak sedikit calon PMI yang ditipu calo dengan biaya-biaya yang seolah-olah ditanggung, padahal itu cuma akumulasi utang yang nanti menjadi beban PMI itu selama bekerja di luar negeri.
"Mudah-mudahan penempatan-penempatan resmi seperti ini akan memberi inspirasi kepada setiap anak bangsa bahwa hak bekerja itu dilindungi oleh konstitusi," kata Benny.
Kepala Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) Benny Rhamdani (tengah) mengepalkan tangan saat melepas PMI program antarpemerintah Indonesia-Korea Selatan di hotel kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara, Senin (8/8/2022). ANTARA/Abdu Faisal
BP2MI kembali memberangkatkan PMI program antarpemerintah Indonesia-Korea Selatan di hotel kawasan Kelapa Gading sebanyak 303 orang.
Ini merupakan program pemberangkatan kesekian kalinya, sejak 9 Desember 2021. Namun masih ada ribuan orang lagi yang belum diberangkatkan.
Untuk 2022 saja masih ada kurang lebih 1.000-1.500 calon PMI ke Korea Selatan yang menyusul diberangkatkan pada kelompok terbang (kloter) selanjutnya.
Benny berharap angka ribuan orang yang tersisa itu bisa selesai diberangkatkan semua, sebelum akhir tahun ini.
Ribuan di 2023
Benny juga menjelaskan, pada 2023, BP2MI akan kembali berhadapan dengan calon PMI yang sudah mendaftarkan diri untuk berangkat ke Korea Selatan, kurang lebih hampir 19 ribu orang jumlahnya.
Ia mengatakan belasan ribu calon PMI itu akan melalui proses penempatan mulai Januari 2023, tapi proses pendaftaran sudah dibuka sejak April 2022.
Melalui saringan proses penempatan, rata-rata per tahun jumlah calon PMI ke Korea Selatan yang lulus berkisar 7.000-8.000-an orang saja, dari total belasan ribu pendaftar tadi.
Hingga Agustus 2022, Benny mengatakan total pemberangkatan calon PMI melalui program antarpemerintah (G to G) Indonesia dengan Korea Selatan sudah menembus angka 5.200 calon PMI.
Selanjutnya BP2MI akan kembali memberangkatkan calon PMI ke Korea Selatan yang mendaftar keberangkatan pada 2023.
Adapun total keberangkatan calon PMI melalui BP2MI ke 69 negara penempatan, berdasarkan skema orang ke orang (P to P) atau skema mandiri dari Januari-Agustus, jumlahnya sudah menembus 84.569 orang.
Ia mengatakan angka tersebut menunjukkan tren yang cukup positif karena keberangkatan calon PMI melalui BP2MI hanya mencapai angka 72.000 sepanjang 2021.
"Nah sekarang Agustus sudah mencapai 84 ribu, itu tandanya hingga Desember 2022, angka 100 ribu atau di atas 100 ribu itu bisa tercapai," kata Benny.
"Jadi, porsi informal akan semakin kecil, porsi formal yang akan semakin tinggi angkanya," kata Kepala BP2MI Benny Rhamdani saat melepas PMI program antarpemerintah Indonesia-Korea Selatan di hotel kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara, Senin.
Benny menambahkan, negara ingin perlakuan-perlakuan hormat dapat terus diberikan kepada pekerja migran Indonesia (PMI), karena PMI adalah pahlawan devisa, sumbangan mereka juga sangat besar kepada negara ini.
Bahkan PMI menyumbang devisa terbesar kedua untuk Indonesia setelah sektor minyak dan gas (migas).
Untuk mendukung keinginan negara memberikan rasa hormat kepada PMI selaku pahlawan devisa, kata Benny, pemerintah melalui BP2MI menyiapkan sejumlah fasilitas kepada mereka yang diberangkatkan ke luar negeri secara resmi.
Salah satu fasilitas yang diberikan negara adalah akses biaya yang bisa dipinjam melalui perbankan nasional.
Dengan fasilitas tersebut, pemerintah berharap calon PMI tidak tergiur dengan iming-iming keberangkatan kerja ke luar negeri melalui calo yang datang ke kampung-kampung mereka menawari pekerjaan, gaji tinggi, kemudian janji diberangkatkan secara cepat.
Karena tidak sedikit calon PMI yang ditipu calo dengan biaya-biaya yang seolah-olah ditanggung, padahal itu cuma akumulasi utang yang nanti menjadi beban PMI itu selama bekerja di luar negeri.
"Mudah-mudahan penempatan-penempatan resmi seperti ini akan memberi inspirasi kepada setiap anak bangsa bahwa hak bekerja itu dilindungi oleh konstitusi," kata Benny.
BP2MI kembali memberangkatkan PMI program antarpemerintah Indonesia-Korea Selatan di hotel kawasan Kelapa Gading sebanyak 303 orang.
Ini merupakan program pemberangkatan kesekian kalinya, sejak 9 Desember 2021. Namun masih ada ribuan orang lagi yang belum diberangkatkan.
Untuk 2022 saja masih ada kurang lebih 1.000-1.500 calon PMI ke Korea Selatan yang menyusul diberangkatkan pada kelompok terbang (kloter) selanjutnya.
Benny berharap angka ribuan orang yang tersisa itu bisa selesai diberangkatkan semua, sebelum akhir tahun ini.
Ribuan di 2023
Benny juga menjelaskan, pada 2023, BP2MI akan kembali berhadapan dengan calon PMI yang sudah mendaftarkan diri untuk berangkat ke Korea Selatan, kurang lebih hampir 19 ribu orang jumlahnya.
Ia mengatakan belasan ribu calon PMI itu akan melalui proses penempatan mulai Januari 2023, tapi proses pendaftaran sudah dibuka sejak April 2022.
Melalui saringan proses penempatan, rata-rata per tahun jumlah calon PMI ke Korea Selatan yang lulus berkisar 7.000-8.000-an orang saja, dari total belasan ribu pendaftar tadi.
Hingga Agustus 2022, Benny mengatakan total pemberangkatan calon PMI melalui program antarpemerintah (G to G) Indonesia dengan Korea Selatan sudah menembus angka 5.200 calon PMI.
Selanjutnya BP2MI akan kembali memberangkatkan calon PMI ke Korea Selatan yang mendaftar keberangkatan pada 2023.
Adapun total keberangkatan calon PMI melalui BP2MI ke 69 negara penempatan, berdasarkan skema orang ke orang (P to P) atau skema mandiri dari Januari-Agustus, jumlahnya sudah menembus 84.569 orang.
Ia mengatakan angka tersebut menunjukkan tren yang cukup positif karena keberangkatan calon PMI melalui BP2MI hanya mencapai angka 72.000 sepanjang 2021.
"Nah sekarang Agustus sudah mencapai 84 ribu, itu tandanya hingga Desember 2022, angka 100 ribu atau di atas 100 ribu itu bisa tercapai," kata Benny.