Jakarta (ANTARA) - Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan biaya produksi listrik di Sumatera makin murah dan bersih menyusul peresmian pengoperasian Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) Riau berkapasitas 275 MW di Kawasan Industri Tenayan, Pekanbaru, Riau.
"Pengoperasian pembangkit ini dipastikan akan memperkuat keandalan pasokan listrik di sistem Sumatera, khususnya subsistem Riau, sekaligus mendorong biaya pokok penyediaan (BPP) listrik lebih murah dan lebih bersih," kata Menteri Arifin saat meresmikan PLTGU Riau di Kawasan Industri Tenayan, Pekanbaru, Riau, Kamis. Harga jual tenaga listrik PLTGU Riau ini adalah 6,49 sen dolar AS per kWh atau lebih rendah dari BPP setempat.
"Khusus wilayah Provinsi Riau, saat ini sudah ada tambahan 275 MW, tetapi ke depan bisa menjadi sentra pengembangan PLTGU dengan melihat sumber daya energi yang ada di Provinsi Riau," ungkap Menteri Arifin, dalam keterangannya yang dikutip di Jakarta, Kamis.
Pemerintah tengah fokus melakukan transisi energi sebagai upaya menekan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) dan mencapai Net Zero Emission (NZE) agar dapat meminimalisasi perubahan iklim.
Saat ini gas dikembangkan dan dimanfaatkan sebagai jembatan menuju 100 persen Energi Baru dan Terbarukan (EBT) tersebut.
Menteri ESDM mengatakan Indonesia memiliki potensi gas yang cukup banyak dan berperan penting, terutama dalam mendukung proses transisi energi. "Emisi yang dikeluarkan dari sumber energi fosil seperti batu bara, emisi buangnya itu dua kali lipat dibandingkan gas," jelasnya.
Dengan beroperasinya PLTGU Riau, maka daya mampu sistem kelistrikan Sumatera meningkat menjadi 7.266 MW. Saat ini, beban puncak tercatat 6.823 MW, sehingga cadangan sistem kelistrikan Sumatera menjadi 443 MW.
PLTGU Riau dikembangkan PT Medco Racth Power Riau, usaha patungan PT Medco Power Indonesia dan RATCH Group Public Company Limited.
"Harus diupayakan, harus bisa menciptakan demand-demand baru agar kita bisa memenuhi kapasitas nasional seoptimal mungkin, sehingga utilisasinya bisa maksimum," kata Menteri Arifin
Menteri ESDM juga menekankan pentingnya harga energi yang terjangkau, selain untuk kepentingan masyarakat, juga industri.
"Dengan harga energi listrik yang kompetitif akan memberikan dorongan investasi masuk ke dalam negeri, ini yang penting. Untuk itu, jangan lupakan selalu meningkatkan efisiensi dalam pengoperasian pembangkit," tambahnya.
PLTGU Riau dapat melistriki sekitar 360 ribu pelanggan rumah tangga 900 VA. Selain memperkuat pasokan listrik, PLTGU ini juga lebih ramah lingkungan karena menghasilkan emisi lebih kecil.
"Saya berharap Medco Ratch Power bisa mengoperasikan proyek ini dan menjaga pembangkit listrik ini dengan sebaik-baiknya," ujar Menteri Arifin.
Sementara itu, Direktur Utama PT PLN (Persero) Darmawan Prasodjo menyatakan pengoperasian pembangkit yang masuk dalam proyek 35 ribu MW ini menjadi bukti keberhasilan kolaborasi strategis antara PLN dan produsen listrik swasta (Independent Power Producer/IPP) dalam penyediaan listrik nasional.
"Ini merupakan hari bersejarah, di mana kita semua dalam proses tiga tahun ini telah bersama-sama dan berkolaborasi hingga pembangunan PLTGU berhasil dituntaskan dan kini bisa beroperasi," ujar dia.
Hadirnya PLGTU ini juga diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat serta menjadi titik awal untuk mengoptimalkan potensi daerah.
"Dengan PLTGU ini beroperasi, maka tentu listrik semakin andal dan berkualitas. Itu artinya, PLN semakin siap menyambut masuknya investor dan siap memenuhi peningkatan konsumsi listrik masyarakat ke depan," terangnya.
"Pengoperasian pembangkit ini dipastikan akan memperkuat keandalan pasokan listrik di sistem Sumatera, khususnya subsistem Riau, sekaligus mendorong biaya pokok penyediaan (BPP) listrik lebih murah dan lebih bersih," kata Menteri Arifin saat meresmikan PLTGU Riau di Kawasan Industri Tenayan, Pekanbaru, Riau, Kamis. Harga jual tenaga listrik PLTGU Riau ini adalah 6,49 sen dolar AS per kWh atau lebih rendah dari BPP setempat.
"Khusus wilayah Provinsi Riau, saat ini sudah ada tambahan 275 MW, tetapi ke depan bisa menjadi sentra pengembangan PLTGU dengan melihat sumber daya energi yang ada di Provinsi Riau," ungkap Menteri Arifin, dalam keterangannya yang dikutip di Jakarta, Kamis.
Pemerintah tengah fokus melakukan transisi energi sebagai upaya menekan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) dan mencapai Net Zero Emission (NZE) agar dapat meminimalisasi perubahan iklim.
Saat ini gas dikembangkan dan dimanfaatkan sebagai jembatan menuju 100 persen Energi Baru dan Terbarukan (EBT) tersebut.
Menteri ESDM mengatakan Indonesia memiliki potensi gas yang cukup banyak dan berperan penting, terutama dalam mendukung proses transisi energi. "Emisi yang dikeluarkan dari sumber energi fosil seperti batu bara, emisi buangnya itu dua kali lipat dibandingkan gas," jelasnya.
Dengan beroperasinya PLTGU Riau, maka daya mampu sistem kelistrikan Sumatera meningkat menjadi 7.266 MW. Saat ini, beban puncak tercatat 6.823 MW, sehingga cadangan sistem kelistrikan Sumatera menjadi 443 MW.
PLTGU Riau dikembangkan PT Medco Racth Power Riau, usaha patungan PT Medco Power Indonesia dan RATCH Group Public Company Limited.
"Harus diupayakan, harus bisa menciptakan demand-demand baru agar kita bisa memenuhi kapasitas nasional seoptimal mungkin, sehingga utilisasinya bisa maksimum," kata Menteri Arifin
Menteri ESDM juga menekankan pentingnya harga energi yang terjangkau, selain untuk kepentingan masyarakat, juga industri.
"Dengan harga energi listrik yang kompetitif akan memberikan dorongan investasi masuk ke dalam negeri, ini yang penting. Untuk itu, jangan lupakan selalu meningkatkan efisiensi dalam pengoperasian pembangkit," tambahnya.
PLTGU Riau dapat melistriki sekitar 360 ribu pelanggan rumah tangga 900 VA. Selain memperkuat pasokan listrik, PLTGU ini juga lebih ramah lingkungan karena menghasilkan emisi lebih kecil.
"Saya berharap Medco Ratch Power bisa mengoperasikan proyek ini dan menjaga pembangkit listrik ini dengan sebaik-baiknya," ujar Menteri Arifin.
Sementara itu, Direktur Utama PT PLN (Persero) Darmawan Prasodjo menyatakan pengoperasian pembangkit yang masuk dalam proyek 35 ribu MW ini menjadi bukti keberhasilan kolaborasi strategis antara PLN dan produsen listrik swasta (Independent Power Producer/IPP) dalam penyediaan listrik nasional.
"Ini merupakan hari bersejarah, di mana kita semua dalam proses tiga tahun ini telah bersama-sama dan berkolaborasi hingga pembangunan PLTGU berhasil dituntaskan dan kini bisa beroperasi," ujar dia.
Hadirnya PLGTU ini juga diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat serta menjadi titik awal untuk mengoptimalkan potensi daerah.
"Dengan PLTGU ini beroperasi, maka tentu listrik semakin andal dan berkualitas. Itu artinya, PLN semakin siap menyambut masuknya investor dan siap memenuhi peningkatan konsumsi listrik masyarakat ke depan," terangnya.