Bandarlampung (ANTARA) -

Gunung Anak Krakatau (GAK) di perairan Selat Sunda, antara Provinsi Banten dan Lampung, kembali mengeluarkan lava pijar dengan tinggi 25-100 meter dari puncak gunung.

"GAK kembali erupsi dengan mengeluarkan lava pijar 25-100 meter," kata Petugas Pos Pantau  GAK di Lampung Selatan, Andi, dihubungi, di Bandarlampung, Jumat malam.

Ia mengatakan bahwa GAK aktif didominasi oleh hembusan angin dan saat ini berada pada status waspada level 2, sehingga masyarakat diminta tidak mendekati Gunung Anak Krakatau dalam radius 2 kilometer.

Namun begitu, ia pun meminta masyarakat tetap dalam kondisi tenang dan menjalankan aktivitasnya.

"Silahkan beraktivitas tapi tidak mendekati GAK dalam radius yang sudah ditentukan terutama bagi nelayan dan wisatawan," kata dia.

Berdasarkan data yang diupload dari website https://www.vsi.esdm.go.id, Jumat, 22 April 2022, kali pertama erupsi pukul 00:49 WIB dengan tinggi kolom abu teramati ± 500 m di atas puncak (± 657 m di atas permukaan laut). 

Kolom abu teramati berwarna hitam dengan intensitas tebal ke arah barat daya. Erupsi ini terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 37 mm dan durasi 79 detik. 

Kemudian erupsi kedua pukul 01:45 WIB dengan tinggi kolom abu teramati ± 600 m di atas puncak (± 757 m di atas permukaan laut). Kolom abu teramati berwarna hitam dengan intensitas tebal ke arah barat daya, erupsi ini terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 30 mm dan durasi 48 detik.

Selanjutnya erupsi ketiga pada pukul 17:48 WIB dengan tinggi kolom abu teramati ± 800 m di atas puncak (± 957 m di atas permukaan laut). 
Kolom abu teramati berwarna kelabu hingga hitam dengan intensitas tebal ke arah barat daya. Erupsi ini terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 50 mm dan durasi 0 detik.

Gunung Anak Krakatau erupsi lagi keempat kalinya pada pukul 02:37 WIB dengan tinggi kolom abu teramati ± 1.500 m di atas puncak (± 1.657 m di atas permukaan laut). Kolom abu teramati berwarna hitam dengan intensitas tebal ke arah barat daya. Erupsi ini terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 60 mm dan durasi 45 detik.








 

Pewarta : Dian Hadiyatna
Editor : Agus Wira Sukarta
Copyright © ANTARA 2024