Jakarta (ANTARA) - Ketua Satgas ASI PP IDAI, dr. Elizabeth Yohmi, Sp.A mengatakan ibu yang positif COVID-19 tetap bisa memberikan Air Susu Ibu (ASI) kepada anaknya dengan menerapkan protokol kesehatan tanpa perlu khawatir transmisi virus SARS-CoV-2.
"Ibu dapat menyusui jika mereka menginginkannya. Caranya, ibu menyusui dengan protokol kesehatan seperti memakai masker saat menyusui dan merawat bayi, mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah memegang bayi, dan membersihkan dan mendisinfeksi permukaan dan benda yang sering disentuh ibu dan bayi," kata Elizabeth.
Elizabeth dalam webinar Pekan Menyusui Sedunia dengan tema 'Menyusui Saat Pandemi: Dukungan untuk Ibu, Perlindungan untuk Keluarga" secara daring, Kamis mengatakan, ibu dengan COVID-19 harus mendapatkan dukungan untuk menyusui dengan aman.
Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dan menyusui eksklusif membantu tumbuh kembang bayi secara optimal, melakukan IMD dengan kontak kulit dengan kulit saat ibu dan bayi dalam keadaan stabil. Jika ibu tidak kuat menyusui langsung, makan dapat memberikan ASI perah dengan protokol kesehatan COVID-10 saat memerah ASI, ujarnya.
Ia menambahkan, berdasarkan penelitian pada 26 Maret 2020 menyebutkan dari enam ibu yang terkonfirmasi COVID-19, SARS CoV-2 tidak terdeteksi di serum/swab tenggorok bayinya. Selain itu, konsentrasi IgG meningkat pada lima bayi (IgG transmisi pasif melalui plasenta).
Sementara itu berdasarkan situs medRxiv, 80 persen dari 15 sampel ASI yang diperah pada hari ke 14-30 setelah ibu bebas dari gejala COVID-19 menunjukkan peningkatan kadar IgA anti-SARS Cov-2. Selain itu, ada respon imun SARS Cov-2 slgA dominan yang kuat dalam ASI setelah infeksi pada sebagian besar individu, dan bahwa studi komprehensif terhadap respon ini sangat diperlukan.
"Terdapat pula scientific brief pada 23 Juni 2020, dari 46 Ibu terpapar COVID-19, didapatkan bayinya positif 13 orang, tapi 36 bayi negatif. Kemudian kita lihat bagaimana dengan ASInya, bagaimana penularan dari ASI, ternyata hanya tiga ASI ibu tersebut terdapat virus dan 43 ASI ibu negatif virus. Dari tiga ASI Ibu yang positif tersebut ditemukan dua bayi negatif COVID-19, yaitu satu bayi ASI langsung dan satu bayi ASI perah," jelasnya.
Sedangkan satu bayi dari ASI positif COVID-19 dan hasilnya satu bayi positif tidak ada kejelasan data bagaimana minum dan rute infeksi. Setelah diteliti lebih lanjut dengan realtime PCR, itu merupakan partikel virus jadi bukan virus hidup.
Dengan demikian, kata Elizabeth, tidak cukup data adanya transmisi melalui menyusui ASI. Kepatuhan terhadap pencegahan infeksi sangat penting untuk menghindari penularan dari ibu ke bayi. Berdasarkan bukti-bukti penelitian yang ada, rekomendasi WHO untuk IMD dan tetap menyusui tetap berlaku pada Ibu dengan suspek dan terkonfirmasi COVID-19.
Plt Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat, drg Kartini Rustandi, M.Kes menyatakan, ASI mengandung zat-zat yang diperlukan, terlebih kolustrum.
Kartini menambahkan, menyusui menjadi tantangan berat bagi seorang Ibu jika keluarga, lingkungan, dan tempat kerja kurang pemahaman mengenai pentingnya ASI. Tantangan lainnya adalah pandemi COVID-19 yang terjadi sejak tahun lalu.
Bagaimana ibu menyusui khawatir menyusui bayinya karena berada di lingkungan terpapar COVID-19 atau pernah terinfeksi COVID-19.
Penyintas COVID-19 yang juga ibu menyusui, dr Ferdila Mariam, Sp.S mengatakan, tetap menyusui bayinya yang berusia sembilan bulan saat ia terpapar penyakit tersebut pada September 2020.
"Sempat was-was dan khawatir ketika tahu terpapar," ujar Dila.
Meski demikian, Dila mengaku tidak terlalu panik karena sebelum kejadian terinfeksi virus itu, ia telah banyak membaca mengenai ibu menyusui yang positif COVID-19 boleh menyusui.
Baca juga: Amankah vaksinasi COVID-19 bagi ibu hamil dan menyusui?
Baca juga: Benarkah Ibu positif COVID-19 bisa tetap menyusui secara aman
"Ibu dapat menyusui jika mereka menginginkannya. Caranya, ibu menyusui dengan protokol kesehatan seperti memakai masker saat menyusui dan merawat bayi, mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah memegang bayi, dan membersihkan dan mendisinfeksi permukaan dan benda yang sering disentuh ibu dan bayi," kata Elizabeth.
Elizabeth dalam webinar Pekan Menyusui Sedunia dengan tema 'Menyusui Saat Pandemi: Dukungan untuk Ibu, Perlindungan untuk Keluarga" secara daring, Kamis mengatakan, ibu dengan COVID-19 harus mendapatkan dukungan untuk menyusui dengan aman.
Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dan menyusui eksklusif membantu tumbuh kembang bayi secara optimal, melakukan IMD dengan kontak kulit dengan kulit saat ibu dan bayi dalam keadaan stabil. Jika ibu tidak kuat menyusui langsung, makan dapat memberikan ASI perah dengan protokol kesehatan COVID-10 saat memerah ASI, ujarnya.
Ia menambahkan, berdasarkan penelitian pada 26 Maret 2020 menyebutkan dari enam ibu yang terkonfirmasi COVID-19, SARS CoV-2 tidak terdeteksi di serum/swab tenggorok bayinya. Selain itu, konsentrasi IgG meningkat pada lima bayi (IgG transmisi pasif melalui plasenta).
Sementara itu berdasarkan situs medRxiv, 80 persen dari 15 sampel ASI yang diperah pada hari ke 14-30 setelah ibu bebas dari gejala COVID-19 menunjukkan peningkatan kadar IgA anti-SARS Cov-2. Selain itu, ada respon imun SARS Cov-2 slgA dominan yang kuat dalam ASI setelah infeksi pada sebagian besar individu, dan bahwa studi komprehensif terhadap respon ini sangat diperlukan.
"Terdapat pula scientific brief pada 23 Juni 2020, dari 46 Ibu terpapar COVID-19, didapatkan bayinya positif 13 orang, tapi 36 bayi negatif. Kemudian kita lihat bagaimana dengan ASInya, bagaimana penularan dari ASI, ternyata hanya tiga ASI ibu tersebut terdapat virus dan 43 ASI ibu negatif virus. Dari tiga ASI Ibu yang positif tersebut ditemukan dua bayi negatif COVID-19, yaitu satu bayi ASI langsung dan satu bayi ASI perah," jelasnya.
Sedangkan satu bayi dari ASI positif COVID-19 dan hasilnya satu bayi positif tidak ada kejelasan data bagaimana minum dan rute infeksi. Setelah diteliti lebih lanjut dengan realtime PCR, itu merupakan partikel virus jadi bukan virus hidup.
Dengan demikian, kata Elizabeth, tidak cukup data adanya transmisi melalui menyusui ASI. Kepatuhan terhadap pencegahan infeksi sangat penting untuk menghindari penularan dari ibu ke bayi. Berdasarkan bukti-bukti penelitian yang ada, rekomendasi WHO untuk IMD dan tetap menyusui tetap berlaku pada Ibu dengan suspek dan terkonfirmasi COVID-19.
Plt Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat, drg Kartini Rustandi, M.Kes menyatakan, ASI mengandung zat-zat yang diperlukan, terlebih kolustrum.
Kartini menambahkan, menyusui menjadi tantangan berat bagi seorang Ibu jika keluarga, lingkungan, dan tempat kerja kurang pemahaman mengenai pentingnya ASI. Tantangan lainnya adalah pandemi COVID-19 yang terjadi sejak tahun lalu.
Bagaimana ibu menyusui khawatir menyusui bayinya karena berada di lingkungan terpapar COVID-19 atau pernah terinfeksi COVID-19.
Penyintas COVID-19 yang juga ibu menyusui, dr Ferdila Mariam, Sp.S mengatakan, tetap menyusui bayinya yang berusia sembilan bulan saat ia terpapar penyakit tersebut pada September 2020.
"Sempat was-was dan khawatir ketika tahu terpapar," ujar Dila.
Meski demikian, Dila mengaku tidak terlalu panik karena sebelum kejadian terinfeksi virus itu, ia telah banyak membaca mengenai ibu menyusui yang positif COVID-19 boleh menyusui.
Baca juga: Amankah vaksinasi COVID-19 bagi ibu hamil dan menyusui?
Baca juga: Benarkah Ibu positif COVID-19 bisa tetap menyusui secara aman