Bandarlampung (ANTARA) - Mulai 1 Juni 2020, pemerintah menerapkan Tahapan Kebiasaan Hidup Baru (New Normal) sebagai salah satu upaya pemulihan ekonomi setelah beberapa bulan menjalani penguncian terbatas.

Dengan kebiasaan hidup baru tersebut tentunya menyebabkan pergeseran pola hidup masyarakat yang lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. Hal ini disebabkan karena rumah merupakan salah satu tempat yang aman untuk berlindung dari virus COVID-19 walaupun tidak ada yang dapat menjamin bahwa rumah sudah pasti aman dari infeksi virus tersebut.

Saat ini masyarakat cenderung meminimalisir pergerakan menuju pusat keramaian/ kerumunan, sehingga segala sesuatu yang dapat dikerjakan dari rumah menjadi pilihan mereka. Belanja dari rumah, pesan makan dari rumah, bahkan bekerja dari rumah sudah menjadi pola hidup masyarakat di era pandemi.

Tidak sedikit pula perusahaan yang hingga kini masih menerapkan sistem kerja dari rumah atau Work Form Home (WFH) khususnya di kota- kota besar yang tingkat penyebaran COVID-19 masih sangat tinggi seperti Jakarta. Kebiasaan baru yang sedang dijalankan sebagian besar masyarakat pada masa pandemi COVID-19 dengan banyak berdiam diri di rumah menyebabkan kurangnya aktivitas tubuh sehingga dapat berisiko menimbulkan berbagai macam penyakit jika tidak dibarengi dengan pola hidup yang sehat.

Kebiasaan baru dalam bekerja di rumah ternyata dapat memicu berbagai penyakit seperti penyakit jantung, paru-paru hingga penyumbatan pada pembuluh darah.   

“Pola Kerja WFH memaksa kita untuk duduk terus menerus, dan menatap laptop atau komputer dapat membuat kelelahan mata. Rapat yang dilakukan terus secara daring sampai larut malam, juga dapat menimbulkan stres. Apalagi jika kemudian mengakibatkan kurang tidur, sehingga tekanan darah naik, bisa jadi timbul penyakit pencernaan, penyakit lambung, karena mungkin makan tidak teratur,” ujar dr. Vito Anggarino Damay, Junior Doctor Network, dalam dialog produktif dengan tema “Awasi Penyakit Tidak Menular untuk Tetap Produktif dan Aman COVID-19” di Media Center Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), yang dikutip di Bandarlampung, Rabu.

Dia juga menambahkan, malas bergerak juga dapat mengakibatkan penumpukan lemak tubuh atau obesitas, dan naiknya kolesterol. Namun berbagai risiko tersebut bisa dicegah dengan banyak bergerak.

“Kuncinya adalah bagaimana kita bergerak. Kalau kita bergerak, maka imunitas bisa meningkat. Karena imunitas ini terdiri dari sel- sel kekebalan tubuh. Sel- sel kekebalan tubuh ini lancar jika sirkulasi peredaran darah kita lancar, maka dengan banyak bergerak dapat membuat pompa jantung kita baik.”, kata dr. Vito.

Pemeriksaan kondisi kesehatan tubuh juga tetap perlu dilakukan secara rutin di masa pandemi ini.

“Jadi, kadang- kadang karena kita takut ketularan COVID-19, kita mengabaikan pemeriksaan rutin ke rumah sakit, dan ini memperburuk kondisi kesehatan yang ada. Akhirnya penyakit-penyakit tidak menular lainnya dapat bermunculan.”, ungkap dr. Reisa Broto Asmoro, Jubir Satgas COVID-19 dan Duta Adaptasi Kebiasaan Baru dalam forum yang sama.

Adapun olahraga yang dapat dilakukan di rumah untuk tetap menjaga imun tubuh yakni diantaranya seperti yoga, lompat tali, sit-up, push-up, menari mengikuti musik, dan senam sendiri di rumah, dimana olahraga tersebut dapat dilakukan di sela- sela kita melaksanakan WFH.

Di era pandemi saat ini juga terdapat beberapa olahraga outdoor yang menjadi pilihan di era pandemi yakni bersepeda, lari, dan jogging.

Olahraga tersebut menjadi pilihan karena dianggap dapat dilakukan sendiri maupun berkelompok yang memiliki peluang untuk menghindari kerumunan. Olahraga outdoor ini juga dapat menjadi pilihan untuk mengatasi kebosanan dan stres karena terlalu lama berdiam diri di rumah.

Baik di dalam rumah ataupun di luar rumah, kita senantiasa wajib menjaga imun tubuh dengan tetap berolahraga sebagai salah satu upaya dalam melawan virus COVID-19 (Adv)


Pewarta : Emir Fajar Saputra
Editor : Hisar Sitanggang
Copyright © ANTARA 2024