Kupang (ANTARA) - Hilda, pelajar yang saat ini duduk di bangku sekolah menengah pertama (SMP) kelas tujuh, sibuk membolak-balikkan buku bacaan yang dibaca di salah satu rumah kebun.

Di rumah kebun yang dinamakan Kebun Baca itu terdapat banyak buku bacaan. "Banyak buku cerita di sini. Saya suka membacanya," kata Hilda malu-malu.

Ia baru sepekan bergabung di rumah Kebun Baca yang dibangun oleh seorang pendeta bernama Ratna Radiena-Blegur yang juga Ketua Majelis Jemaat GMIT Elim Bolok.

Hilda mengaku selama libur sekolah, tak banyak buku bacaan yang dapat ia baca. Biasanya ia membaca di perpustakaan sekolah, kalau aktivitas sekolah berjalan dengan lancar.

Tetapi selama masa Pandemi COVID-19 ini, hobinya untuk membaca pun terpaksa tak dilakukan karena memang aktivitas sekolah dihentikan. Walaupun ada aktivitas di sekolah, siswa-siswa tidak diizinkan beraktivitas sebagaimana mestinya.

Hilda mengaku bersyukur karena memang dengan adanya Kebun Baca itu, ia bisa terus membaca, karena banyak buku pelajaran dan buku bacaan yang belum ia baca.

Selain Hilda beberapa anak-anak yang masih usia PAUD juga berkumpul di kebun baca itu. Ada yang membaca, ada pula yang menggambar.

Wajib belajar bagi anak-anak sudah lama didengungkan pemerintah dengan berbagai pola pembelajaran. Di Desa Bolok, Kecamatan Kupang Barat, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), masih banyak anak usia sekolah yang belum bisa membaca dan tidak mengenal huruf.

Salah satu faktornya karena minimnya sarana belajar dan kebanyakan anak usia sekolah lebih senang ikut orang tua ke kebun atau sawah.

Kebetulan 95 persen warga di Desa Bolok hidup dari bertani dan nelayan. Masa pandemi COVID-19 dengan sistem pendidikan secara daring (online) makin membuat anak-anak jarang ke sekolah.

Pendeta Ratna Radiena-Blegur, Ketua Majelis Jemaat GMIT Elim Bolok prihatin melihat kondisi ini. Sejak Sinode GMIT menugaskan melayani di GMIT Elim Bolok, Berbagai gerakan dilakukan agar anak usia sekolah di wilayah pelayanannya bisa mengenal huruf dan bisa membaca.

Tahun 2018 lalu, ada warga yang kesulitan uang hendak menjual tanah ke pembeli dari luar NTT. Pendeta Ratna pun menggalang dana dari kerabatnya agar membantu supaya lahan potensial ini tidak berpindah tangan ke orang luar.

Ia pun membeli lahan seluas 20 x 80 meter persegi di dusun Kol'ana Desa Bolok. Tantangan lain dihadapi dalam proses pembersihan lahan. Mereka harus membersihkan pohon duri dan rumput tinggi.

Beruntung banyak anggota jemaat dan warga secara sukarela membantu membersihkan lahan tersebut. Lahan pun disulap menjadi kebun untuk menanam aneka sayuran.

Namun hampir setiap hari lahannya menjadi lokasi berkumpul warga dan jemaat. Saat orang tua datang, anak-anak pun ikut serta dan tidak ke sekolah.

Jadi tempat baca

Pendeta Ratna kemudian memiliki ide menjadikan kebun tersebut sebagai lokasi baca bagi anak-anak.

Sebuah pondok beratap daun pun dibangun dengan bantuan penjaga gereja. Kesulitan lain dihadapi pendeta Ratna soal buku bacaan. Ia pun meminta bantuan rekan-rekannya menyumbangkan buku bacaan.

Kegigihannya terpantau lembaga lain sehingga "Save The Children" pun tergerak memberikan bantuan buku bacaan walau dalam jumlah terbatas.

Belasan anak-anak pun menjadi betah belajar membaca dan menulis di pondok sederhana ini.

Buku-buku bacaan pun ditempatkan seadanya pada rak kayu. Disediakan pula sebuah papan tulis hitam dan kapur putih untuk melatih anak-anak mengenal huruf dan membaca. Seorang anak sedang melihat-lihat buku yang ada di rak Kebun Baca milik Pendeta Ratna Radiena Blegur desa Bolok, Kabupaten Kupang, NTT Jumat (07/08/2020). ANTARA FOTO/Kornelis Kaha.

Agar anak-anak lebih betah maka perlahan-lahan dibangun sarana permainan sederhana menggunakan media kayu dan ban mobil bekas maupun tali.

Secara bertahap pendeta Ratna dibantu suaminya Bripka Tomas Radiena, (anggota Propam Polres Kupang Kota) membangun lopo (rumah sederhana) dan bangku kayu guna melengkapi sarana di Kebun Baca Kol'ana.

Selain itu, guna memberdayakan kaum pemuda dan ibu-ibu maka disediakan aneka jualan makanan ringan seperti salome dan pisang goreng.

Lokasi tersebut menjadi ramai menjadi tempat berkumpul baik anak-anak maupun orang tua terutama pada petang hingga malam hari.

Di Kebun Baca Kol'ana juga dibangun kolam ikan lele. Hasilnya dinikmati para warga dan dijual. Sementara untuk suplai air bersih maka pendeta Ratna bersama warga sekitar mengambil air dari sumur bor dengan membayar Rp100 ribu tiap bulannya.

Bantuan tenaga pengajar

Sejak masa COVID-19, pendeta Ratna mendapat bantuan gratis tenaga pendidik untuk kursus bahasa Inggris.

Setiap hari Senin, Rabu, Kamis dan Jumat menjadi jadwal pelajaran bahasa Inggris bagi anak-anak di Kebun Baca Kol'ana Bolok.

Anak-anak pun antusias mengikuti program baca dan kursus bahasa Inggris di lokasi tersebut. Mereka rutin datang ke Kebun Baca pada jam yang sudah disepakati, sementara orang tua mereka bebas bertani di sekitar lokasi Kebun Baca.

Bagi kaum ibu yang mengelola lahan tersebut, pendeta Ratna membantu bibit sayuran yang diadakan secara swadaya. Hasil pertanian pun dikonsumsi warga dan dijual ke pihak lain.

"Saya prihatin dengan angka putus sekolah dan banyak anak usia sekolah belum bisa membaca. Daripada anak-anak beraktivitas tanpa tujuan saat ikut orang tua ke kebun maka saya buka kebun baca," ujar pendeta Ratna Radiena-Blegur.

Anak-anak juga tidak hanya belajar bersama seperti membaca buku dan menggambar. Tetapi mereka juga diajarkan untuk mengenal secara langsung jenis sayur-sayuran dan juga diajarkan bagaimana menanam sayur.

Ide ini dipadukan dengan program gereja GMIT Elim Bolok untuk minat dan baca. "Kebetulan ada lahan kosong, walaupun jauh tapi ada akses. Walaupun kami kesulitan mendapatkan bantuan buku tapi kami ada tekad mengajari anak-anak mengenal huruf dan bisa membaca," tambahnya.

Ia juga salut pada para warga yang membantu mengelola kebun baca karena bekerja tanpa upah dan lahan yang dikelola pun cukup luas.

Untuk membuat anak-anak betah, ia pun membuat berbagai terobosan sehingga anak-anak dan warga nyaman. Pendeta Ratna pun turun langsung menjadi guru bagi anak-anak saat mereka belajar di pondok daun.

Ia memiliki harapan besar, anak-anak di Desa Bolok bisa membaca dan memiliki masa depan serta pengetahuan karena lewat buku anak-anak memiliki pengetahuan.

"Walaupun mereka dari keluarga kurang mampu dan jauh dari pusat kota, tapi mereka harus didampingi karena mereka memiliki tekad dan niat untuk maju dan berkembang," tambah pendeta Ratna.

Untuk itu, anak-anak yang belajar di kebun baca bukan saja anak-anak usia sekolah namun anak putus sekolah dan orang tua pun bisa memanfaatkan semua sarana di kebun baca.

Ia masih memiliki mimpi agar segera dipasang jaringan internet dan wifi di sekitar lokasi tersebut sehingga anak-anak bisa mudah mengakses internet terutama dalam sistem pendidikan online saat ini.

"Saya juga punya mimpi anak-anak di desa ini bisa membaca semuanya. Sehingga kelak bisa mempunyai masa depan yang cerah dari membaca," ujar dia.

 

Pewarta : Kornelis Kaha
Editor : Hisar Sitanggang
Copyright © ANTARA 2024