Metro (ANTARA) - Seluas 1.750 hektare lahan sawah di Kota Metro, Lampung akan tanam padi pada musim tanam kedua atau gadu. Dari jumlah luasan tersebut, 300 hektare di antaranya areal sawah tanam gadu nekat.
"Jadi total yang tanam padi MT II atau gadu ini 1.750 hektare. Yang 1.450 ha memang mendapat jatah aliran air, sedangkan yang 300 ha gadu nekat, karena meskipun tidak mendapat jatah air mereka tetap tanam gadu karena sawahnya basah terus," kata Sekretaris Dinas Ketahanan Pangan Pertanian dan Perikanan (DKP3) Kota Metro, Wiji, di Metro, Kamis.
Ia menjelaskan, Kota Metro dialiri dua daerah irigasi (DI), yaitu Sekampung-Batanghari dan Sekampung-Bunut. Untuk DI Sekampung-Batanghari tidak mendapat jatah aliran air karena ada perbaikan.
"Jadi areal persawahan di Metro yang dialiri irigasi Sekampung-Batanghari itu di Kecamatan Metro Selatan totalnya, kemudian Metro Timur dua kelurahan, dan Metro Barat dua kelurahan juga. Ini yang tidak mendapat jatah gadu," katanya pula.
Karenanya, lanjut dia, areal persawahan yang tidak mendapat jatah gadu saat ini ditanami palawija maupun jagung.
"Tapi saat ini kan musim kemarau basah, ada beberapa areal sawah di Kecamatan Metro Barat dan Metro Selatan yang sawahnya basah. Makanya tetap tanam padi atau gadu nekat tadi yang luasannya kurang lebih 300 hektare," ujarnya lagi.
Baca juga: Musim gadu, 60 persen sawah di Kota Metro ditanami padi
Sementara, untuk DI Sekampung-Bunut mendapat jatah aliran air. Karena itu, areal persawahan yang dilewati irigasi ini mendapat jatah gadu.
"Sawah yang dialiri ini di Metro Pusat dan Metro Utara. Nah, saat ini para petani sudah mulai tanam kemungkinan pertengahan Agustus selesai," katanya lagi.
Wiji menambahkan, DKP3 menargetkan produktivitas padi pada MT II atau gadu ini sebanyak 5,8 ton per hektare.
"Jadi kalau tercapai target itu secara statistik Kota Metro masih surplus beras," katanya lagi.
Baca juga: Hasil panen padi di Kota Metro ditargetkan naik
"Jadi total yang tanam padi MT II atau gadu ini 1.750 hektare. Yang 1.450 ha memang mendapat jatah aliran air, sedangkan yang 300 ha gadu nekat, karena meskipun tidak mendapat jatah air mereka tetap tanam gadu karena sawahnya basah terus," kata Sekretaris Dinas Ketahanan Pangan Pertanian dan Perikanan (DKP3) Kota Metro, Wiji, di Metro, Kamis.
Ia menjelaskan, Kota Metro dialiri dua daerah irigasi (DI), yaitu Sekampung-Batanghari dan Sekampung-Bunut. Untuk DI Sekampung-Batanghari tidak mendapat jatah aliran air karena ada perbaikan.
"Jadi areal persawahan di Metro yang dialiri irigasi Sekampung-Batanghari itu di Kecamatan Metro Selatan totalnya, kemudian Metro Timur dua kelurahan, dan Metro Barat dua kelurahan juga. Ini yang tidak mendapat jatah gadu," katanya pula.
Karenanya, lanjut dia, areal persawahan yang tidak mendapat jatah gadu saat ini ditanami palawija maupun jagung.
"Tapi saat ini kan musim kemarau basah, ada beberapa areal sawah di Kecamatan Metro Barat dan Metro Selatan yang sawahnya basah. Makanya tetap tanam padi atau gadu nekat tadi yang luasannya kurang lebih 300 hektare," ujarnya lagi.
Baca juga: Musim gadu, 60 persen sawah di Kota Metro ditanami padi
Sementara, untuk DI Sekampung-Bunut mendapat jatah aliran air. Karena itu, areal persawahan yang dilewati irigasi ini mendapat jatah gadu.
"Sawah yang dialiri ini di Metro Pusat dan Metro Utara. Nah, saat ini para petani sudah mulai tanam kemungkinan pertengahan Agustus selesai," katanya lagi.
Wiji menambahkan, DKP3 menargetkan produktivitas padi pada MT II atau gadu ini sebanyak 5,8 ton per hektare.
"Jadi kalau tercapai target itu secara statistik Kota Metro masih surplus beras," katanya lagi.
Baca juga: Hasil panen padi di Kota Metro ditargetkan naik