Padang Aro, Sumbar (ANTARA) - Murid di SD 19 Sapan Salak, Nagari Pakan Rabaa Timur, Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat yang terdampak langsung banjir bandang menangis kepada guru sambil bertanya bagaimana mereka akan melanjutkan sekolah karena seragam dan bukunya tidak ada lagi.
"Saat kami mengunjungi siswa ada murid yang menangis mengadukan bagaimana mereka mau sekolah karena buku dan seragam sudah habis semua. Ada juga yang orang tuanya sampai sakit karena memikirkan perlengkapan sekolah anaknya," kata guru SD 19 Sapan Salak, Tesa Aries, di Padang Aro, Jumat
Dia mengatakan, mendengar keluhan murid yang menjadi korban banjir bandang itu pihaknya menenangkan mereka dengan menjelaskan bahwa jika seragam dan buku sekolah merupakan tanggung jawab sekolah.
Baca juga: Banjir Rendam Ratusan Rumah di Padang Sumbar
Guru-guru, katanya, sudah menghimpun bantuan untuk membeli perlengkapan murid nantinya dan kemarin baru terkumpul sekitar Rp3 juta.
"Nanti kami coba lagi menghimpun dana untuk keperluan sekolah para murid," ujarnya.
Di SD 19 Sapan Salak, kata Tesa Aries, ada sebanyak 104 peserta didik dari berbagai daerah terdampak banjir yang sampai saat ini belum bisa bersekolah.
Dia menyebutkan, sejak Senin (25/11) atau pascabanjir bandang hingga Sabtu (30/11) murid dipastikan masih libur. Sedangkan Senin (1/12) masih melihat kondisi.
Jalan ke Sapan Salak, katanya, memang sudah terbuka tetapi untuk pergi ke sekolah masih rawan sebab jalan licin dan banyak genangan air.
Selain itu, ada lagi murid yang di Sungak Mampiang berjumlah tiga orang juga belum bisa keluar sebab longsor di sana juga parah.
Kalau dari Jorong Manggih ke Sungai Mampiang, kata dia, jaraknya sekitar tiga kilometer dan sekarang hanya bisa ditempuh dengan jalan kaki.
"Kami saja saat menjenguk siswa ke Sungai Mampiang butuh waktu 2,5 jam jalan kaki sebab kondisi longsor juga parah, material batu yang terbawa longsor besar-besar," ujarnya.
Guru SDN 19 Sapan Salak Nagari Pakan Rabaa Timur, Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat harus melewati jalan berlumpur serta bekas banjir bandang untuk menjengukpelajar yang terdampak dan sampai sekarang belum bisa sekolah. (FOTO ANTARA/Erik Ifansya Akbar)
Di Sungai Mampiang, katanya, ada 10 kepala keluarga dan untuk stok makan mereka sudah mulai habis sehingga mereka harus menjemput ke posko di Manggih dengan jalan kaki.
"Kalau dulu walaupun jalan setapak tetapi motor bisa lewat ke Sungai Mampiang kalau sekarang jalan kaki saja susah," ujarnya.
Warga yang di Sungai Mampiang, katanya, rumahnya memang tidak terdampak bencana tetapi akses mereka putus total.
Selain itu, di daerah Parik ada lima kepala keluarga dan murid SD N 19 juga masih di sana.
Untuk Jorong Sapan Batu ke Sapan Salak, kata dia, memang sudah bisa jalan, tetapi siswa yang di Manggih, Sungai Mampiang dan Parik mereka masih terisolasi.
Hingga Kamis (28/11) sore, katanya, pihak Dinas Pendidikan belum pernah melihat kondisi sekolah maupun siswa.
Wali Nagari Pakan Rabaa Timur Nasril mengatakan, selain SD di daerah terdampak juga ada satu unit Taman Kanak-kanak dengan siswa 35 orang.
"Saat kami mengunjungi siswa ada murid yang menangis mengadukan bagaimana mereka mau sekolah karena buku dan seragam sudah habis semua. Ada juga yang orang tuanya sampai sakit karena memikirkan perlengkapan sekolah anaknya," kata guru SD 19 Sapan Salak, Tesa Aries, di Padang Aro, Jumat
Dia mengatakan, mendengar keluhan murid yang menjadi korban banjir bandang itu pihaknya menenangkan mereka dengan menjelaskan bahwa jika seragam dan buku sekolah merupakan tanggung jawab sekolah.
Baca juga: Banjir Rendam Ratusan Rumah di Padang Sumbar
Guru-guru, katanya, sudah menghimpun bantuan untuk membeli perlengkapan murid nantinya dan kemarin baru terkumpul sekitar Rp3 juta.
"Nanti kami coba lagi menghimpun dana untuk keperluan sekolah para murid," ujarnya.
Di SD 19 Sapan Salak, kata Tesa Aries, ada sebanyak 104 peserta didik dari berbagai daerah terdampak banjir yang sampai saat ini belum bisa bersekolah.
Dia menyebutkan, sejak Senin (25/11) atau pascabanjir bandang hingga Sabtu (30/11) murid dipastikan masih libur. Sedangkan Senin (1/12) masih melihat kondisi.
Jalan ke Sapan Salak, katanya, memang sudah terbuka tetapi untuk pergi ke sekolah masih rawan sebab jalan licin dan banyak genangan air.
Selain itu, ada lagi murid yang di Sungak Mampiang berjumlah tiga orang juga belum bisa keluar sebab longsor di sana juga parah.
Kalau dari Jorong Manggih ke Sungai Mampiang, kata dia, jaraknya sekitar tiga kilometer dan sekarang hanya bisa ditempuh dengan jalan kaki.
"Kami saja saat menjenguk siswa ke Sungai Mampiang butuh waktu 2,5 jam jalan kaki sebab kondisi longsor juga parah, material batu yang terbawa longsor besar-besar," ujarnya.
"Kalau dulu walaupun jalan setapak tetapi motor bisa lewat ke Sungai Mampiang kalau sekarang jalan kaki saja susah," ujarnya.
Warga yang di Sungai Mampiang, katanya, rumahnya memang tidak terdampak bencana tetapi akses mereka putus total.
Selain itu, di daerah Parik ada lima kepala keluarga dan murid SD N 19 juga masih di sana.
Untuk Jorong Sapan Batu ke Sapan Salak, kata dia, memang sudah bisa jalan, tetapi siswa yang di Manggih, Sungai Mampiang dan Parik mereka masih terisolasi.
Hingga Kamis (28/11) sore, katanya, pihak Dinas Pendidikan belum pernah melihat kondisi sekolah maupun siswa.
Wali Nagari Pakan Rabaa Timur Nasril mengatakan, selain SD di daerah terdampak juga ada satu unit Taman Kanak-kanak dengan siswa 35 orang.