Jakarta (ANTARA) - "Berapa lama perjalanan ke Padar?" tanya saya kepada pemandu perjalanan yang hari itu akan membantu kami menyusuri Taman Nasional Komodo.
Taman nasional yang terletak di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT), ini terdiri dari tiga pulau besar, yaitu Pulau Padar, Pulau Komodo, dan Pulau Rinca.
Pulau Padar yang menjadi tujuan pertama perjalanan kami berjarak sekitar 55 menit dari salah satu pelabuhan kapal cepat.
Baca juga: Mencari Bintang Film Titanic Leonardo DiCaprio jadi duta promosi Labuhan Bajo
Meski hari masih pagi, matahari pada pertengahan November tidak malu-malu untuk menunjukkan jati dirinya.
Cuaca panas terik tanpa awan pun menyambut kedatangan kami di Pulau Padar yang terlihat gersang.
Pulau Padar yang mempunyai luas 14,09 kilometer persegi merupakan pulau terbesar ketiga di taman nasional ini setelah Pulau Komodo dan Pulau Rinca.
Pulau yang menjadi habitat burung elang, penyu hijau, dan rusa ini menawarkan wisata tracking dan keindahan alam savana dari atas bukit.
Oleh karena itu, para pelancong wajib menaiki kurang lebih 700-800 anak tangga apabila ingin menikmati keindahan alam tersebut.
Sebagai tips, jangan lupa untuk memakai krim matahari, karena panas yang menyengat bisa membakar kulit, dan membawa air minum secukupnya.
Baca juga: Badan Otoritas berharap generasi muda Labuhan Bajo bantu pengembangan pariwisata
Meski melelahkan, perjalanan mendaki terbayar oleh indahnya pemandangan bukit dan laut yang mungkin jarang terlihat bagi penduduk kota.
Dalam kesempatan ini, kami bertemu dengan sejumlah wisatawan mancanegara yang menjadi tamu primadona di wilayah Labuan Bajo.
Wisatawan mancanegara memang terlihat dominan karena daerah wisata premium ini lebih terkenal di dunia internasional.
Dari kunjungan wisatawan di kawasan ini pada 2018 sebanyak 163.054 orang, 91.870 merupakan wisatawan mancanegara dan 71.184 wisatawan Nusantara.
Wisatawan mancanegara dari Eropa mendominasi kunjungan ke Labuan Bajo, terutama Perancis yang menempati peringkat satu pada tahun 2018 dan 2019.
Jumlah kunjungan wisatawan asal Perancis mencapai 12.134 orang dan 9.341 orang masing-masing di 2018 dan 2019.
Baca juga: Badan Otoritas pastikan wisatawan Labuhan Bajo Flores belum mencapai target
Negara Eropa lainnya yang mendominasi kunjungan ke destinasi ini adalah Spanyol, Inggris, Jerman, Belanda, Jerman dan Italia.
Khusus tahun 2019, turis asal China menjadi satu-satunya wisatawan dari Asia yang masuk 10 besar asal negara wisatawan mancanegara di Labuan Bajo.
Jumlah kunjungan wisatawan China hingga September 2019 mencapai 8.393 orang atau kedua tertinggi setelah turis asal Perancis.
Sebagian besar wisatawan mancanegara datang ke kawasan ini ingin mencari ketenangan dan keindahan pemandangan alam.
Taka Makassar, yang merupakan salah satu obyek wisata bahari di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur. (ANTARA/Satyagraha)
Pulau Komodo
Perjalanan kemudian berlanjut ke Pulau Komodo, salah satu tempat atraksi utama yang telah menjadi situs warisan dunia UNESCO sejak 1991.
Setelah melalui perjalanan selama 20 menit dari Pulau Padar, kami tiba di pintu masuk Loh Liang untuk memulai penjelajahan dan pengamatan Komodo.
Sang pemandu, Rijal, menceritakan bahwa Komodo, yang jarang terlihat ketika musim panas, telah hidup bersinergi dengan manusia.
Untuk itu, menurut dia, tidak ada yang boleh mengganggu Komodo di habitat asli, termasuk memberi makanan, karena bisa memberikan ketergantungan.
"Semua harus berjalan dinamis, termasuk Komodo yang harus bisa mencari makanannya sendiri," kata pemuda berusia 18 tahun ini.
Mungkin alasan keasrian yang membuat tidak sembarang pengunjung bisa masuk ke kawasan konservasi ini.
Tidak mengherankan, apabila terdapat wacana untuk memungut tarif masuk 1.000 dolar AS atau sekitar Rp14 juta, yang masih dalam kajian pemerintah.
Tidak lama setelah Rijal menyelesaikan cerita, kami beruntung langsung bertemu dengan "si naga" kurang lebih 500 meter dari Loh Liang.
Komodo yang sedang berteduh di rerimbunan langsung menjadi daya tarik bagi rombongan kami untuk berfoto.
Meski demikian, Rijal mengingatkan untuk menjaga jarak paling dekat sejauh dua meter, karena Komodo merupakan pemakan daging atau karnivora.
"Gigitan Komodo itu mencabik dan bisa menimbulkan luka yang dalam," katanya.
Singkat kata, suasana eksotis di Pulau Komodo seluas 33.037 hektare ini sangat cocok bagi wisatawan yang doyan melakukan penjelajahan alam.
Namun, karena musim kemarau, ketersediaan air untuk kamar kecil menjadi hal yang langka dan menjadi nilai minus dalam perjalanan ini.
Wisata Laut
Labuan Bajo tidak hanya menjanjikan wisata petualangan atau pengamatan Komodo, namun juga wisata bahari.
Setelah mengunjungi Pulau Padar dan Pulau Komodo, kami menikmati wisata air di Pink Beach (masih di Pulau Komodo), Taka Makasar dan Pulau Kanawa.
Salah satu daya tarik di destinasi wisata laut ini adalah Taka Makassar yang merupakan pulau kecil di tengah laut.
Pulau yang tidak lebih luas dari lapangan sepakbola hanya bisa didatangi oleh perahu kecil atau berenang.
Kapal cepat hanya bisa bersandar 500 meter dari bibir pantai dan pengunjung dapat ber-snorkeling ria menuju pantai untuk menikmati lembutnya pasir putih.
Tempat ini sedikit mengingatkan adegan di film Pirates of The Caribbean:On Stranger Tides ketika Jack Sparrow terdampar di pulau kecil, Sola Fide.
Taka Makassar tidak hanya menawarkan pemandangan laut biru tosca yang mempesona, tetapi juga langit membentang serta semiliar angin yang membius.
Namun, wisatawan yang melakukan snorkeling harus mewaspadai arus sekitar pulau, yang terkadang cukup deras, agar tidak hanyut.
Para pengunjung yang ingin menikmati sajian lain dari wisata laut juga bisa menginap di resort Pulau Kanawa.
Pulau ini cocok bagi para penggemar snorkeling yang ingin melepas penat karena mempunyai alam bawah laut yang menawan.
Terumbu karang, koral, kerumunan ikan kecil, bintang laut dan anemon laut bukan merupakan pemandangan yang langka di tempat ini.
Tidak terasa, waktu menjelang maghrib segera tiba, sehingga rombongan harus segera kembali ke kapal cepat.
Sebagai penutup perjalanan kembali ke Labuan Bajo, kami disajikan oleh pemandangan senja yang indah di Laut Flores.
Pengembangan wisata
Labuan Bajo menjadi sorotan karena menjadi menjadi salah satu dari kawasan destinasi pariwisata super prioritas selain Danau Toba, Borobudur, dan Mandalika.
Pemerintah melalui Badan Otoritas Pariwisata Labuhan Bajo Flores serius untuk mengembangkan wilayah wisata unggulan yang terletak tidak jauh dari Bali ini.
Salah satu upaya untuk meningkatkan jumlah kedatangan turis dan memperbaiki layanan jasa di Labuan Bajo adalah dengan mendorong kualitas sumber daya manusia.
Peningkatan kualitas itu melalui kurikulum di sekolah formal dengan pendidikan vokasi serta memberikan skill khusus seperti menyelam, pemandu (ranger) dan bird watching.
Kepala Badan Otoritas Pariwisata Labuhan Bajo Flores Shana Fatina Sukarsono mengatakan pembenahan dilakukan agar anak muda Labuan Bajo tidak mencari rezeki di tempat lain.
"Kita mencoba membuat Labuan Bajo menarik, agar anak mudanya jangan keluar dan sama-sama mau membangun," katanya.
Shana menyakini kegiatan itu dapat menyediakan lapangan kerja untuk 19.800 orang, bagi Labuhan Bajo yang saat ini berpenduduk sekitar 62.000 jiwa.
Selama ini, kenaikan jumlah kunjungan wisatawan telah diimbangi dengan kenaikan Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Manggarai Barat hingga 35,5 persen.
PDRB sektor pariwisata pada 2017 juga tercatat Rp16,4 miliar yaitu Rp14,1 miliar dari penyediaan akomodasi dan makan minum serta Rp2,3 miliar dari jasa lainnya.
Selain itu, perluasan landasan pacu di Bandara Komodo sedang diupayakan agar rute penerbangan internasional dapat singgah ke Labuan Bajo.
Di sisi lain, pembenahan promosi wisata juga terus dilakukan melalui pembaruan laman informasi destinasi di internet.
Bahkan, Badan Otoritas mewacanakan untuk menunjuk Leonardo Di Caprio sebagai bagian dari endorsement artis internasional untuk memperkenalkan Labuan Bajo.
Meski demikian, pengembangan wisata itu masih menghadapi sejumlah tantangan dari segi biaya perjalanan yang tinggi maupun pengelolaan sampah yang belum optimal
Labuan Bajo juga harus mengantisipasi dinamika pasar wisata berupa pemberitaan negatif dari media perjalanan yang ingin menciptakan suasana persaingan tidak sehat.
Oleh karena itu, sinergi antara pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya sangat penting bagi pengembangan kawasan yang juga menjadi salah satu calon tuan rumah KTT G20 pada 2023 ini.
Taman nasional yang terletak di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT), ini terdiri dari tiga pulau besar, yaitu Pulau Padar, Pulau Komodo, dan Pulau Rinca.
Pulau Padar yang menjadi tujuan pertama perjalanan kami berjarak sekitar 55 menit dari salah satu pelabuhan kapal cepat.
Baca juga: Mencari Bintang Film Titanic Leonardo DiCaprio jadi duta promosi Labuhan Bajo
Meski hari masih pagi, matahari pada pertengahan November tidak malu-malu untuk menunjukkan jati dirinya.
Cuaca panas terik tanpa awan pun menyambut kedatangan kami di Pulau Padar yang terlihat gersang.
Pulau Padar yang mempunyai luas 14,09 kilometer persegi merupakan pulau terbesar ketiga di taman nasional ini setelah Pulau Komodo dan Pulau Rinca.
Pulau yang menjadi habitat burung elang, penyu hijau, dan rusa ini menawarkan wisata tracking dan keindahan alam savana dari atas bukit.
Oleh karena itu, para pelancong wajib menaiki kurang lebih 700-800 anak tangga apabila ingin menikmati keindahan alam tersebut.
Sebagai tips, jangan lupa untuk memakai krim matahari, karena panas yang menyengat bisa membakar kulit, dan membawa air minum secukupnya.
Baca juga: Badan Otoritas berharap generasi muda Labuhan Bajo bantu pengembangan pariwisata
Meski melelahkan, perjalanan mendaki terbayar oleh indahnya pemandangan bukit dan laut yang mungkin jarang terlihat bagi penduduk kota.
Dalam kesempatan ini, kami bertemu dengan sejumlah wisatawan mancanegara yang menjadi tamu primadona di wilayah Labuan Bajo.
Wisatawan mancanegara memang terlihat dominan karena daerah wisata premium ini lebih terkenal di dunia internasional.
Dari kunjungan wisatawan di kawasan ini pada 2018 sebanyak 163.054 orang, 91.870 merupakan wisatawan mancanegara dan 71.184 wisatawan Nusantara.
Wisatawan mancanegara dari Eropa mendominasi kunjungan ke Labuan Bajo, terutama Perancis yang menempati peringkat satu pada tahun 2018 dan 2019.
Jumlah kunjungan wisatawan asal Perancis mencapai 12.134 orang dan 9.341 orang masing-masing di 2018 dan 2019.
Baca juga: Badan Otoritas pastikan wisatawan Labuhan Bajo Flores belum mencapai target
Negara Eropa lainnya yang mendominasi kunjungan ke destinasi ini adalah Spanyol, Inggris, Jerman, Belanda, Jerman dan Italia.
Khusus tahun 2019, turis asal China menjadi satu-satunya wisatawan dari Asia yang masuk 10 besar asal negara wisatawan mancanegara di Labuan Bajo.
Jumlah kunjungan wisatawan China hingga September 2019 mencapai 8.393 orang atau kedua tertinggi setelah turis asal Perancis.
Sebagian besar wisatawan mancanegara datang ke kawasan ini ingin mencari ketenangan dan keindahan pemandangan alam.
Pulau Komodo
Perjalanan kemudian berlanjut ke Pulau Komodo, salah satu tempat atraksi utama yang telah menjadi situs warisan dunia UNESCO sejak 1991.
Setelah melalui perjalanan selama 20 menit dari Pulau Padar, kami tiba di pintu masuk Loh Liang untuk memulai penjelajahan dan pengamatan Komodo.
Sang pemandu, Rijal, menceritakan bahwa Komodo, yang jarang terlihat ketika musim panas, telah hidup bersinergi dengan manusia.
Untuk itu, menurut dia, tidak ada yang boleh mengganggu Komodo di habitat asli, termasuk memberi makanan, karena bisa memberikan ketergantungan.
"Semua harus berjalan dinamis, termasuk Komodo yang harus bisa mencari makanannya sendiri," kata pemuda berusia 18 tahun ini.
Mungkin alasan keasrian yang membuat tidak sembarang pengunjung bisa masuk ke kawasan konservasi ini.
Tidak mengherankan, apabila terdapat wacana untuk memungut tarif masuk 1.000 dolar AS atau sekitar Rp14 juta, yang masih dalam kajian pemerintah.
Tidak lama setelah Rijal menyelesaikan cerita, kami beruntung langsung bertemu dengan "si naga" kurang lebih 500 meter dari Loh Liang.
Komodo yang sedang berteduh di rerimbunan langsung menjadi daya tarik bagi rombongan kami untuk berfoto.
Meski demikian, Rijal mengingatkan untuk menjaga jarak paling dekat sejauh dua meter, karena Komodo merupakan pemakan daging atau karnivora.
"Gigitan Komodo itu mencabik dan bisa menimbulkan luka yang dalam," katanya.
Singkat kata, suasana eksotis di Pulau Komodo seluas 33.037 hektare ini sangat cocok bagi wisatawan yang doyan melakukan penjelajahan alam.
Namun, karena musim kemarau, ketersediaan air untuk kamar kecil menjadi hal yang langka dan menjadi nilai minus dalam perjalanan ini.
Wisata Laut
Labuan Bajo tidak hanya menjanjikan wisata petualangan atau pengamatan Komodo, namun juga wisata bahari.
Setelah mengunjungi Pulau Padar dan Pulau Komodo, kami menikmati wisata air di Pink Beach (masih di Pulau Komodo), Taka Makasar dan Pulau Kanawa.
Salah satu daya tarik di destinasi wisata laut ini adalah Taka Makassar yang merupakan pulau kecil di tengah laut.
Pulau yang tidak lebih luas dari lapangan sepakbola hanya bisa didatangi oleh perahu kecil atau berenang.
Kapal cepat hanya bisa bersandar 500 meter dari bibir pantai dan pengunjung dapat ber-snorkeling ria menuju pantai untuk menikmati lembutnya pasir putih.
Tempat ini sedikit mengingatkan adegan di film Pirates of The Caribbean:On Stranger Tides ketika Jack Sparrow terdampar di pulau kecil, Sola Fide.
Taka Makassar tidak hanya menawarkan pemandangan laut biru tosca yang mempesona, tetapi juga langit membentang serta semiliar angin yang membius.
Namun, wisatawan yang melakukan snorkeling harus mewaspadai arus sekitar pulau, yang terkadang cukup deras, agar tidak hanyut.
Para pengunjung yang ingin menikmati sajian lain dari wisata laut juga bisa menginap di resort Pulau Kanawa.
Pulau ini cocok bagi para penggemar snorkeling yang ingin melepas penat karena mempunyai alam bawah laut yang menawan.
Terumbu karang, koral, kerumunan ikan kecil, bintang laut dan anemon laut bukan merupakan pemandangan yang langka di tempat ini.
Tidak terasa, waktu menjelang maghrib segera tiba, sehingga rombongan harus segera kembali ke kapal cepat.
Sebagai penutup perjalanan kembali ke Labuan Bajo, kami disajikan oleh pemandangan senja yang indah di Laut Flores.
Pengembangan wisata
Labuan Bajo menjadi sorotan karena menjadi menjadi salah satu dari kawasan destinasi pariwisata super prioritas selain Danau Toba, Borobudur, dan Mandalika.
Pemerintah melalui Badan Otoritas Pariwisata Labuhan Bajo Flores serius untuk mengembangkan wilayah wisata unggulan yang terletak tidak jauh dari Bali ini.
Salah satu upaya untuk meningkatkan jumlah kedatangan turis dan memperbaiki layanan jasa di Labuan Bajo adalah dengan mendorong kualitas sumber daya manusia.
Peningkatan kualitas itu melalui kurikulum di sekolah formal dengan pendidikan vokasi serta memberikan skill khusus seperti menyelam, pemandu (ranger) dan bird watching.
Kepala Badan Otoritas Pariwisata Labuhan Bajo Flores Shana Fatina Sukarsono mengatakan pembenahan dilakukan agar anak muda Labuan Bajo tidak mencari rezeki di tempat lain.
"Kita mencoba membuat Labuan Bajo menarik, agar anak mudanya jangan keluar dan sama-sama mau membangun," katanya.
Shana menyakini kegiatan itu dapat menyediakan lapangan kerja untuk 19.800 orang, bagi Labuhan Bajo yang saat ini berpenduduk sekitar 62.000 jiwa.
Selama ini, kenaikan jumlah kunjungan wisatawan telah diimbangi dengan kenaikan Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Manggarai Barat hingga 35,5 persen.
PDRB sektor pariwisata pada 2017 juga tercatat Rp16,4 miliar yaitu Rp14,1 miliar dari penyediaan akomodasi dan makan minum serta Rp2,3 miliar dari jasa lainnya.
Selain itu, perluasan landasan pacu di Bandara Komodo sedang diupayakan agar rute penerbangan internasional dapat singgah ke Labuan Bajo.
Di sisi lain, pembenahan promosi wisata juga terus dilakukan melalui pembaruan laman informasi destinasi di internet.
Bahkan, Badan Otoritas mewacanakan untuk menunjuk Leonardo Di Caprio sebagai bagian dari endorsement artis internasional untuk memperkenalkan Labuan Bajo.
Meski demikian, pengembangan wisata itu masih menghadapi sejumlah tantangan dari segi biaya perjalanan yang tinggi maupun pengelolaan sampah yang belum optimal
Labuan Bajo juga harus mengantisipasi dinamika pasar wisata berupa pemberitaan negatif dari media perjalanan yang ingin menciptakan suasana persaingan tidak sehat.
Oleh karena itu, sinergi antara pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya sangat penting bagi pengembangan kawasan yang juga menjadi salah satu calon tuan rumah KTT G20 pada 2023 ini.