Bandarlampung (ANTARA) - Wakil Gubernur Lampung Chusnunia Chalim (Nunik) mendorong penguatan budaya literasi di pondok pesantren dengan melatih kemampuan menulis dan mengaktfkan gerakan gemar membaca.
"Saya mengajak semua pihak untuk mengkolaborasikan gerakan literasi di pondok pesantren tersebut dengan gerakan membaca di masyarakat," kata Wagub Nunik saat menjadi pembicara pada kegiatan Bincang Literasi Bersama Santri, di Ruang Sungkai, Balai Keratun, Komplek Kantor Gubernur Lampung, Sabtu.
Bincang literasi ini menghadirkan Khilma Anis yang merupakan penulis Novel Hati Suhita dan Malsa penulis Puisi Perjalanan Kopi Rindu.
"Kita bisa berkolaborasi seperti kita mulai dengan membuat pelatihan menulis di pesantren kemudian dilanjutkan dengan pelatihan kepada masyarakat umum untuk menggerakkan budaya literasi ini," ujarnya.
Nunik mengatakan menumbuhkan minat membaca buku dan menulis secara umum di perpustakaan pondok pesantren juga penting dilakukan selain mempelajari kitab.
"Pelatihan itu juga agar bagaimana santri mempunyai kemampuan untuk menulis paling tidak minat bacanya, selain kitab juga buku secara umum," katanya.
Menurut dia, perpustakaan di pondok pesantren memiliki keterbatasan referensi bacaan.
"Ini juga salah satu tantangan, padahal buku seperti novel dan buku umum lainnya banyak ilmu yang bisa diserap, dimana pasti didalam novel juga ada banyak pesan yang kemudian bisa menjadi pegangan hidup dan inspirasi serta pengetahuan baru, begitu juga dengan buku umum lainnya," ujarnya.
Selain di lingkup pondok pesantren, Nunik menyebutkan ada juga sebagian masyarakat yang masih belum terlalu menyadari sesuatu yang penting dari gerakan literasi.
Padahal menurutnya, istilah buku jendela ilmu merupakan hal nyata, dimana literasi bagian dari gerakan untuk mencerdaskan bangsa.
"Sebenarnya komunitas literasi sudah mulai tumbuh semangat tetapi memang masyarakat sendiri juga belum terlalu 'welcome' dan berfikir akan pentingnya perpustakaan," katanya.
Terlebih era saat ini, Nunik mengatakan dengan adanya internet yang bisa diakses melalui gadget, orang beranggapan membaca bisa dilakukan sacara simpel padahal tidak cukup penyampaian melalui internet saja.
"Mereka berpikir dengan membaca melalui sistem online dan simpel yang informasinya pendek sudah cukup. Banyak orang yang merasa cukup dengan membaca sesuatu yang pendek tersebut, bahkan ada yang merasa membaca judulnya saja sudah merasa cukup dan tahu, ini menjadi persoalan," ujarnya.
Nunik mengatakan dengan gemar membaca ini juga, menjadi kunci yang mengantarkan dirinya menuju kesuksesan sebagai Wakil Gubernur Lampung.
"Saya secara pribadi memang dari kecil senang membaca berbagai buku, dengan membaca seperti novel membuat kita seperti sedang berkelana sekaligus membuat otak kita rileks, saya merasakannya seperti itu. Ketika sejak kecil ditumbuhkan minat baca, maka sampai dewasa akan terus membekas," katanya.
Nunik mengajak semua pihak untuk mengambil peran menggerakkan budaya literasi kepada masyarakat.
"Gerakan literasi adalah gerakan bersama, karena tidak bisa bergerak sendiri. Tetapi kalau kita bersama-sama dengan apa yang bisa kita lakukan, kita kolaborasikan agar gerakan literasi ini bisa membudaya, gerakan ini langkahnya akan lebih cepat lagi," katanya.*
"Saya mengajak semua pihak untuk mengkolaborasikan gerakan literasi di pondok pesantren tersebut dengan gerakan membaca di masyarakat," kata Wagub Nunik saat menjadi pembicara pada kegiatan Bincang Literasi Bersama Santri, di Ruang Sungkai, Balai Keratun, Komplek Kantor Gubernur Lampung, Sabtu.
Bincang literasi ini menghadirkan Khilma Anis yang merupakan penulis Novel Hati Suhita dan Malsa penulis Puisi Perjalanan Kopi Rindu.
"Kita bisa berkolaborasi seperti kita mulai dengan membuat pelatihan menulis di pesantren kemudian dilanjutkan dengan pelatihan kepada masyarakat umum untuk menggerakkan budaya literasi ini," ujarnya.
Nunik mengatakan menumbuhkan minat membaca buku dan menulis secara umum di perpustakaan pondok pesantren juga penting dilakukan selain mempelajari kitab.
"Pelatihan itu juga agar bagaimana santri mempunyai kemampuan untuk menulis paling tidak minat bacanya, selain kitab juga buku secara umum," katanya.
Menurut dia, perpustakaan di pondok pesantren memiliki keterbatasan referensi bacaan.
"Ini juga salah satu tantangan, padahal buku seperti novel dan buku umum lainnya banyak ilmu yang bisa diserap, dimana pasti didalam novel juga ada banyak pesan yang kemudian bisa menjadi pegangan hidup dan inspirasi serta pengetahuan baru, begitu juga dengan buku umum lainnya," ujarnya.
Selain di lingkup pondok pesantren, Nunik menyebutkan ada juga sebagian masyarakat yang masih belum terlalu menyadari sesuatu yang penting dari gerakan literasi.
Padahal menurutnya, istilah buku jendela ilmu merupakan hal nyata, dimana literasi bagian dari gerakan untuk mencerdaskan bangsa.
"Sebenarnya komunitas literasi sudah mulai tumbuh semangat tetapi memang masyarakat sendiri juga belum terlalu 'welcome' dan berfikir akan pentingnya perpustakaan," katanya.
Terlebih era saat ini, Nunik mengatakan dengan adanya internet yang bisa diakses melalui gadget, orang beranggapan membaca bisa dilakukan sacara simpel padahal tidak cukup penyampaian melalui internet saja.
"Mereka berpikir dengan membaca melalui sistem online dan simpel yang informasinya pendek sudah cukup. Banyak orang yang merasa cukup dengan membaca sesuatu yang pendek tersebut, bahkan ada yang merasa membaca judulnya saja sudah merasa cukup dan tahu, ini menjadi persoalan," ujarnya.
Nunik mengatakan dengan gemar membaca ini juga, menjadi kunci yang mengantarkan dirinya menuju kesuksesan sebagai Wakil Gubernur Lampung.
"Saya secara pribadi memang dari kecil senang membaca berbagai buku, dengan membaca seperti novel membuat kita seperti sedang berkelana sekaligus membuat otak kita rileks, saya merasakannya seperti itu. Ketika sejak kecil ditumbuhkan minat baca, maka sampai dewasa akan terus membekas," katanya.
Nunik mengajak semua pihak untuk mengambil peran menggerakkan budaya literasi kepada masyarakat.
"Gerakan literasi adalah gerakan bersama, karena tidak bisa bergerak sendiri. Tetapi kalau kita bersama-sama dengan apa yang bisa kita lakukan, kita kolaborasikan agar gerakan literasi ini bisa membudaya, gerakan ini langkahnya akan lebih cepat lagi," katanya.*