Jakarta (ANTARA) - Jika menggunakan cara yang sama untuk memecahkan masalah maka jangan berharap pemerintahan periode kedua Presiden Joko Widodo bisa menangani krisis ekonomi yang akan melanda, ujar Rizal Ramli
"Masa 'nyungsep' terus, Jokowi sudah jadi presiden yang kedua kok malah bukan membawa berkah, tapi membawa masalah yang berlanjut makin lama makin dalam," kata mantan Menteri Koordinator Bidang Kemaritimin itu dalam acara "Ngopi Bareng" yang diadakan di Tebet, Jakarta Selatan, Senin.
Ekonom senior itu memprediksi ekonomi Indonesia bakal tumbuh ekonomi sepanjang 2019 sebesar 4,5 persen, jauh dari yang ditargetkan pemerintah 5,2 persen di tahun ini.
Dia mengkritik kebijakan-kebijakan ekonomi yang diambil oleh pemerintahan saat ini yang tidak mendukung pertumbuhan, seperti rencana tax amnesty kedua yang menguntungkan sebagian orang dan langkah penghematan atau austerity yang menurutnya akan menyengsarakan rakyat kecil.
Rizal Ramli mengatakan, seharusnya pemerintah tidak mempertahankan cara lama dan malah mengganti target, tapi mengubah cara mengatasi krisis.
Menurut dia, seharusnya saat ekonomi melambat maka dilakukan stimulus yang meningkatkan ekonomi, baru kemudian mengejar pajak.
Pakar ekonomi itu juga mengatakan belum melihat rencana dan aksi agar Indonesia memanfaatkan perang dagang yang terjadi antara Amerika Serikat dan China, yang seharusnya sudah dimiliki untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
"Trade crisis ini sudah diramalkan satu setengah tahun lalu, pemerintah Indonesia tidak punya plan, tidak ada action dan timeframe bagaimana kita menarik manfaat," tegasnya.
"Masa 'nyungsep' terus, Jokowi sudah jadi presiden yang kedua kok malah bukan membawa berkah, tapi membawa masalah yang berlanjut makin lama makin dalam," kata mantan Menteri Koordinator Bidang Kemaritimin itu dalam acara "Ngopi Bareng" yang diadakan di Tebet, Jakarta Selatan, Senin.
Ekonom senior itu memprediksi ekonomi Indonesia bakal tumbuh ekonomi sepanjang 2019 sebesar 4,5 persen, jauh dari yang ditargetkan pemerintah 5,2 persen di tahun ini.
Dia mengkritik kebijakan-kebijakan ekonomi yang diambil oleh pemerintahan saat ini yang tidak mendukung pertumbuhan, seperti rencana tax amnesty kedua yang menguntungkan sebagian orang dan langkah penghematan atau austerity yang menurutnya akan menyengsarakan rakyat kecil.
Rizal Ramli mengatakan, seharusnya pemerintah tidak mempertahankan cara lama dan malah mengganti target, tapi mengubah cara mengatasi krisis.
Menurut dia, seharusnya saat ekonomi melambat maka dilakukan stimulus yang meningkatkan ekonomi, baru kemudian mengejar pajak.
Pakar ekonomi itu juga mengatakan belum melihat rencana dan aksi agar Indonesia memanfaatkan perang dagang yang terjadi antara Amerika Serikat dan China, yang seharusnya sudah dimiliki untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
"Trade crisis ini sudah diramalkan satu setengah tahun lalu, pemerintah Indonesia tidak punya plan, tidak ada action dan timeframe bagaimana kita menarik manfaat," tegasnya.