Bandarlampung (ANTARA Lampung) - Ekspor komoditas biji kakao Lampung selama April 2016 tercatat senilai 282.400 dolar Amerika Serikat dengan volume 284,48 ton.

"Ekspor tersebut masih terus berlangsung meski produktivitas komoditas itu turun," kata Kepala Dinas Perdagangan Provinsi Lampung Ferynia, didampingi Kepala Bidang Perdagangan Luar Negeri Ratna Dewi di Bandarlampung, Sabtu.

Ia mengatakan, komoditas kakao merupakan salah satu penyumbang devisa relatif besar bagi daerah ini. Sentra perkebunan kakao di Lampung panennya cukup bagus dan kakao masih merupakan komoditas unggulan Lampung di samping hasil perkebunan lainnya seperti kopi, sawit, lada, dan kopra.

Menurutnya, sentra perkebunan kakao di Lampung seperti Kabupaten Tanggamus, Lampung Selatan, Lampung Timur, Pesisir Barat, dan Waykanan masih menjadi andalan ekspor komoditas tersebut.

Sementara harga jual kakao masih tetap bertahan tinggi jika dibanding dengan harga biji kopi, harga biji kakao di tingkat petani masih berkisaran Rp29-30 ribu per kilogram.

"Harga kopi saat ini di tingkat petani berkisar Rp21.000 per kilogram. Sedangkan harga biji kakao mencapai di atas Rp28.000 per kilogram," kata Ahmad petani kakao di Wayharong, Tanggamus.

Ia menyebutkan harga jual kakao tergantung kualitas, yakni kadar air termasuk bijinya mutunya baik atau tidak. Namun rata-rata petani menjual biji kakao dengan harga dikisaran Rp29.000/kg ke pedagang pengepul.

Menurutnya, meski harga saat ini bertahan tinggi namun produktivitasnya turun akibat penyakit buah busuk yang menyerang tanaman sebelum panen.

`Penurunan hasil panen kakao ini, merata dialami semua petani. Lantaran tanaman kakao, banyak yang terserang penyakit buah busuk sebelum siap panen," tambah dia.(Ant)

Pewarta : Agus Wira Sukarta
Editor : Samino Nugroho
Copyright © ANTARA 2024