Universitas John Hopkins: Kasus global virus corona capai 1 juta

id kasus global virus corona,wabah virus corona,universitas johns hopkins

Universitas John Hopkins: Kasus global virus corona capai 1 juta

Penumpang pesawat mengambil barang bawaan di belakang kursi kosong di atas pesawat Delta, saat gangguan penyakit virus korona (COVID-19) terus berlanjut di seluruh industri global, dari Bandara Internasional JFK New York sampai ke San Francisco, California, Amerika Serikat, Selasa (17/3/2020). REUTERS/Shannon Stapleton

Beijing (ANTARA) - Kasus global virus corona mencapai 1 juta ketika pandemi itu meledak di Amerika Serikat dan jumlah kematian terus meningkat di Italia dan Spanyol, demikian menurut penghitungan oleh Universitas Johns Hopkins.

Virus ini telah membunuh lebih dari 51.000 orang secara global dengan jumlah kematian terbesar di Italia, diikuti oleh Spanyol dan Amerika Serikat.

Sebanyak 100.000 kasus pertama dilaporkan dalam sekitar 55 hari dan 500.000 pertama dalam 76 hari. Kasus meningkat dua kali lipat menjadi 1 juta dalam delapan hari terakhir.

Total kasus yang dilaporkan pada hari Kamis tumbuh 10 persen dari hari sebelumnya, pertama kali angka ini mencapai dua digit sejak virus itu bertahan di luar China.

Ada 117 negara dan wilayah yang telah melaporkan lebih dari 100 kasus, 50 dengan wabah lebih dari 1.000 dan tujuh yang telah melaporkan 50.000 atau lebih kasus COVID-19, terutama di Eropa.

Tingkat kematian global sekarang lebih dari 5 persen dari semua kasus yang dilaporkan, dengan negara-negara termasuk Inggris, Amerika Serikat dan Spanyol melaporkan lonjakan kematian dalam beberapa hari terakhir.

Sekitar 22 persen dari total kasus telah dilaporkan oleh Amerika Serikat, sementara Italia dan Spanyol masing-masing melaporkan 11 persen dari kasus global.

Cina, tempat virus itu muncul pada Desember, telah melaporkan 8 persen dari total kasus secara global ketika pusat pandemi pindah ke Eropa dan Amerika Serikat.

Eropa bersama-sama menyumbang lebih dari setengah kasus dan lebih dari 70 persen kematian terkait dengan virus ini, karena negara-negara di Eropa Selatan dengan demografi usia yang lebih tinggi lebih terpukul.

Sumber : Reuters