"Jualan" budaya lewat Indonesia Open

id Indonesia Open,Bulu tangkis,Susi Susanti,Budaya Indonesia,Batik

"Jualan" budaya lewat Indonesia Open

Wasit asal Australia Kelly Hoare (kiri) mengenakan kemeja batik saat memimpin pertandingan babak semifinal Blibli Indonesia Open 2019 di Istora Senayan, Jakarta, Sabtu (20/7/2019). ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/wsj.

Jakarta (ANTARA) - Melalui Indonesia Open 2019, kegiatan olahraga kembali menunjukkan diri bukan sekadar sebuah arena laga para atlet yang bertujuan mencari pemenang, tetapi menjadi jendela untuk mengkomunikasikan banyak hal.

Sebagaimana kegiatan olahraga lain seperti Asian Games tahun lalu, Indonesia Open pun diperluas maknanya. Tak hanya menawarkan pertunjukkan ketangkasan tepok bulu kelas dunia, publik pun diajak menyimak hal-hal lain, salah satunya budaya Indonesia.

Tawaran tersebut sepertinya juga yang direspon oleh panitia Blibli Indonesia Open 2019 setelah melihat kesuksesan yang diraih saat perhelatan Asian Games 2018 karena bisa mendukung promosi pariwisata dan budaya di Tanah Air.

Namun memang, budaya Indonesia terlalu kaya dan tak mungkin tersampaikan utuh melalui event bulu tangkis yang berlangsung 16-21 Juli ini. Tetapi, paling tidak panitia bisa dengan jeli mencoba mencuri perhatian dengan memperkenalkan sebersit budaya Indonesia.

Batik menjadi salah satu pilihan identitas Indonesia yang dipromosikan melalui turnamen bulu tangkis berhadiah total sebesar USD 1.250.000 atau setara Rp17, 4 miliar itu.



Pakaian yang sudah ditetapkan sebagai warisan budaya oleh UNESCO itu dikenakan oleh wasit pada semifinal turnamen Indonesia Open 2019.

Selain batik, pakaian tradisional Jawa yakni kain lurik dan blangkon juga terlihat dipakai oleh hakim garis yang bertugas mengawasi jalannya pertandingan.

Ketua Panitia Penyelenggara Blibli Indonesia Open 2019, Achmad Budiharto mengatakan penampilan unik wasit dan hakim garis ini bagian dari upaya memperkenalkan Indonesia beserta kebudayaannya di mata Internasional.

“Pakaian jawa merupakan bagian dari mengenalkan salah satu budaya Indonesia ya,” kata Achmad di Jakarta.

Pasangan mantan pebulu tangkis Indonesia Susi Susanti dan Alan Budikusuma pun merasa salut dan bangga dengan upaya yang dilakukan panitia dalam mempromosikan budaya dan pariwisata Indonesia melalui turnamen bulu tangkis.

Susi bahkan bercerita, para pengawas jalannya pertandingan itu mengaku senang dan antusias ketika mengetahui akan mengenakan batik selama bertugas pada pertandingan. Bahkan pihak BWF pun turut mengapresiasi.

"Menurut pemain luar, pelatih dan wasit mereka bilang seneng banget (bertanding di Indonesia) dan Indonesia menjadi salah satu tempat pertandingan terbaik di dunia, " kata Susi.

Menurut Susi, para atlet dari luar negeri merasa senang berlaga di Indonesia. Kepribadian masyarakat Indonesia dengan ramah tamah dan sopan santunnya telah memikat mereka.

Dengan begitu, lanjut Susi, mereka akan terkesan dengan Indonesia dan suatu saat akan kembali ke Indonesia.

Peraih medali emas Olimpiade Barcelona 1992 itu menambahkan bahwa Indonesia termasuk salah satu negara yang cukup sering memperkenalkan budaya dan identitas sebuah negara melalui turnamen olahraga.

"Tema Indonesia Open ini adalah bangga menjadi orang Indonesia dengan kebudayaannya,"kata Alan menimpali.

Dosen Kebudayaan Institut Kesenian Jakarta Tommy F. Awuy berpendapat memperkenalkan budaya Indonesia melalui turnamen olahraga merupakan hal yang wajar dilakukan untuk menarik perhatian turis asing agar mengenal Indonesia.

"Orang pakai batik ke mall juga sebenarnya sudah memperkenalkan salah satu budaya dan ciri khas Indonesia. Tapi kalau di olahraga, olahraga itu sendiri hanya alat lain untuk mempromosikan budaya Indonesia, " kata Tommy.

Menurut Tommy, upaya promosi budaya melalui olahraga  adalah suatu langkah yang patut diapresiasi dan perlu terus dilakukan di setiap event olahraga.

Ajang promosi melalui penampilan unik para wasit dan hakim garis dalam turnamen bulutangkis itu tentu saja akan menyita perhatian masyrakat dan diharapkan dapat sekaligus mengajak turis asing untuk datang dan berwisata di Indonesia.

Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi memang sudah mencanangkan program "sport tourism" guna mendukung pengembangan wisata Indonesia.

Bahkan dia juga mendorong setiap provinsi di Indonesia untuk menyelenggarakan wisata olahraga dengan melibatkan para peserta luar negeri.

Beberapa event dengan konsep sport tourism sukses dilaksanakan seperti Borobudur Marathon yang secara konsisten dilakukan tiap tahun dengan pesertanya dari berbagai negara. Wisata olahraga seperti itu, menurut Imam perkembangannya sudah semakin meningkat.

Pengamat pariwisata bidang "sport tourism" Ricky Avenzora mengatakan promosi pariwisata dan budaya Indonesia melalui event olahraga akan terus berkembang dan menjadi ikon utama dunia karena turis sangat menikmati seni, budaya, dan pemandangan alam.

Ricky mencotohkan dengan hajatan olahraga Asia Games 2018 di Jakarta-Palembang adalah bukti Indonesia sudah siap menyelenggarakan event berskala internasional.



"Suksesnya ajang Asia Games ke-18 di Jakarta-Palembang adalah bukti bahwa Indonesia sudah siap dalam kegiatan olahraga apalagi dengan wisata olahraga yang memiliki banyak 'venue' tersebar di Tanah Air adalah modal untuk mendatangkan wisatawan semakin banyak ke depannya, " tuturnya.

Namun menurut dia, semua kegiatan olahraga itu harus dikemas dengan baik agar bisa menarik dan para turis pun dapat merasakan kenyamanan selama ada di Indonesia.