Lampung Selatan, Lampung (ANTARA) - Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan (Zulhas) mengajak sejumlah duta besar negara Eropa mengunjungi perhutanan sosial di Lampung Selatan untuk menunjukkan keberhasilan pemberdayaan masyarakat, pengelolaan hutan berkelanjutan, serta peluang kolaborasi internasional.

Zulhas mengajak sejumlah duta besar negara Eropa di antaranya Norwegia, Belanda, Prancis, Jerman, dan Belgia mengunjungi perhutanan sosial Gunung Raja Basa di Desa Way Kalam, Kecamatan Penengahan, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung, Selasa.

"Ini yang datang jauh-jauh dari Belanda, Norwegia, Jerman, Prancis, Belgia, sampai ke sini. Ada UNDP (United Nations Development Programme atau Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa) sampai ke sini," kata Zulhas saat berdialog dengan petani di kawasan tersebut.

Zulhas mengajak para duta besar melihat langsung kawasan perhutanan sosial serta menanam bibit pohon cokelat secara simbolis bersama para dubes di lahan seluas 124 hektare yang dikelola 247 kepala keluarga (KK).

Kawasan itu dikelola Lembaga Pengelola Hutan Desa berdasarkan Surat Keputusan Menteri LHK No. SK.1644/Menthk/PSKL/PKPS/PSL.0/3/2017 Tanggal 29 Maret 2017.

Menko Pangan menunjukkan keberhasilan pemberdayaan masyarakat dalam menjaga kelestarian lingkungan dan mencegah bencana ekologis besar.

Menurut Zulhas kunjungan dubes dari negara itu menegaskan perhatian global terhadap pengelolaan hutan berkelanjutan sebagai kunci mengurangi risiko banjir, longsor, dan kerusakan alam lainnya di Indonesia.

Zulhas menekankan pentingnya kepedulian bersama menjaga bumi karena dampak kerusakan lingkungan tidak mengenal batas negara, sehingga solidaritas global diperlukan untuk memperkuat mitigasi perubahan iklim dan perlindungan ekosistem.

"Jadi teman-teman ini penggerak lingkungan. Memperhatikan lingkungan ini penting. Karena kita ini satu bumi. Memang satu (mereka dari) benua lain, jauh-jauh. Tapi satu Buminya. Maka mereka concern, teman-teman bule kita ini, concern agar Bumi ini dirawat dengan baik," ujar Zulhas.
 

Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan (tengah) mengajak sejumlah duta besar negara Eropa mengunjungi perhutanan sosial di Lampung Selatan, Selasa (2/12/2025). ANTARA/Harianto


Ia juga menyinggung bencana di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat sebagai pengingat bahwa kerusakan lingkungan berakibat langsung pada manusia, menghilangkan rumah, harta, dan keluarga dalam sekejap akibat degradasi hutan.

"Kemarin nonton Aceh enggak? Lihat Aceh kan? Lihat Sibolga. Lihat Sumatera Utara. Lihat Sumatera Barat. Masya Allah sedih. Ada yang lagi tidur suami-istri, besok pagi istrinya hilang. Ada yang suaminya hilang," ucap Zulhas.

"Selain itu ada yang anaknya hilang. Rumah baru ditinggal kemarin, tiba-tiba hari ini hilang semuanya. Enggak ada lagi. Itulah kalau lingkungan tidak kita jaga. Maka saya titip betul dari dulu Gunung Raja Basa ini, kalau ini rusak, habis kita. Seluruh keliling gunung, habis. Begitu ada hujan, tersapu bersih," tambahnya.

Oleh karena itu, Zulhas menegaskan, perlunya menjaga Gunung Raja Basa karena kerusakan kawasan lindung akan menyebabkan banjir dan longsor besar, mengancam masyarakat di hulu hingga hilir yang menggantungkan hidup pada keseimbangan ekosistem.

Ia mengingatkan masyarakat agar tidak mengalihfungsikan hutan lindung untuk pertanian sayuran karena penebangan pohon akan menghilangkan penyangga air, membuat daerah bawah rawan banjir dan daerah atas rawan longsor.

Zulhas memastikan perhutanan sosial tetap memberi manfaat bagi warga dengan memanfaatkan komoditas non-kayu seperti durian, pala, coklat, alpukat, dan kopi tanpa merusak struktur ekologis kawasan hutan.

Ia mengapresiasi UNDP dan para duta besar atas dukungannya, sekaligus memastikan bantuan bibit kopi dan coklat disalurkan kepada kelompok perhutanan sosial guna memperkuat ekonomi hijau berbasis konservasi masyarakat.



Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Zulhas ajak Dubes Eropa kolaborasi jaga perhutanan sosial Lampung

Pewarta : Muhammad Harianto
Editor : Satyagraha
Copyright © ANTARA 2025