Jakarta (ANTARA) - Kementerian Perdagangan (Kemendag) mencatat total ekspor Indonesia pada periode Agustus 2024 sebesar 23,56 miliar dolar AS, terbesar sejak Desember 2022.

“Ekspor Indonesia pada Agustus 2024 yang tercatat sebesar 23,56 miliar dolar AS. Ini merupakan nilai terbesar sejak akhir Desember 2022," kata Staf Khusus Menteri Perdagangan Bidang Perjanjian Perdagangan Internasional Bara Khrisna Hasibuan dalam konferensi pers di Jakarta, Senin.

 

Bara menyampaikan bahwa nilai itu merupakan ekspor tertinggi dalam 20 bulan terakhir. Hal ini merupakan pencapaian besar, khususnya di tengah kondisi ekonomi global

Bara menjelaskan, peningkatan ekspor Agustus 2024 sangat signifikan dibandingkan dengan kinerja ekspor Juli 2024 yang sebesar 22,24 miliar dolar AS.

Selain itu, surplus neraca perdagangan Agustus 2024 juga meningkat signifikan sebesar 2,9 miliar dolar AS dibandingkan Juli 2024 yang hanya meningkat 0,5 miliar dolar AS dari bulan sebelumnya.

“Kami menyambut baik peningkatan ekspor pada Agustus 2024. Peningkatan kinerja ekspor Agustus 2024 secara signifikan ini tentunya berkontribusi terhadap neraca perdagangan Indonesia. Kami berharap, ekspor Indonesia dapat terus meningkat,” ujar Bara.

Ekspor Indonesia pada Agustus 2024 naik 5,97 persen dibandingkan bulan sebelumnya (MoM) serta 7,13 persen dibanding Agustus 2023 (YoY). Capaian tersebut didorong kenaikan ekspor nonmigas sebesar 7,43 persen dan kontraksi migas 15,41 persen dibandingkan Juli 2024 (MoM).

Secara rinci, Bara menjelaskan, pada Agustus 2024, peningkatan kinerja ekspor nonmigas secara bulanan terjadi pada seluruh sektor.

Sektor dengan kenaikan tertinggi dibanding bulan sebelumnya terjadi pada pertambangan dengan kenaikan sebesar 9,01 persen, diikuti pertanian 8,70 persen, dan industri pengolahan sebesar 7,09 persen (MoM).

Komoditas unggulan dengan peningkatan ekspor terbesar di antaranya timah dan barang daripadanya (HS 80) yang naik sebesar 86,35 persen; bijih logam, terak, dan abu (HS 26) naik 47,23 persen; alas kaki (HS 64) naik 26,40 persen; mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya (HS 84) naik 25,74 persen; serta lemak dan minyak hewan/nabati (HS 15) naik 24,50 persen.

Sedangkan, komoditas unggulan dengan pelemahan ekspor terbesar dari bulan sebelumnya di antaranya adalah barang dari besi dan baja (HS 73) yang turun 24,26 persen, logam mulia dan perhiasan/permata (HS 71) turun 11,88 persen, nikel dan barang daripadanya (HS 75) turun 11,37 persen, tembaga dan barang daripadanya (HS 74) turun 10,88 persen, serta besi dan baja (HS 72) turun 1,42 persen (MoM).

“Komoditas lemak dan minyak hewan/nabati (HS 15) menjadi pendorong pertumbuhan ekspor nonmigas terbesar pada Agustus 2024," terangnya.

Peningkatan ekspor itu ditopang peningkatan harga minyak sawit mentah (CPO) dunia sebesar 4,08 persen menjadi 932,63 dolar AS/MT. Selain itu, secara volume ekspor, komoditas ini juga naik 20,81 persen (MoM).

Bara mengungkapkan, Tiongkok dan AS masih menjadi pasar utama ekspor nonmigas Indonesia pada Agustus 2024 dengan nilai mencapai 7,94 miliar dolar AS. Kedua negara ini berkontribusi sebesar 35,50 persen dari total ekspor nonmigas nasional.

Dia menuturkan bahwa meskipun terjadi perlambatan ekonomi di kedua negara tersebut, ekspor nonmigas ke Tiongkok dan AS masih meningkat dibanding bulan sebelumnya (MoM). Ekspor nonmigas Indonesia ke Tiongkok naik 10,42 persen dan ke AS 20,80 persen.

Pada saat bersamaan, kinerja ekspor nonmigas Indonesia ke sejumlah negara mitra dagang juga meningkat signifikan. Ekspor nonmigas Indonesia ke Mesir tumbuh 115,26 persen, Turki 40,39 persen, Afrika Selatan 36,99 persen, Thailand 36,67 persen, serta Pakistan 25,00 persen.

Ditinjau dari kawasannya, Bara menyebut, beberapa kawasan tujuan ekspor menunjukkan peningkatan ekspor nonmigas yang signifikan (MoM).

Kawasan tersebut di antaranya Afrika Utara dengan kenaikan 74,73 persen, Afrika Selatan 35,97 persen, Eropa Utara 33,94 persen, Asia Tengah 26,28 persen, dan Amerika Tengah (24,44 persen).

“Peningkatan ekspor ke beberapa kawasan tersebut menunjukkan bahwa potensi pasar nontradisional berpeluang besar untuk dikembangkan,” lanjut Bara.

Bara juga menyebut, sepanjang periode Januari—Agustus 2024, total nilai ekspor Indonesia mencapai 170,89 miliar dolar AS atau turun tipis 0,35 persen dibanding periode yang sama pada 2023.

"Penurunan ini disebabkan pelemahan ekspor nonmigas sebesar 0,46 persen dan penguatan ekspor migas sebesar 1,36 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya,” kata Bara.
 


 


Pewarta : Muhammad Harianto
Editor : Agus Wira Sukarta
Copyright © ANTARA 2024