Bandarlampung (ANTARA) - Air menjadi salah satu sumber kehidupan di sepanjang peradaban manusia. Namun, dari waktu ke waktu untuk mendapatkan air bersih makin tidak mudah seiring dengan perubahan lingkungan dan iklim.
Seperti halnya yang terjadi di Kampung Gunung Haji Kecamatan Pubian, Kabupaten Lampung Tengah. Untuk mencapai kampung tersebut, seseorang perlu menempuh perjalanan 4--5 jam dari Kota Bandarlampung dengan menggunakan kendaraan bermotor.
Kesusahan dalam mendapatkan akses air bersih dan pengairan bagi lahan pertanian secara berkesinambungan terus dirasakan masyarakat terutama di Kampung Gunung Haji. Kondisi jalan di kampung ini masih banyak yang berlubang dan belum beraspal.
Kampung Gunung Haji menjadi salah satu area penyumbang produksi padi bagi Kabupaten Lampung Tengah, yang dikenal sebagai lumbung pangan Provinsi Lampung.
Kampung tersebut memiliki perkebunan sawit seluas 34 hektare, kelapa 15 hektare, karet 8 hektare, lalu luas tanam padi 440 hektare dengan produksi 2.552 ton gabah kering panen pada 2019, membuktikan kontribusi Kampung Gunjung Haji dalam pemenuhan kebutuhan pangan.
Berdasarkan keterangan warga yang berprofesi sebagai petani, Riswanto, luas lahan pertanian terutama padi di kampung itu rata-rata merupakan sawah lahan tadah hujan dengan kontur tanah berbatu. Akibatnya, kampung itu pada musim kering kesulitan mendapatkan akses air, baik untuk pengairan sawah ataupun untuk pemenuhan keseharian masyarakat.
Akan tetapi harapan masyarakat setempat muncul melalui program Tentara Manunggal Membangun Desa (TMMD) Ke-119 Kampung Gunung Haji. Kini warga bisa merasakan kembali sejuknya aliran air di tengah terik Matahari.
Sumur bor sedalam 50 meter tersebut menjadi sumur bor bantuan pertama yang dibuat oleh para prajurit TNI yang tergabung dalam satuan tugas TMMD. Para prajurit ini terus berusaha membangun desa terpencil dan pelosok untuk kembali bangkit untul mengatasi permasalahan yang menghambat kemajuan desa.
Tak kurang 150 personel Satuan Tugas TMMD selama 30 hari membangun berbagai fasilitas di desa sesuai kebutuhan warga desa, salah satunya membuat sumur bor yang kini mampu mengairi kurang lebih 30 keluarga yang selama ini cukup sulit mendapatkan akses air. Air bor ini dapat juga digunakan untuk mengaliri lahan pertanian di sekitarnya.
Pembangunan sumur bor oleh para prajurit TNI bukannya tanpa kendala. Dalam proses pengeboran, mata bor berhadapan dengan banyak bebatuan sehingga sempat memperpanjang waktu penggalian hingga 1--2 hari dari target yang ditentukan hanya sepekan.
Selain itu kondisi jalan yang tidak begitu mulus dan saat hujan lebat turun, jalan menjadi licin sehingga truk pengangkut material dan peralatan butuh waktu lebih lama untuk sampai ke lokasi pengeboran sumur.
Akan tetapi, dengan kemanunggalan para anggota TNI, masyarakat, hingga pemerintah desa, beragam kesulitan serta hambatan itu bisa ditaklukkan sehingga pengerjaan sumur bor dan juga perbaikan jalan desa dapat diselesaikan.
Bahkan dalam pemenuhan air bersih bagi konsumsi masyarakat serta bagi lahan pertanian tersebut, salah seorang warga secara sukarela telah menghibahkan lahannya untuk digunakan sebagai lokasi pembangunan sumur bor itu.
Kemanunggalan antara masyarakat dan TNI itu diceritakan oleh Komandan Distrik Militer Kodim 0411/Kota Metro Letkol Arh. Rendra Febrandari Suparman.
Kesukarelaan masyarakat berkontribusi membangun kampungnya itu terjadi ketika Satgas TMMD tengah memetakan lokasi pembangunan sumur bor serta perbaikan jalan desa. Seorang warga tanpa meminta imbalan dengan antusias menghibahkan lahannya untuk digali sebagai tempat sumur bor, bahkan warga setempat pun secara bergotong royong ikut serta dalam berbagai pengerjaan fisik program TMMD.
"Karena masyarakat sangat membutuhkan akses air bersih serta infrastruktur, mereka dengan senang hati membantu pengerjaan dari awal hingga semuanya selesai. Ini menunjukkan harmoni yang baik untuk membangun desa," ujar Rendra.
Penyediaan sumur bor di satu titik di Kampung Gunung Haji ini bukanlah menjadi satu-satunya karena nanti akan terus ditambah di beberapa titik. Dan untuk pengairan lahan pertanian akan dioptimalkan melalui program pompanisasi untuk membantu masyarakat mengairi sawah tadah hujan mereka.
"Kesulitan di sini itu, air yang utama, karena banyak sawah tadah hujan, jadi setelah TMMD ini melalui TNI Manunggal Air, di program pompanisasi selanjutnya akan dilakukan pengairan ke lahan pertanian sehingga masyarakat tidak perlu risau lagi kalau memang hujan tidak kunjung datang, mereka bisa memanfaatkan sistem pompanisasi ini untuk mengairi lahan pertanian mereka," tambahnya.
Salah seorang petani di Kampung Gunung Haji tengah memberi pupuk ke lahan sawah tadah hujan miliknya. ANTARA/Ruth Intan Sozometa Kanafi.
Respons positif atas adanya inisiatif dari para TNI untuk membantu menyediakan air bagi masyarakat di wilayahnya melalui program TMMD juga disampaikan Camat Pubian, Adi Rakhman.
Dengan jumlah penduduk lebih dari 1.000 jiwa dari 800 keluarga--kebanyakan warga berprofesi sebagai petani dan buruh tani-- mereka merasa sangat terbantu dengan adanya bantuan sumur bor.
"Mau kemarau atau tidak, warga di wilayah yang dibantu TMMD ini kesulitan air. Mereka biasanya mandi di sungai ataupun untuk pengairan harus menunggu hujan terlebih dahulu. Jadi dengan bantuan ini, kegiatan cuci, mandi, konsumsi air bersih, dan pengairan pertanian masyarakat terbantu," ucapnya.
Dulu, warga setidaknya harus berjalan hingga setengah kilometer untuk mendapatkan air dari Sungai Way Seputih, bahkan saat kemarau sungai itu pun hampir kering sehingga warga harus mencari air hingga ke kampung tetangga.
Warga tiap pagi dan sore ke sungai dengan berjalan kaki atau naik sepeda motor. Jarak rumah warga terdekat dari sungai 500 meter, namun banyak warga jauh rumahnya sehingga program TMMD diharapkan bisa diperluas, agar makin banyak daerah yang bisa mengakses air bersih terutama untuk pengairan sawah.
Program TMMD Ke-119 kembali memberikan harapan kepada masyarakat Kampung Gunung Haji meningkatkan produktivitas pertanian sekaligus memenuhi kebutuhan air bersih bagi warga.
Untuk menjaga ketahanan pangan desa, prajurit TMMD telah melakukan pengembangan jagung seluas 7 hektare. Nantinya, kampung ini juga akan dibantu pula untuk penyediaan pengepul guna menampung hasil panen melalui satgas pangan daerah.
Aksi kemanunggalan TNI, masyarakat, dan pemerintah desa di Kampung Gunung Haji menjadi bukti bahwa kerja sama yang solid bisa mengatasi hambatan berat, seperti kesulitan mendapatkan air.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Manunggal Air TNI hidupkan Desa Gunung Haji sebagai lumbung pangan
Seperti halnya yang terjadi di Kampung Gunung Haji Kecamatan Pubian, Kabupaten Lampung Tengah. Untuk mencapai kampung tersebut, seseorang perlu menempuh perjalanan 4--5 jam dari Kota Bandarlampung dengan menggunakan kendaraan bermotor.
Kesusahan dalam mendapatkan akses air bersih dan pengairan bagi lahan pertanian secara berkesinambungan terus dirasakan masyarakat terutama di Kampung Gunung Haji. Kondisi jalan di kampung ini masih banyak yang berlubang dan belum beraspal.
Kampung Gunung Haji menjadi salah satu area penyumbang produksi padi bagi Kabupaten Lampung Tengah, yang dikenal sebagai lumbung pangan Provinsi Lampung.
Kampung tersebut memiliki perkebunan sawit seluas 34 hektare, kelapa 15 hektare, karet 8 hektare, lalu luas tanam padi 440 hektare dengan produksi 2.552 ton gabah kering panen pada 2019, membuktikan kontribusi Kampung Gunjung Haji dalam pemenuhan kebutuhan pangan.
Berdasarkan keterangan warga yang berprofesi sebagai petani, Riswanto, luas lahan pertanian terutama padi di kampung itu rata-rata merupakan sawah lahan tadah hujan dengan kontur tanah berbatu. Akibatnya, kampung itu pada musim kering kesulitan mendapatkan akses air, baik untuk pengairan sawah ataupun untuk pemenuhan keseharian masyarakat.
Akan tetapi harapan masyarakat setempat muncul melalui program Tentara Manunggal Membangun Desa (TMMD) Ke-119 Kampung Gunung Haji. Kini warga bisa merasakan kembali sejuknya aliran air di tengah terik Matahari.
Sumur bor sedalam 50 meter tersebut menjadi sumur bor bantuan pertama yang dibuat oleh para prajurit TNI yang tergabung dalam satuan tugas TMMD. Para prajurit ini terus berusaha membangun desa terpencil dan pelosok untuk kembali bangkit untul mengatasi permasalahan yang menghambat kemajuan desa.
Tak kurang 150 personel Satuan Tugas TMMD selama 30 hari membangun berbagai fasilitas di desa sesuai kebutuhan warga desa, salah satunya membuat sumur bor yang kini mampu mengairi kurang lebih 30 keluarga yang selama ini cukup sulit mendapatkan akses air. Air bor ini dapat juga digunakan untuk mengaliri lahan pertanian di sekitarnya.
Pembangunan sumur bor oleh para prajurit TNI bukannya tanpa kendala. Dalam proses pengeboran, mata bor berhadapan dengan banyak bebatuan sehingga sempat memperpanjang waktu penggalian hingga 1--2 hari dari target yang ditentukan hanya sepekan.
Selain itu kondisi jalan yang tidak begitu mulus dan saat hujan lebat turun, jalan menjadi licin sehingga truk pengangkut material dan peralatan butuh waktu lebih lama untuk sampai ke lokasi pengeboran sumur.
Akan tetapi, dengan kemanunggalan para anggota TNI, masyarakat, hingga pemerintah desa, beragam kesulitan serta hambatan itu bisa ditaklukkan sehingga pengerjaan sumur bor dan juga perbaikan jalan desa dapat diselesaikan.
Bahkan dalam pemenuhan air bersih bagi konsumsi masyarakat serta bagi lahan pertanian tersebut, salah seorang warga secara sukarela telah menghibahkan lahannya untuk digunakan sebagai lokasi pembangunan sumur bor itu.
Kemanunggalan antara masyarakat dan TNI itu diceritakan oleh Komandan Distrik Militer Kodim 0411/Kota Metro Letkol Arh. Rendra Febrandari Suparman.
Kesukarelaan masyarakat berkontribusi membangun kampungnya itu terjadi ketika Satgas TMMD tengah memetakan lokasi pembangunan sumur bor serta perbaikan jalan desa. Seorang warga tanpa meminta imbalan dengan antusias menghibahkan lahannya untuk digali sebagai tempat sumur bor, bahkan warga setempat pun secara bergotong royong ikut serta dalam berbagai pengerjaan fisik program TMMD.
"Karena masyarakat sangat membutuhkan akses air bersih serta infrastruktur, mereka dengan senang hati membantu pengerjaan dari awal hingga semuanya selesai. Ini menunjukkan harmoni yang baik untuk membangun desa," ujar Rendra.
Penyediaan sumur bor di satu titik di Kampung Gunung Haji ini bukanlah menjadi satu-satunya karena nanti akan terus ditambah di beberapa titik. Dan untuk pengairan lahan pertanian akan dioptimalkan melalui program pompanisasi untuk membantu masyarakat mengairi sawah tadah hujan mereka.
"Kesulitan di sini itu, air yang utama, karena banyak sawah tadah hujan, jadi setelah TMMD ini melalui TNI Manunggal Air, di program pompanisasi selanjutnya akan dilakukan pengairan ke lahan pertanian sehingga masyarakat tidak perlu risau lagi kalau memang hujan tidak kunjung datang, mereka bisa memanfaatkan sistem pompanisasi ini untuk mengairi lahan pertanian mereka," tambahnya.
Respons positif atas adanya inisiatif dari para TNI untuk membantu menyediakan air bagi masyarakat di wilayahnya melalui program TMMD juga disampaikan Camat Pubian, Adi Rakhman.
Dengan jumlah penduduk lebih dari 1.000 jiwa dari 800 keluarga--kebanyakan warga berprofesi sebagai petani dan buruh tani-- mereka merasa sangat terbantu dengan adanya bantuan sumur bor.
"Mau kemarau atau tidak, warga di wilayah yang dibantu TMMD ini kesulitan air. Mereka biasanya mandi di sungai ataupun untuk pengairan harus menunggu hujan terlebih dahulu. Jadi dengan bantuan ini, kegiatan cuci, mandi, konsumsi air bersih, dan pengairan pertanian masyarakat terbantu," ucapnya.
Dulu, warga setidaknya harus berjalan hingga setengah kilometer untuk mendapatkan air dari Sungai Way Seputih, bahkan saat kemarau sungai itu pun hampir kering sehingga warga harus mencari air hingga ke kampung tetangga.
Warga tiap pagi dan sore ke sungai dengan berjalan kaki atau naik sepeda motor. Jarak rumah warga terdekat dari sungai 500 meter, namun banyak warga jauh rumahnya sehingga program TMMD diharapkan bisa diperluas, agar makin banyak daerah yang bisa mengakses air bersih terutama untuk pengairan sawah.
Program TMMD Ke-119 kembali memberikan harapan kepada masyarakat Kampung Gunung Haji meningkatkan produktivitas pertanian sekaligus memenuhi kebutuhan air bersih bagi warga.
Untuk menjaga ketahanan pangan desa, prajurit TMMD telah melakukan pengembangan jagung seluas 7 hektare. Nantinya, kampung ini juga akan dibantu pula untuk penyediaan pengepul guna menampung hasil panen melalui satgas pangan daerah.
Aksi kemanunggalan TNI, masyarakat, dan pemerintah desa di Kampung Gunung Haji menjadi bukti bahwa kerja sama yang solid bisa mengatasi hambatan berat, seperti kesulitan mendapatkan air.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Manunggal Air TNI hidupkan Desa Gunung Haji sebagai lumbung pangan