Bandarlampung (ANTARA) - Universitas Lampung (Unila) tengah menggelar proyek pembangunan Rumah Sakit Pendidikan Tinggi Negeri (RSPTN), yang menjadi fokus utama sebagai RSP riset pertama di Pulau Sumatera.
Melalui proyek Higher Education for Technology and Innovation (HETI) yang didanai pinjaman dari Asia Development Bank (ADB), RSPTN Unila ditargetkan akan diresmikan pada tahun 2026, atau akhir 2025.
Proyek ini mencakup pembangunan RSPTN serta Integrated Research Center (IRC), dan telah memasuki tahap konstruksi dan pengembangan kapasitas sejak diluncurkan pada 11 Februari 2022, dengan rencana penyelesaian pada tahun 2026.
Manajer Unit Implementasi Proyek (PIU) HETI Unila, Prof. Dr. Satria Bangsawan, menyatakan, pembangunan RSPTN dan IRC sudah dimulai sejak tahun 2024 dan saat ini fokus pada persiapan peralatan dan SDM yang akan mengelola rumah sakit tersebut.
RSPTN Unila akan dibangun dengan konsep ramah lingkungan, berbasis IT, efisiensi energi, tahan gempa, dan responsif terhadap gender serta disabilitas.
Keunggulan RSPTN Unila adalah integrasinya dengan pusat riset IRC, sehingga memungkinkan penelitian langsung di tempat. RSPTN ini nantinya akan menjadi pusat layanan unggulan untuk berbagai penyakit tropis, endokrinologi, geriatri, dan rehabilitasi medis.
Untuk mendukung center of excellence tersebut, sumber daya manusia RSPTN Unila akan dipersiapkan dengan matang. Prof. Satria menyebutkan, Unila akan merekrut spesialis IT dan Hospital Management Specialist yang akan diberikan pelatihan.
RSPTN Unila ditargetkan akan menjadi rumah sakit tipe C dengan kapasitas 100 tempat tidur pada tahun 2026 atau akhir tahun 2025, dengan rencana berkelanjutan untuk berubah status menjadi rumah sakit tipe B.
Sekretaris PIU HETI Unila, Dr. Intanri Kurniati, menyatakan harapannya agar RSPTN Unila dapat menjadi rumah sakit pendidikan yang berbeda dari rumah sakit swasta, dengan memastikan SDM yang mumpuni.
Proyek HETI Unila tetap berada di bawah pengawasan tim ADB, PMU melalui Kemendikbud, Kementerian Keuangan, dan Bappenas, serta terus melaporkan perkembangannya kepada pimpinan Unila.
Dengan adanya dukungan pinjaman dari ADB, Unila berharap dapat mewujudkan impian memiliki RS yang telah digagas sejak 2008. Hadirnya RSPTN dan IRC Unila diharapkan dapat memberikan kontribusi besar bagi masyarakat Lampung dalam bidang kesehatan dan meningkatkan reputasi Unila sebagai world class university.
(kerja sama)
Melalui proyek Higher Education for Technology and Innovation (HETI) yang didanai pinjaman dari Asia Development Bank (ADB), RSPTN Unila ditargetkan akan diresmikan pada tahun 2026, atau akhir 2025.
Proyek ini mencakup pembangunan RSPTN serta Integrated Research Center (IRC), dan telah memasuki tahap konstruksi dan pengembangan kapasitas sejak diluncurkan pada 11 Februari 2022, dengan rencana penyelesaian pada tahun 2026.
Manajer Unit Implementasi Proyek (PIU) HETI Unila, Prof. Dr. Satria Bangsawan, menyatakan, pembangunan RSPTN dan IRC sudah dimulai sejak tahun 2024 dan saat ini fokus pada persiapan peralatan dan SDM yang akan mengelola rumah sakit tersebut.
RSPTN Unila akan dibangun dengan konsep ramah lingkungan, berbasis IT, efisiensi energi, tahan gempa, dan responsif terhadap gender serta disabilitas.
Keunggulan RSPTN Unila adalah integrasinya dengan pusat riset IRC, sehingga memungkinkan penelitian langsung di tempat. RSPTN ini nantinya akan menjadi pusat layanan unggulan untuk berbagai penyakit tropis, endokrinologi, geriatri, dan rehabilitasi medis.
Untuk mendukung center of excellence tersebut, sumber daya manusia RSPTN Unila akan dipersiapkan dengan matang. Prof. Satria menyebutkan, Unila akan merekrut spesialis IT dan Hospital Management Specialist yang akan diberikan pelatihan.
RSPTN Unila ditargetkan akan menjadi rumah sakit tipe C dengan kapasitas 100 tempat tidur pada tahun 2026 atau akhir tahun 2025, dengan rencana berkelanjutan untuk berubah status menjadi rumah sakit tipe B.
Sekretaris PIU HETI Unila, Dr. Intanri Kurniati, menyatakan harapannya agar RSPTN Unila dapat menjadi rumah sakit pendidikan yang berbeda dari rumah sakit swasta, dengan memastikan SDM yang mumpuni.
Proyek HETI Unila tetap berada di bawah pengawasan tim ADB, PMU melalui Kemendikbud, Kementerian Keuangan, dan Bappenas, serta terus melaporkan perkembangannya kepada pimpinan Unila.
Dengan adanya dukungan pinjaman dari ADB, Unila berharap dapat mewujudkan impian memiliki RS yang telah digagas sejak 2008. Hadirnya RSPTN dan IRC Unila diharapkan dapat memberikan kontribusi besar bagi masyarakat Lampung dalam bidang kesehatan dan meningkatkan reputasi Unila sebagai world class university.
(kerja sama)