Kupang (ANTARA) - Penjabat Gubernur Nusa Tenggara Timur Ayodhia G. L. Kalake mengajak perusahaan yang bergerak di sektor perkebunan di Provinsi Lampung untuk berinvestasi serta ikut mengembangkan potensi komoditas buah di Provinsi Nusa Tenggara Timur.
“Maksud dari kedatangan kami disini adalah untuk melihat langsung pengembangan dan proses produksi komoditi buah di sini seperti nanas, pisang dan jambu hingga pengolahan pada pabrik industrinya,” katanya dalam keterangan yang diterima di Kupang, Selasa saat berkunjung ke PT Great Giant Pineapple (GPP).
Dia mengatakan bahwa di NTT, ada banyak sekali potensi komoditi di bidang pertanian dan perkebunan, namun belum dikerjakan dengan maksimal.
Saat berkunjung ke lokasi tersebut, Ayodhia dan rombongan diberikan kesempatan untuk berkeliling dan melihat langsung pabrik proses produksi buah nanas mulai dari tahap awal hingga pengemasan (pengalengan) serta jus nanas olahan sebagai produk utama PT Great Giant Pineapple.
“Tadi kami sudah meninjau mulai pabrik pengolahan nanas, dan lahan perkebunan nanas jambu hingga lokasi peternakan sapi. Ini saya harapkan bisa diterapkan di NTT. Oleh sebab itu kami turut mengundang PT GPP untuk berinvestasi di NTT. Nanti bisa berkoordinasi dengan baik bersama kami," ujar dia.
Dia menjelaskan bahwa di NTT ada beberapa produk unggulan diantaranya adalah buah pisang, pepaya, manggis, mangga, nangka, alpukat, nanas dan jambu biji.
Buah pisang ujar dia menjadi produksi terbesar mencapai hampir 230.000 ton per tahun di provinsi berbasis kepulauan itu.
Ia juga mengatakan, secara geografis Wilayah NTT sangat dekat ke Timor Leste dan Australia sehingga bisa menambah nilai pasar baik dari produksi pengolahan buah ataupun pasar untuk ternak sapi.
Director of Corporate Affairs PT Great Giant Pineapple Welly Soegiono menilai tawaran untuk berinvestasi di NTT sangat baik karena selain saat ini sudah ada di Lampung dalam hal ini di bagian barat Indonesia, dia juga ingin melebarkan sayapnya ke Indonesia bagian timur.
“Untuk nantinya bisa dukung suplai produksi ke Jepang dan China," ujar dia.
Namun ujar dia, untuk berinvestasi di NTT khususnya terkait komoditas pisang, dia meminta untuk dibantu titik lokasi yang tepat serta titik koordinatnya untuk dilakukan studi kelayakan.
“Nanti kita buatkan desk study selanjutnya disampaikan kepada Bapak Penjabat Gubernur NTT. Beberapa hal lain yang patut diperhatikan adalah idealnya kita kembangkan 1 hamparan dengan luasan lahan 5.000 Hektare,”ujar dia.
Namun jika 1.000 Ha secara terpisah dan berdekatan itu bisa juga. Selain itu lahannya juga tidak bisa yang berbukit-bukit atau curam dan harus yang datar atau yang landai dengan kemiringan maksimal 80 persen.
“Kita juga harapkan agar keterlibatan petani lokal setempat menjadi salah satu prioritas,” jelas Welly.
Ia juga menegaskan pentingnya akses transportasi yang baik, agar kondisi buah ataupun yang sudah menjadi hasil olahan tetap terjaga sebab sangat penting produksinya harus tetap dalam kondisi bagus dengan baik sampai ke konsumen.
Tak hanya itu untuk bisa berinvestasi di NTT dia meminta pemerintah NTT menyiapkan pelabuhan yang moderen sesuai standar perdagangan. Karena 95 persen bisnis perdagangan dunia adalah dari jalur laut.
“Dengan adanya pelabuhan yang baik di NTT saya kira itu akan sangat membantu pemasaran atau pasar kami melalui wilayah Indonesia timur ke luar negeri,” tambahnya.
“Maksud dari kedatangan kami disini adalah untuk melihat langsung pengembangan dan proses produksi komoditi buah di sini seperti nanas, pisang dan jambu hingga pengolahan pada pabrik industrinya,” katanya dalam keterangan yang diterima di Kupang, Selasa saat berkunjung ke PT Great Giant Pineapple (GPP).
Dia mengatakan bahwa di NTT, ada banyak sekali potensi komoditi di bidang pertanian dan perkebunan, namun belum dikerjakan dengan maksimal.
Saat berkunjung ke lokasi tersebut, Ayodhia dan rombongan diberikan kesempatan untuk berkeliling dan melihat langsung pabrik proses produksi buah nanas mulai dari tahap awal hingga pengemasan (pengalengan) serta jus nanas olahan sebagai produk utama PT Great Giant Pineapple.
“Tadi kami sudah meninjau mulai pabrik pengolahan nanas, dan lahan perkebunan nanas jambu hingga lokasi peternakan sapi. Ini saya harapkan bisa diterapkan di NTT. Oleh sebab itu kami turut mengundang PT GPP untuk berinvestasi di NTT. Nanti bisa berkoordinasi dengan baik bersama kami," ujar dia.
Dia menjelaskan bahwa di NTT ada beberapa produk unggulan diantaranya adalah buah pisang, pepaya, manggis, mangga, nangka, alpukat, nanas dan jambu biji.
Buah pisang ujar dia menjadi produksi terbesar mencapai hampir 230.000 ton per tahun di provinsi berbasis kepulauan itu.
Ia juga mengatakan, secara geografis Wilayah NTT sangat dekat ke Timor Leste dan Australia sehingga bisa menambah nilai pasar baik dari produksi pengolahan buah ataupun pasar untuk ternak sapi.
Director of Corporate Affairs PT Great Giant Pineapple Welly Soegiono menilai tawaran untuk berinvestasi di NTT sangat baik karena selain saat ini sudah ada di Lampung dalam hal ini di bagian barat Indonesia, dia juga ingin melebarkan sayapnya ke Indonesia bagian timur.
“Untuk nantinya bisa dukung suplai produksi ke Jepang dan China," ujar dia.
Namun ujar dia, untuk berinvestasi di NTT khususnya terkait komoditas pisang, dia meminta untuk dibantu titik lokasi yang tepat serta titik koordinatnya untuk dilakukan studi kelayakan.
“Nanti kita buatkan desk study selanjutnya disampaikan kepada Bapak Penjabat Gubernur NTT. Beberapa hal lain yang patut diperhatikan adalah idealnya kita kembangkan 1 hamparan dengan luasan lahan 5.000 Hektare,”ujar dia.
Namun jika 1.000 Ha secara terpisah dan berdekatan itu bisa juga. Selain itu lahannya juga tidak bisa yang berbukit-bukit atau curam dan harus yang datar atau yang landai dengan kemiringan maksimal 80 persen.
“Kita juga harapkan agar keterlibatan petani lokal setempat menjadi salah satu prioritas,” jelas Welly.
Ia juga menegaskan pentingnya akses transportasi yang baik, agar kondisi buah ataupun yang sudah menjadi hasil olahan tetap terjaga sebab sangat penting produksinya harus tetap dalam kondisi bagus dengan baik sampai ke konsumen.
Tak hanya itu untuk bisa berinvestasi di NTT dia meminta pemerintah NTT menyiapkan pelabuhan yang moderen sesuai standar perdagangan. Karena 95 persen bisnis perdagangan dunia adalah dari jalur laut.
“Dengan adanya pelabuhan yang baik di NTT saya kira itu akan sangat membantu pemasaran atau pasar kami melalui wilayah Indonesia timur ke luar negeri,” tambahnya.