Bandarlampung (ANTARA) - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Lampung menyatakan akan melakukan pengawasan harga pangan secara intensif untuk mencegah kenaikan inflasi di daerahnya.
"Hari ini dilakukan koordinasi dengan beberapa daerah yakni Kota Metro, Bandarlampung, Kabupaten Mesuji, dan Lampung Timur untuk mengatasi inflasi di Lampung pada 2024 ini," ujar Sekretaris Daerah Provinsi Lampung Fahrizal Darminto, di Bandarlampung, Rabu.
Ia mengatakan untuk menjaga tingkat inflasi di Provinsi Lampung pada 2024 agar tetap terjaga, maka akan dilakukan kegiatan pengawasan harga pangan secara intensif.
"Tadi sudah disimpulkan kami harus melakukan pengawasan harga secara intensif dari hari ke hari, dari situ akan dilakukan upaya mencegah kenaikan inflasi agar tetap terkendali sebab potensi kenaikan harga pangan dapat terjadi beberapa bulan ke depan," katanya.
Dia menjelaskan pemerintah daerah pun akan melakukan beberapa upaya lain untuk mencegah kenaikan harga pangan dalam beberapa bulan ke depan dengan melakukan percepatan tanam beberapa komoditas utama, dan menjalin koordinasi untuk menjaga pasokan pangan tetap tersedia dengan melibatkan BUMD.
"Kita juga akan melihat dan memprediksi adanya kemungkinan kenaikan harga pangan, dalam beberapa bulan ke depan. Karena ada Ramadhan, Idul Fitri dan Imlek pasti beberapa komoditas seperti daging, telur, bawang, cabai akan meningkat, akibat permintaan di pasar yang meningkat," tambahnya.
Menurut dia, diharapkan juga kabupaten serta kota dapat mengatasi kelangkaan serta memastikan pasokan pangan tetap tersedia agar mampu memenuhi kebutuhan pangan masyarakat.
"Diharapkan pengawasan intensif dan beberapa upaya tadi dapat didukung oleh kabupaten dan kota sebab kerjasama dalam menjaga inflasi ini penting sekali," ucap Sekda.
"Diharapkan pengawasan intensif dan beberapa upaya tadi dapat didukung oleh kabupaten dan kota sebab kerjasama dalam menjaga inflasi ini penting sekali," ucap Sekda.
Diketahui pada Desember 2023 inflasi berdasarkan tahun ke tahun gabungan dari dua kota di Provinsi Lampung sebesar 3,47 persen, dengan komoditas utama penyumbang inflasi antara ain beras, cabai merah, rokok kretek filter, bawang putih, cabai rawit, tarif minuman PAM, dan gula pasir.