Metro (ANTARA) - Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Peternakan (DKP3) Kota Metro mengklaim luasan sawah yang gagal panen akibat cuaca ekstrem El Nino di Bumi Sai Wawai saat ini berkurang menjadi 100 hektare dari yang sebelumnya sekitar 200 hektare.
"Iya sudah kita tangani dan jumlah yang terancam gagal panen berhasil berkurang. Jadi sekarang tinggal 100 an hektare yang terancam gagal," kata Kepala DKP3 Metro, Heri Wiratno saat diwawancarai, Senin.
Ia menjelaskan dalam penanganan sawah yang gagal panen tersebut, DKP3 berkoordinasi dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) agar Kota Metro mendapat jatah air. Selain itu, pihaknya juga meminjamkan mesin pompa air kepada para petani.
"Bentuk penanganannya kita sudah melakukan pola gilir air, lalu membantu alat untuk menaikkan air dari lumbung- lumbung air sawah pertanian warga. Yang kita pinjamkan kepada para petani itu mesin dan selangnya juga, tentu selangnya kami hanya fasilitasi 10 meter dan 50 meter. Kalau dia jauh lagi ya harus nambah selang sendiri," jelasnya.
Heri menegaskan, bantuan pinjaman alat penyedot air diberikan tanpa pungutan biaya apapun alias gratis. Karena itu, ia meminta petani melaporkan setiap oknum yang diduga memanfaatkan kesulitan petani untuk kepentingan pribadi.
"Pada prinsipnya kami memfasilitasi selang dan mesinnya, kalau untuk BBM-nya itu sewa kelola dari masing-masing kelompok tani. Kami tidak menarik apapun kepada para petani, boleh dicek satu-satu, termasuk yang katanya juga solar itu," terangnya.
"Kalau ada petugas saya, sampaikan saja ke saya termasuk NIP-nya dan rumahnya dimana nanti akan saya minta sesuai aturan yang berlaku ya saya kira. Karena petani tidak boleh ditarik, karena pastikan di tingkat kelompok itu ada budaya janggolan yang mana mereka kelola sendiri," imbuhnya.
Menurutnya, kendati sudah berkoordinasi dengan BKSDA, pihaknya belum dapat memastikan petani mendapatkan jatah air lantaran menurut aturan jatah air ke Metro sudah mati pada bulan September.
"Sebenarnya kami pastikan para petani bisa mendapatkan air, karena kalau menurut aturan September ini jalur air kita sudah mati tapi karena masih ada pertanaman, BKSDA dan kami selalu berkoordinasi untuk tetap panen," katanya lagi.
Dirinya mengaku belum dapat memastikan sisa 100 hektare sawah yang terancam gagal panen akibat terdampak El Nino bisa diselamatkan. Namun, pihaknya terus berupaya agar sawah tersebut bisa diselamatkan.
Ia menginformasikan sampai ini sawah yang benar-benar dipastikan mengalami gagal panen yakni sekitar 0,85 hektare.
"Sekarang yang gagal bener sudah tidak bisa diselamatkan itu ada 0,85 hektare, itu yang tidak bisa diselamatkan sama sekali," ungkapnya.
Heri menuturkan, terdapat satu kecamatan di Bumi Sai Wawai yang mengalami tingkat kerawanan gagal panen tertinggi yaitu Kecamatan Metro Utara.
"Wilayah yang paling rawan kekeringan itu di Metro Utara, itu yang paling rawan dan kita sudah bentuk tim," tuturnya.
Untuk itu, dirinya berharap agar masyarakat dapat menginformasikan setiap ancaman kekeringan yang berdampak pada gagalnya produktivitas pertanian di Metro.
"Saya juga mohon kepada teman-teman media bahwa saat ini kita sedang El Nino sehingga media juga berperan aktif dalam memberikan informasi. Termasuk hal-hal yang mungkin belum bisa kami tangani, karena informasi itu merupakan bantuan bagi kami agar kami bisa menyelesaikan problem para petani," tandasnya.
"Iya sudah kita tangani dan jumlah yang terancam gagal panen berhasil berkurang. Jadi sekarang tinggal 100 an hektare yang terancam gagal," kata Kepala DKP3 Metro, Heri Wiratno saat diwawancarai, Senin.
Ia menjelaskan dalam penanganan sawah yang gagal panen tersebut, DKP3 berkoordinasi dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) agar Kota Metro mendapat jatah air. Selain itu, pihaknya juga meminjamkan mesin pompa air kepada para petani.
"Bentuk penanganannya kita sudah melakukan pola gilir air, lalu membantu alat untuk menaikkan air dari lumbung- lumbung air sawah pertanian warga. Yang kita pinjamkan kepada para petani itu mesin dan selangnya juga, tentu selangnya kami hanya fasilitasi 10 meter dan 50 meter. Kalau dia jauh lagi ya harus nambah selang sendiri," jelasnya.
Heri menegaskan, bantuan pinjaman alat penyedot air diberikan tanpa pungutan biaya apapun alias gratis. Karena itu, ia meminta petani melaporkan setiap oknum yang diduga memanfaatkan kesulitan petani untuk kepentingan pribadi.
"Pada prinsipnya kami memfasilitasi selang dan mesinnya, kalau untuk BBM-nya itu sewa kelola dari masing-masing kelompok tani. Kami tidak menarik apapun kepada para petani, boleh dicek satu-satu, termasuk yang katanya juga solar itu," terangnya.
"Kalau ada petugas saya, sampaikan saja ke saya termasuk NIP-nya dan rumahnya dimana nanti akan saya minta sesuai aturan yang berlaku ya saya kira. Karena petani tidak boleh ditarik, karena pastikan di tingkat kelompok itu ada budaya janggolan yang mana mereka kelola sendiri," imbuhnya.
Menurutnya, kendati sudah berkoordinasi dengan BKSDA, pihaknya belum dapat memastikan petani mendapatkan jatah air lantaran menurut aturan jatah air ke Metro sudah mati pada bulan September.
"Sebenarnya kami pastikan para petani bisa mendapatkan air, karena kalau menurut aturan September ini jalur air kita sudah mati tapi karena masih ada pertanaman, BKSDA dan kami selalu berkoordinasi untuk tetap panen," katanya lagi.
Dirinya mengaku belum dapat memastikan sisa 100 hektare sawah yang terancam gagal panen akibat terdampak El Nino bisa diselamatkan. Namun, pihaknya terus berupaya agar sawah tersebut bisa diselamatkan.
Ia menginformasikan sampai ini sawah yang benar-benar dipastikan mengalami gagal panen yakni sekitar 0,85 hektare.
"Sekarang yang gagal bener sudah tidak bisa diselamatkan itu ada 0,85 hektare, itu yang tidak bisa diselamatkan sama sekali," ungkapnya.
Heri menuturkan, terdapat satu kecamatan di Bumi Sai Wawai yang mengalami tingkat kerawanan gagal panen tertinggi yaitu Kecamatan Metro Utara.
"Wilayah yang paling rawan kekeringan itu di Metro Utara, itu yang paling rawan dan kita sudah bentuk tim," tuturnya.
Untuk itu, dirinya berharap agar masyarakat dapat menginformasikan setiap ancaman kekeringan yang berdampak pada gagalnya produktivitas pertanian di Metro.
"Saya juga mohon kepada teman-teman media bahwa saat ini kita sedang El Nino sehingga media juga berperan aktif dalam memberikan informasi. Termasuk hal-hal yang mungkin belum bisa kami tangani, karena informasi itu merupakan bantuan bagi kami agar kami bisa menyelesaikan problem para petani," tandasnya.