Pekanbaru, (ANTARA) - PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) mendukung program konservasi gajah di Wilayah Kerja (WK) Rokan, Provinsi Riau, dengan mengalokasikan anggaran senilai Rp24 miliar selama 10 tahun untuk menopang infrastruktur dan membantu makan hewan mamalia darat terbesar tersebut.
"Kami mendukung program konservasi gajah 10 tahun ke depan, itu komitmennya. Dalam hal ini kami mendukung infrastruktur dan makan gajah," kata Analyst Social Performance PHR Priawansyah di Pusat Konservasi Gajah Minas, Kabupaten Siak, Provinsi Riau, Selasa.
Dia mengatakan di PKG Minas pihaknya memberikan makanan gajah sekitar Rp80 ribu per hari untuk satu ekor gajah. Makanan malam hari itu berupa pelepah sawit yang didatangkan oleh pihak ketiga yang ditunjuk Balai Konservasi Sumber Daya Alam Provinsi Riau.
"Dalam satu tahun biaya makan sekitar 16 gajah di lokasi tersebut menghabiskan biaya Rp400 juta. Pasalnya gajah merupakan binatang yang aktif makan dan hanya pada saat tidur saja tidak melaksanakan kegiatan tersebut," katanya.
Sebanyak 16 ekor gajah di PKG Minas adalah yang dijinakkan berasal dari luar Riau seperti Lampung dan juga yang dievakuasi dari konflik. Semuanya dipandu oleh mahout atau pawang gajah.
Selain itu, pihaknya juga mendukung kelestarian gajah liar yang melintasi WK Rokan mulai dari Duri, Kabupaten Bengkalis hingga Minas. Hal itu dilakukan dengan memberikan empat "Global Positioning System Collar" atau kalung GPS.
"Hal itu dengan memperkenalkan inovasi teknologi GPS Collar untuk bisa melacak keberadaan sekitar 70 gajah liar. Dikalungkan pada leher kepala-kepala suku gajahnya," ujar dia.
Satu kalung GPS itu, lanjut dia, harganya sekitar Rp65 juta diimpor dari Afrika. Pihaknya juga memfasilitasi pemasangannya oleh pihak yang ahli melakukannya.
Selain itu, PHR juga memperkenalkan program Agro Forestry dengan desa yang menjadi lintasan gajah, seperti menanam tanaman yang tidak disukai gajah seperti jengkol, jeruk, dan alpukat agar tidak terjadi interaksi negatif.
"Di setiap kampung sudah ada orang yang bertanggung jawab mendamaikan gajah dan manusia. Sejak 2019 sudah nihil konflik dengan masyarakat," katanya.
Sementara itu, Kepala Seksi Konservasi BB KSDA Riau Wilayah IV Azmardi mengungkapkan bahwa di PKG Minas ada 20 petugas untuk merawat gajah. Selain itu, juga sebagai polisi kehutanan.
"Gajah tertua di lokasi ini berumur 57 tahun bernama Sing Arun dan yang termuda umur dua tahun namanya Rizki, lahir di sini. Lokasi di sini berada pada Taman Hutan Raya Minas seluas 6 ribu hektare, tetapi yang di PKG seluas 20 hektare," katanya.
"Kami mendukung program konservasi gajah 10 tahun ke depan, itu komitmennya. Dalam hal ini kami mendukung infrastruktur dan makan gajah," kata Analyst Social Performance PHR Priawansyah di Pusat Konservasi Gajah Minas, Kabupaten Siak, Provinsi Riau, Selasa.
Dia mengatakan di PKG Minas pihaknya memberikan makanan gajah sekitar Rp80 ribu per hari untuk satu ekor gajah. Makanan malam hari itu berupa pelepah sawit yang didatangkan oleh pihak ketiga yang ditunjuk Balai Konservasi Sumber Daya Alam Provinsi Riau.
"Dalam satu tahun biaya makan sekitar 16 gajah di lokasi tersebut menghabiskan biaya Rp400 juta. Pasalnya gajah merupakan binatang yang aktif makan dan hanya pada saat tidur saja tidak melaksanakan kegiatan tersebut," katanya.
Sebanyak 16 ekor gajah di PKG Minas adalah yang dijinakkan berasal dari luar Riau seperti Lampung dan juga yang dievakuasi dari konflik. Semuanya dipandu oleh mahout atau pawang gajah.
Selain itu, pihaknya juga mendukung kelestarian gajah liar yang melintasi WK Rokan mulai dari Duri, Kabupaten Bengkalis hingga Minas. Hal itu dilakukan dengan memberikan empat "Global Positioning System Collar" atau kalung GPS.
"Hal itu dengan memperkenalkan inovasi teknologi GPS Collar untuk bisa melacak keberadaan sekitar 70 gajah liar. Dikalungkan pada leher kepala-kepala suku gajahnya," ujar dia.
Satu kalung GPS itu, lanjut dia, harganya sekitar Rp65 juta diimpor dari Afrika. Pihaknya juga memfasilitasi pemasangannya oleh pihak yang ahli melakukannya.
Selain itu, PHR juga memperkenalkan program Agro Forestry dengan desa yang menjadi lintasan gajah, seperti menanam tanaman yang tidak disukai gajah seperti jengkol, jeruk, dan alpukat agar tidak terjadi interaksi negatif.
"Di setiap kampung sudah ada orang yang bertanggung jawab mendamaikan gajah dan manusia. Sejak 2019 sudah nihil konflik dengan masyarakat," katanya.
Sementara itu, Kepala Seksi Konservasi BB KSDA Riau Wilayah IV Azmardi mengungkapkan bahwa di PKG Minas ada 20 petugas untuk merawat gajah. Selain itu, juga sebagai polisi kehutanan.
"Gajah tertua di lokasi ini berumur 57 tahun bernama Sing Arun dan yang termuda umur dua tahun namanya Rizki, lahir di sini. Lokasi di sini berada pada Taman Hutan Raya Minas seluas 6 ribu hektare, tetapi yang di PKG seluas 20 hektare," katanya.