Bandarlampung (ANTARA) - Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi Lampung mengatakan para perajin tapis mulai berinovasi guna mengatasi terbatasnya benang emas sebagai bahan baku pembuatan wastra tradisional daerah tersebut.
 
“Memang ada kendala di perajin tapis, seperti masalah ketersediaan benang emas karena harganya tinggi dan kualitasnya menurun,” ujar Ketua Dekranasda Provinsi Lampung Riana Sari, di Bandarlampung, Selasa.
 
Untuk mengatasi kendala tersebut, lanjut dia, para perajin tapis berinovasi dengan menggunakan kombinasi benang tembaga dan katun. Selain itu, kata dia, para perajin membuat pola tapis yang tidak penuh dengan benang emas. Mereka mengkombinasikan dengan motif tapis yang lebih simpel serta modern.
 
"Jadi untuk sekarang meski tekniknya sama tapi motif kain tidak penuh benang emas, karena memang agak kesulitan benang emas. Jadi perajin ini berinovasi tanpa mengurangi kualitas," ucap Riana Sari.
 
Tanggapan atas adanya inovasi dari para perajin untuk mengatasi persoalan terbatasnya benang emas dikatakan oleh salah seorang perajin tapis bernama Reda.
 
"Memang benang lamanya naik tapi untuk stok masih banyak, hanya kita saat ini buat banyak inovasi ada pakai benang katun atau benang wol disesuaikan dengan motifnya," kata Reda.
 
Ia melanjutkan untuk jenis benang lainnya pengganti benang emas yang biasa digunakan oleh perajin tapis adalah benang kristal.
 
"Selain benang emas, perajin bisa menggunakan benang kristal yang harganya standar, tidak terlalu mahal. Lalu adapula benang katun serta wol. Jadi disesuaikan dengan motif serta kain agar menjadi berbagai produk yang tetap berkualitas," ujar Reda.
 
 

Pewarta : Ruth Intan Sozometa Kanafi
Editor : Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2024