Jakarta (ANTARA) - Lembaga Riset Institute for Demographic and Poverty Studies (IDEAS) memproyeksikan potensi nilai ekonomi kurban Indonesia tahun 2021 ini sebesar Rp18,2 triliun yang berasal dari 2,2 juta pekurban (shahibul qurban)

Proyeksi tersebut turun dari tahun lalu yang diestimasikan mencapai Rp20,5 triliun dari 2,3 juta orang pekurban.

“Meski tahun ini kembali tidak ada keberangkatan jamaah haji ke Tanah Suci, namun kerasnya krisis dan pandemi yang berkepanjangan menyebabkan kami mengambil estimasi yang semakin konservatif,” kata Askar Muhammad, peneliti IDEAS dalam diskusi hasil riset yang bertajuk ‘Ekonomi Kurban 2021’ pada Rabu.

Dia menambahkan bahwa turunnya estimasi tersebut terjadi karena kurban 2021 didahului oleh resesi yang panjang, yaitu diawali -5,32 persen pada Triwulan II-2020, diikuti kemudian dengan -3,49 persen, -2,19 persen dan -0,74 persen berturut-turut pada Triwulan III dan IV 2020 serta Triwulan I 2021.

“Resesi panjang dalam setahun terakhir dipastikan membuat semakin banyak masyarakat yang jatuh ke kelas ekonomi yang lebih rendah, sehingga menekan jumlah dan nilai kurban dari keluarga Muslim,” ujar Askar.

Dari 2,2 juta keluarga Muslim berdaya beli tinggi yang berpotensi menjadi pekurban ini, kebutuhan hewan kurban terbesar adalah kambing-domba sekitar 1,26 juta ekor, sedangkan sapi-kerbau sekitar 414 ribu ekor.

“Dengan asumsi berat kambing-domba antara 20-80 kg dengan berat karkas 42,5 persen serta berat sapi-kerbau antara 250-750 kg dengan berat karkas 50 persen, maka potensi ekonomi kurban 2021 dari sekitar 1,7 juta hewan ternak ini setara dengan 105 ribu ton daging,” kata Askar pula.

Potensi kurban terbesar datang dari Pulau Jawa, terutama wilayah aglomerasi dimana mayoritas kelas menengah Muslim dengan daya beli tinggi berada. Potensi kurban Pulau Jawa  diproyeksikan terdiri dari 315 ribu sapi-kerbau dan 895 ribu kambing-domba, senilai Rp13,5 triliun, setara 80 ribu ton daging. 

“Potensi kurban terbesar datang dari Jabodetabek, yaitu 167 ribu sapi-kerbau dan 449 ribu kambing-domba, senilai Rp7,1 triliun, setara 42 ribu ton daging. Potensi kurban terbesar lainnya datang dari Bandung Raya, Surabaya Raya, Yogyakarta Raya, Malang Raya, dan Semarang Raya,” ujar Askar.

Riset tersebut memperlihatkan bahwa kurban tidak hanya ritual ibadah, namun telah menjadi tradisi sosial-ekonomi besar tahunan. Sebagai negara Muslim terbesar, potensi kurban di Indonesia sangat signifikan.

Menurut Askar, jika kurban terkelola dengan baik, semestinya mampu menjadi kekuatan ekonomi yang tidak hanya meningkatkan kesejahteraan masyarakat kelas bawah, namun juga memberdayakan peternak rakyat yang tingkat kesejahteraannya juga rendah.  

“Pada masa pandemi ini, upaya mengarusutamakan kurban sebagai pranata sosial-ekonomi ini semakin menemukan relevansi dan urgensinya,” kata Askar pula.


TENTANG IDEAS
IDEAS merupakan lembaga think tank tentang pembangunan nasional dan kebijakan publik berbasis keindonesiaan dan keislaman yang didirikan dan bernaung di bawah Yayasan Dompet Dhuafa.

IDEAS memulai program sejak Juni 2015 dan secara resmi diluncurkan ke publik pada 23 Mei 2016, hingga kini telah melakukan berbagai riset tentang pembangunan nasional dan kebijakan publik.


TENTANG DOMPET DHUAFA
Dompet Dhuafa adalah lembaga Filantropi Islam yang berkhidmat dalam pemberdayaan kaum Dhuafa dengan pendekatan budaya melalui kegiatan filantropis (welasasih) dan wirausaha sosial. Selama 28 tahun, Dompet Dhuafa telah memberikan kontribusi layanan bagi perkembangan umat dalam bidang sosial, kesehatan, ekonomi, dan kebencanaan serta CSR.
Baca juga: Dompet Dhuafa targetkan 52 ribu hewan kurban tahun ini
Baca juga: Dompet Dhuafa Farm siap hadirkan hewan kurban berkualitas di Lampung
 

Pewarta : Muklasin
Editor : Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2024