Lampung Timur (ANTARA) - Kabupaten Lampung Timur memiliki potensi pertanian dan perkebunan yang sangat besar.
Komoditas unggulan pertanian di Kabupaten Lampung Timur yakni padi, jagung, dan singkong. Sedangkan komoditas perkebunan unggulan adalah lada, kelapa, karet, dan kelapa sawit.
Perkebunan kelapa telah menjadi sumber penghidupan tetap bagi ribuan kepala keluarga di wilayah ini.
Pohon kelapa yang banyak ditanam di kebun dan sekitar pekarangan rumahm mereka jual buahnya, dan air niranya diambil pula, untuk diolah menjadi gula merah.
Contohnya adalah keluarga Kurdi (28), warga Desa Labuhanratu V, Kecamatan Labuhanratu yang selama ini menggantungkan hidup dari hasil perkebunan kelapa.
Sejak umur 13 tahun, Kurdi telah melakoni pekerjaan sebagai seorang penderes nira kelapa.
"Setiap hari saya memanjat 40 batang pohon kelapa," ujar Kurdi, di Lampung Timur, Sabtu (12/6).
Ia mengatakan, setiap batang pohon kelapa bisa menghasilkan lima liter air nira. Setelah diolah, didapatkan setengah kilogram gula merah.
"Setiap hari bisa memproduksi 25 kilogram gula merah," ujarnya pula.
Dia menyatakan, hasil menderes nira kelapa cukup lumayan bisa memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Berharap Perhatian Pemerintah
Melakoni pekerjaan sebagai penderes nira kelapa, mengandung risiko sangat tinggi. Jika tidak berhati-hati saat memanjat, bisa jatuh dari pohon.
Yang paling ditakuti para penderes, kata Kurdi, adalah sewaktu angin bertiup kencang dan saat turun hujan, karena batang pohon kelapa menjadi licin.
Menurut Kurdi, pernah terjadi sejumlah penderes jatuh saat memanjat, sehingga berujung cacat permanen hingga ada yang meninggal dunia.
Karena itu, dia berharap Pemerintah memperhatikan para penderes kelapa seperti dirinya.
Perhatian yang diharapkan, di antaranya memberikan alat keselamatan kerja memanjat, perlengkapan mengolah gula merah, dan biaya pengobatan penderes yang mengalami musibah jatuh, juga bisa membantu dapat menaikkan harga gula merah.
Karena, menurutnya, selama ini belum ada perhatian pemerintah kepada para penderes dan perajin gula di desanya dan desa-desa lainnya.
Sentra Produksi Gula Merah
Sentra perajin gula di Lampung Timur tersebar di Kecamatan Labuhan Ratu, Way Jepara, Sukadana, Mataram Baru, Sribhawono, dan Bandar Sribawono.
Ada ribuan penderes dan perajin gula yang menggantungkan hidup dari perkebunan kelapa.
Ahmad, seorang agen gula merah di Desa Labuhanratu 5 menyebutkan, ada dua jenis gula merah yang diproduksi.
"Gula merah untuk konsumsi yang dijual di pasaran, dan gula merah berbentuk mangkok yang diperuntukkan memenuhi kebutuhan pabrik atau perusahaan," ujar Ahmad.
Dia menyebutkan harga gula merah untuk konsumsi dijual di pasaran sebesar Rp13 ribu hingga Rp15 ribu per kilogram.
Gula merah mangkok untuk pabrik atau perusahaan dengan kualitas bagus dihargai Rp10.500 per kilogram,
Gula merah mangkok kualitas biasa Rp10.000 per kilogram.
"Gula merah mangkok ini untuk bahan baku makanan, seperti untuk membuat kecap," ujarnya pula.
Menurut dia, gula yang dibelinya dari perajin dijual ke agen-agen gula yang menampung dalam jumlah besar.
Oleh agen-agen besar dijual kembali ke pabrik-pabrik gula di daerah Jakarta.
Sama seperti Kurdi, Ahmad juga berharap Pemerintah memberikan perhatian kepada penderes atau perajin gula di Lampung Timur, karena selama ini belum tersentuh bantuan dari pemerintah pusat maupun daerah.
Mereka berharap pemerintah membantu agar usaha yang selama ini ditekuni dapat semakin berkembang, dengan jaminan pemasaran yang baik, agar memberikan kepastian untuk peningkatan pendapatan dan kesejahteraan mereka.
Baca juga: Wakil Bupati Dukung Produksi Gula Merah-tebu
Baca juga: Harga Gula Merah Lampung Timur Naik
Komoditas unggulan pertanian di Kabupaten Lampung Timur yakni padi, jagung, dan singkong. Sedangkan komoditas perkebunan unggulan adalah lada, kelapa, karet, dan kelapa sawit.
Perkebunan kelapa telah menjadi sumber penghidupan tetap bagi ribuan kepala keluarga di wilayah ini.
Pohon kelapa yang banyak ditanam di kebun dan sekitar pekarangan rumahm mereka jual buahnya, dan air niranya diambil pula, untuk diolah menjadi gula merah.
Contohnya adalah keluarga Kurdi (28), warga Desa Labuhanratu V, Kecamatan Labuhanratu yang selama ini menggantungkan hidup dari hasil perkebunan kelapa.
Sejak umur 13 tahun, Kurdi telah melakoni pekerjaan sebagai seorang penderes nira kelapa.
"Setiap hari saya memanjat 40 batang pohon kelapa," ujar Kurdi, di Lampung Timur, Sabtu (12/6).
Ia mengatakan, setiap batang pohon kelapa bisa menghasilkan lima liter air nira. Setelah diolah, didapatkan setengah kilogram gula merah.
"Setiap hari bisa memproduksi 25 kilogram gula merah," ujarnya pula.
Dia menyatakan, hasil menderes nira kelapa cukup lumayan bisa memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Berharap Perhatian Pemerintah
Melakoni pekerjaan sebagai penderes nira kelapa, mengandung risiko sangat tinggi. Jika tidak berhati-hati saat memanjat, bisa jatuh dari pohon.
Yang paling ditakuti para penderes, kata Kurdi, adalah sewaktu angin bertiup kencang dan saat turun hujan, karena batang pohon kelapa menjadi licin.
Menurut Kurdi, pernah terjadi sejumlah penderes jatuh saat memanjat, sehingga berujung cacat permanen hingga ada yang meninggal dunia.
Karena itu, dia berharap Pemerintah memperhatikan para penderes kelapa seperti dirinya.
Perhatian yang diharapkan, di antaranya memberikan alat keselamatan kerja memanjat, perlengkapan mengolah gula merah, dan biaya pengobatan penderes yang mengalami musibah jatuh, juga bisa membantu dapat menaikkan harga gula merah.
Karena, menurutnya, selama ini belum ada perhatian pemerintah kepada para penderes dan perajin gula di desanya dan desa-desa lainnya.
Sentra Produksi Gula Merah
Sentra perajin gula di Lampung Timur tersebar di Kecamatan Labuhan Ratu, Way Jepara, Sukadana, Mataram Baru, Sribhawono, dan Bandar Sribawono.
Ada ribuan penderes dan perajin gula yang menggantungkan hidup dari perkebunan kelapa.
Ahmad, seorang agen gula merah di Desa Labuhanratu 5 menyebutkan, ada dua jenis gula merah yang diproduksi.
"Gula merah untuk konsumsi yang dijual di pasaran, dan gula merah berbentuk mangkok yang diperuntukkan memenuhi kebutuhan pabrik atau perusahaan," ujar Ahmad.
Dia menyebutkan harga gula merah untuk konsumsi dijual di pasaran sebesar Rp13 ribu hingga Rp15 ribu per kilogram.
Gula merah mangkok untuk pabrik atau perusahaan dengan kualitas bagus dihargai Rp10.500 per kilogram,
Gula merah mangkok kualitas biasa Rp10.000 per kilogram.
"Gula merah mangkok ini untuk bahan baku makanan, seperti untuk membuat kecap," ujarnya pula.
Menurut dia, gula yang dibelinya dari perajin dijual ke agen-agen gula yang menampung dalam jumlah besar.
Oleh agen-agen besar dijual kembali ke pabrik-pabrik gula di daerah Jakarta.
Sama seperti Kurdi, Ahmad juga berharap Pemerintah memberikan perhatian kepada penderes atau perajin gula di Lampung Timur, karena selama ini belum tersentuh bantuan dari pemerintah pusat maupun daerah.
Mereka berharap pemerintah membantu agar usaha yang selama ini ditekuni dapat semakin berkembang, dengan jaminan pemasaran yang baik, agar memberikan kepastian untuk peningkatan pendapatan dan kesejahteraan mereka.
Baca juga: Wakil Bupati Dukung Produksi Gula Merah-tebu
Baca juga: Harga Gula Merah Lampung Timur Naik