Bandarlampung (ANTARA) - Observatorium Astronomi Itera Lampung (OAIL) akan mengamati langsung fenomena Gerhana Bulan Total, yang direncanakan dilaksanakan di Stasiun Pengamatan Bulan Internasional kampus setempat pada Rabu (26/5/).
"Pengamatan gerhana bulan besok akan menggunakan teleskop berjenis refraktor yaitu Baride Optics dengan panjang fokus 900 mm dan diameter 102 mm, f/8.8) dengan kamera DSLR Canon 5D Mark IV," kata Kepala UPT OAIL Itera, Dr Hakim Luthfi Malasan MSc, di Bandarlampung, Selasa.
Ia menyampaikan bahwa fenomena gerhana bulan total yang akan terjadi dapat diamati di seluruh wilayah di Indonesia. Namun, untuk wilayah di Papua saja yang dapat mengamati proses terjadinya gerhana secara keseluruhan dari awal masuknya Bulan ke bayangan samar Bumi (penumbra) hingga akhir.
"Hal ini terjadi karena pada saat awal gerhana terjadi, Bulan sudah terbit di daerah tersebut," kata dia.
Hakim juga menjelaskan, terjadinya Gerhana Bulan Total akan melewati beberapa fase yakni fase pertama, awal Bulan masuk ke penumbra Bumi terjadi pada saat Bulan belum terbit pada pukul 15:47 WIB.
Selanjutnya, fase gerhana sebagian dimulai pada 16:44 WIB dimana Bulan akan terbit di Bandarlampung pada pukul 17.47 WIB dalam kondisi gerhana bulan sebagian. Pukul 18:11 WIB Bulan akan masuk fase gerhana total, dan puncaknya pada 18:18 WIB, dan berakhir pada 18:25 WIB.
"Gerhana akan terus berlangsung dengan fase sebagian hingga pada pukul 19:52 WIB, dan akhirnya Bulan akan keluar sepenuhnya dari bayangan Bumi (penumbra) pada pukul 20:49 WIB," katanya.
Hakim mengatakan bahwa hal unik yang juga terjadi, pada gerhana bulan kali ini, yaini Bulan akan mendekati titik perigee, yaitu ketika Bulan berada pada titik terdekatnya dengan Bumi. Efek dari hal ini, Bulan akan memiliki diameter tampak yang “lebih besar” dari biasanya, mencapai 33’ 34,5”.
Pada saat gerhana bulan total terjadi, lanjut dia, Bulan juga akan berwarna kemerahan yang disebabkan adanya cahaya Matahari yang lolos melewati dan dibelokkan oleh atmosfer Bumi.
“Di masyarakat, kita mengenal istilah Supermoon, namun karena Bulan pada gerhana nanti kemungkinan menjadi tampak merah, biasanya disebut dengan Super Blood Moon. Akan tetapi sebenarnya para astronom tidak menggunakan istilah ini. Istilah ini hanya mengacu pada sains populer,” ujarnya.
Ia juga menuturkan bahwa sebagai bagian dari pengembangan keilmuan astronomi, selain akan melakukan pengamatan langsung, tim OAIL Itera juga akan bergabung bersama berbagai observatorium dan planetarium di Indonesia yang tergabung dalam JOPI (Jaringan Observatorium dan Planetarium Indonesia) guna melakukan pengamatan bersama dan melakukan sharing pengamatan secara virtual.
"Pada kegiatan ini, OAIL Itera akan menjadi salah satu dari 20 lokasi pengamatan Gerhana Bulan Total di seluruh Indonesia," kata dia.
"Pengamatan gerhana bulan besok akan menggunakan teleskop berjenis refraktor yaitu Baride Optics dengan panjang fokus 900 mm dan diameter 102 mm, f/8.8) dengan kamera DSLR Canon 5D Mark IV," kata Kepala UPT OAIL Itera, Dr Hakim Luthfi Malasan MSc, di Bandarlampung, Selasa.
Ia menyampaikan bahwa fenomena gerhana bulan total yang akan terjadi dapat diamati di seluruh wilayah di Indonesia. Namun, untuk wilayah di Papua saja yang dapat mengamati proses terjadinya gerhana secara keseluruhan dari awal masuknya Bulan ke bayangan samar Bumi (penumbra) hingga akhir.
"Hal ini terjadi karena pada saat awal gerhana terjadi, Bulan sudah terbit di daerah tersebut," kata dia.
Hakim juga menjelaskan, terjadinya Gerhana Bulan Total akan melewati beberapa fase yakni fase pertama, awal Bulan masuk ke penumbra Bumi terjadi pada saat Bulan belum terbit pada pukul 15:47 WIB.
Selanjutnya, fase gerhana sebagian dimulai pada 16:44 WIB dimana Bulan akan terbit di Bandarlampung pada pukul 17.47 WIB dalam kondisi gerhana bulan sebagian. Pukul 18:11 WIB Bulan akan masuk fase gerhana total, dan puncaknya pada 18:18 WIB, dan berakhir pada 18:25 WIB.
"Gerhana akan terus berlangsung dengan fase sebagian hingga pada pukul 19:52 WIB, dan akhirnya Bulan akan keluar sepenuhnya dari bayangan Bumi (penumbra) pada pukul 20:49 WIB," katanya.
Hakim mengatakan bahwa hal unik yang juga terjadi, pada gerhana bulan kali ini, yaini Bulan akan mendekati titik perigee, yaitu ketika Bulan berada pada titik terdekatnya dengan Bumi. Efek dari hal ini, Bulan akan memiliki diameter tampak yang “lebih besar” dari biasanya, mencapai 33’ 34,5”.
Pada saat gerhana bulan total terjadi, lanjut dia, Bulan juga akan berwarna kemerahan yang disebabkan adanya cahaya Matahari yang lolos melewati dan dibelokkan oleh atmosfer Bumi.
“Di masyarakat, kita mengenal istilah Supermoon, namun karena Bulan pada gerhana nanti kemungkinan menjadi tampak merah, biasanya disebut dengan Super Blood Moon. Akan tetapi sebenarnya para astronom tidak menggunakan istilah ini. Istilah ini hanya mengacu pada sains populer,” ujarnya.
Ia juga menuturkan bahwa sebagai bagian dari pengembangan keilmuan astronomi, selain akan melakukan pengamatan langsung, tim OAIL Itera juga akan bergabung bersama berbagai observatorium dan planetarium di Indonesia yang tergabung dalam JOPI (Jaringan Observatorium dan Planetarium Indonesia) guna melakukan pengamatan bersama dan melakukan sharing pengamatan secara virtual.
"Pada kegiatan ini, OAIL Itera akan menjadi salah satu dari 20 lokasi pengamatan Gerhana Bulan Total di seluruh Indonesia," kata dia.