Gaborone (ANTARA) - Botswana tengah menginvestigasi kematian dua dari ribuan orang yang telah menerima vaksin COVID-19 AstraZeneca untuk melihat apakah ada keterkaitan antara keduanya, kata Kementerian Kesehatan.
Negara di selatan Afrika itu sejauh ini telah memberikan sekitar 31.000 dosis vaksin AstraZeneca, satu-satunya vaksin yang telah mulai didistribusikan di Botswana.
India mendonasikan 30.000 dosis vaksin yang dibuat oleh Institut Serum India, dan Botswana membeli 33.000 dosis yang dibuat di Korea Selatan melalui skema distribusi vaksin global COVAX.
Dua orang yang meninggal dunia menerima suntikan yang dibuat di India.
AstraZeneca menolak untuk berkomentar. Institut Serum India tidak memberikan respons atas permintaan untuk komentar. Kementerian Kesehatan Botswana tidak menjelaskan bagaimana kedua orang meninggal dunia.
Jutaan dosis suntikan AstraZeneca telah diberikan dengan aman di berbagai belahan dunia.
Namun regulator obat-obatan Eropa mengatakan pekan lalu bahwa mereka telah menemukan kemungkinan hubungan antara vaksin AstraZeneca dan kasus-kasus pembekuan darah yang sangat langka.
Agensi Obat-obatan Eropa menerima laporan 169 kasus pembekuan darah otak yang langka pada awal April, usai 34 juta dosis telah diberikan. Kebanyakan dari kasus itu dilaporkan terjadi pada perempuan berusia di bawah 60 tahun.
Kementerian kesehatan Botswana mengatakan dalam pernyataan pada Minggu malam bahwa kedua kematian itu terjadi pada warga lanjut usia. Kementerian tidak memberikan keterangan lebih lanjut.
"Kementerian telah merujuk kejadian ini kepada regulator yakni BOMRA untuk investigasi secepatnya. Diperkirakan investigasi BOMRA akan berupaya untuk menemukan penyebab dua kematian serta apakah keduanya terkait dengan vaksin COVID-19 yang diberikan," demikian pernyataan itu.
Para ahli mengatakan bahwa bahkan jika hubungan sebab akibat terbukti antara vaksin dan penggumpalan darah, risiko terjadinya penggumpalan darah yang serius sangat kecil dibandingkan dengan risiko dari kemungkinan infeksi COVID-19, yang dapat menyebabkan penggumpalan serupa bersama dengan gejala serius lainnya.
Negara di selatan Afrika itu sejauh ini telah memberikan sekitar 31.000 dosis vaksin AstraZeneca, satu-satunya vaksin yang telah mulai didistribusikan di Botswana.
India mendonasikan 30.000 dosis vaksin yang dibuat oleh Institut Serum India, dan Botswana membeli 33.000 dosis yang dibuat di Korea Selatan melalui skema distribusi vaksin global COVAX.
Dua orang yang meninggal dunia menerima suntikan yang dibuat di India.
AstraZeneca menolak untuk berkomentar. Institut Serum India tidak memberikan respons atas permintaan untuk komentar. Kementerian Kesehatan Botswana tidak menjelaskan bagaimana kedua orang meninggal dunia.
Jutaan dosis suntikan AstraZeneca telah diberikan dengan aman di berbagai belahan dunia.
Namun regulator obat-obatan Eropa mengatakan pekan lalu bahwa mereka telah menemukan kemungkinan hubungan antara vaksin AstraZeneca dan kasus-kasus pembekuan darah yang sangat langka.
Agensi Obat-obatan Eropa menerima laporan 169 kasus pembekuan darah otak yang langka pada awal April, usai 34 juta dosis telah diberikan. Kebanyakan dari kasus itu dilaporkan terjadi pada perempuan berusia di bawah 60 tahun.
Kementerian kesehatan Botswana mengatakan dalam pernyataan pada Minggu malam bahwa kedua kematian itu terjadi pada warga lanjut usia. Kementerian tidak memberikan keterangan lebih lanjut.
"Kementerian telah merujuk kejadian ini kepada regulator yakni BOMRA untuk investigasi secepatnya. Diperkirakan investigasi BOMRA akan berupaya untuk menemukan penyebab dua kematian serta apakah keduanya terkait dengan vaksin COVID-19 yang diberikan," demikian pernyataan itu.
Para ahli mengatakan bahwa bahkan jika hubungan sebab akibat terbukti antara vaksin dan penggumpalan darah, risiko terjadinya penggumpalan darah yang serius sangat kecil dibandingkan dengan risiko dari kemungkinan infeksi COVID-19, yang dapat menyebabkan penggumpalan serupa bersama dengan gejala serius lainnya.
Botswana telah mencatat sekitar 40.000 kasus Virus Corona dan 630 kematian selama pandemi, jumlah yang lebih sedikit dibandingkan dengan banyak negara lain di seluruh dunia, tetapi ekonomi yang digerakkan oleh berlian terpukul keras tahun lalu, menyusut hampir 8 persen.
Vaksin AstraZeneca adalah yang termurah dan paling banyak tersedia. Vaksin itu tidak perlu disimpan pada suhu yang sangat dingin, menjadikannya andalan banyak program vaksinasi di negara berkembang.
Sumber: Reuters