Ende (ANTARA) - Komandan Pangkalan Udara (Lanud) El Tari Kupang Kolonel Pnb Bambang Juniar mengatakan bahwa keberadaan TNI AU di NTT tidak hanya dalam rangka mengamankan wilayah, namun juga mencari dan membina potensi dirgantara yang ada di setiap daerah khususnya di provinsi berbasis kepulauan ini.
"Jadi dengan adanya pemandu wisata paralayang, ini adalah bukti salah satu fungsi dari pembinaan potensi dirgantara dari TNI AU. Kita membina potensi-potensi dirgantara yang dimiliki oleh daerah-daerah," katanya kepada wartawan, di Ende, Selasa.
Ia mengatakan bahwa pembinaan dirgantara ini bisa berdampak pada banyak hal, mulai dari peningkatan ekonomi dalam hal ini pemandu wisata udara. Kemudian juga menjadi atlet paralayang yang kelak bisa tampil di level nasional, bahkan bisa juga internasional.
Bambang yang juga Ketua Federasi Aero Sport Indonesia Daerah NTT itu pun mengatakan bahwa potensi wisata udara dengan paralayang di Indonesia dengan pemandangan gunung, pantai dan kota, hanya ada di Kabupaten Ende, dan hal ini tentu saja dapat menjadi potensi pariwisata yang ke depannya bisa dikembangkan.
"Paralayang ini juga sangat berpotensi untuk menggulirkan roda perekonomian yang ada di Kabupaten Ende ini, dan dapat menjadi potensi pariwisata baru," kata dia lagi.
Baca juga: Gubernur Jatim luncurkan destinasi wisata baru paralayang dan agrowisata di Trawas
Bambang mengatakan dari pengakuan beberapa anak yang terpilih, di antaranya justru bercita-cita menjadi atlet, pilot dan juga penerbang, kemudian menjadi TNI.
Itu semua, ujar Bambang adalah salah satu cara TNI AU untuk membina lingkungan.
Dia menambahkan dari semua peserta pemandu wisata paralayang itu, berada di usia produktif, sehingga membuat dirinya berharap agar anak-anak itu kelak bisa menjadi atlet dan juga menjadi orang yang berprestasi tidak hanya bagi daerah, tetapi juga bagi nusa dan bangsa.
Sebelumnya, sebanyak 30 anak yang berusia mulai dari 12 tahun hingga 24 tahun mengikuti acara pengukuhan sebagai pemandu wisata paralayang tahap pertama, usai menjalani latihan pemandu wisata paralayang mulai dari 21 November sampai dengan 9 Desember 2020.
Mariam R, seorang pelajar kelas 2 SMA di Ende mengaku pada awalnya ia merasa takut untuk mendaftar menjadi pemandu wisata paralayang. Dalam beberapa kali latihan, ia selalu gagal melakukan pendaratan.
Bahkan, kata dia, untuk melihat dari ketinggian saja, ia sangat takut. Namun berkat kemauannya yang kuat, akhirnya ia pun mengaku bisa mengalahkan rasa takutnya itu.
"Terbang di atas itu rasanya menantang sekali. Awalnya takut, tetapi setelah itu jadi biasa dan kalau melihat sesuatu dari atas itu indah sekali," ujar Mariam yang bercita-cita ingin menjadi pilot tersebut.
Baca juga: Disparbud Jabar siap jadikan Bukit Santiong, Subang objek wisata pencinta paralayang
"Jadi dengan adanya pemandu wisata paralayang, ini adalah bukti salah satu fungsi dari pembinaan potensi dirgantara dari TNI AU. Kita membina potensi-potensi dirgantara yang dimiliki oleh daerah-daerah," katanya kepada wartawan, di Ende, Selasa.
Ia mengatakan bahwa pembinaan dirgantara ini bisa berdampak pada banyak hal, mulai dari peningkatan ekonomi dalam hal ini pemandu wisata udara. Kemudian juga menjadi atlet paralayang yang kelak bisa tampil di level nasional, bahkan bisa juga internasional.
Bambang yang juga Ketua Federasi Aero Sport Indonesia Daerah NTT itu pun mengatakan bahwa potensi wisata udara dengan paralayang di Indonesia dengan pemandangan gunung, pantai dan kota, hanya ada di Kabupaten Ende, dan hal ini tentu saja dapat menjadi potensi pariwisata yang ke depannya bisa dikembangkan.
"Paralayang ini juga sangat berpotensi untuk menggulirkan roda perekonomian yang ada di Kabupaten Ende ini, dan dapat menjadi potensi pariwisata baru," kata dia lagi.
Baca juga: Gubernur Jatim luncurkan destinasi wisata baru paralayang dan agrowisata di Trawas
Bambang mengatakan dari pengakuan beberapa anak yang terpilih, di antaranya justru bercita-cita menjadi atlet, pilot dan juga penerbang, kemudian menjadi TNI.
Itu semua, ujar Bambang adalah salah satu cara TNI AU untuk membina lingkungan.
Dia menambahkan dari semua peserta pemandu wisata paralayang itu, berada di usia produktif, sehingga membuat dirinya berharap agar anak-anak itu kelak bisa menjadi atlet dan juga menjadi orang yang berprestasi tidak hanya bagi daerah, tetapi juga bagi nusa dan bangsa.
Sebelumnya, sebanyak 30 anak yang berusia mulai dari 12 tahun hingga 24 tahun mengikuti acara pengukuhan sebagai pemandu wisata paralayang tahap pertama, usai menjalani latihan pemandu wisata paralayang mulai dari 21 November sampai dengan 9 Desember 2020.
Mariam R, seorang pelajar kelas 2 SMA di Ende mengaku pada awalnya ia merasa takut untuk mendaftar menjadi pemandu wisata paralayang. Dalam beberapa kali latihan, ia selalu gagal melakukan pendaratan.
Bahkan, kata dia, untuk melihat dari ketinggian saja, ia sangat takut. Namun berkat kemauannya yang kuat, akhirnya ia pun mengaku bisa mengalahkan rasa takutnya itu.
"Terbang di atas itu rasanya menantang sekali. Awalnya takut, tetapi setelah itu jadi biasa dan kalau melihat sesuatu dari atas itu indah sekali," ujar Mariam yang bercita-cita ingin menjadi pilot tersebut.
Baca juga: Disparbud Jabar siap jadikan Bukit Santiong, Subang objek wisata pencinta paralayang