Bandarlampung (ANTARA) - Tim Sustainability GGF mengedukasi masyarakat dengan pelatihan pengenalan dan teknik pengolahan pupuk menjadi biogas.
Pelatihan dilaksanakan pada Selasa, 27 Oktober 2020, di Masjid Thobul Qolbi Dusun I Rantaujaya Udik, Kecamatan Sukadana, Kabupaten Lampung Timur.
"Pelatihan pengenalan biogas merupakan sarana berbagi ilmu pengetahuan tentang biogas dari kotoran sapi yang bisa dimanfaatkan oleh manusia," kata Assisten Manager People & Community Sustainability GGF, Gilang M Nugraha, Kamis.
Dia melanjutkan pelatihan yang dibuka oleh Kepala Seksi Wilayah I Taman Nasional Way Kambas itu diikuti sebanyak 20 orang dari warga setempat.
Nilai tambah dari pemanfaatan limbah pada skala perusahaan tampaknya bisa juga diaplikasikan dalam skala yang lebih kecil. Contohnya konsep ekonomi sirkular dari pemanfaatan limbah yang telah dilakukan GGF, selain memberi nilai bagi perusahaan, juga bermanfaat bagi warga masyarakat sekitar.
"Melalui pelatihan pengenalan biogas ini semoga ada manfaat ilmu yang bisa dipetik untuk bisa dimanfaatkan oleh masyarakat," kata dia.
Dalam hal ini, Sustainability Project Manager, Julius Sugarjanto selaku pemateri tetang biogas menjelaskan bahwa kotoran sapi yang tidak dikelola dengan baik dapat menyebabkan ganguan kesehatan.
Biogas merupakan gas yang dihasilkan oleh aktivitas fermentasi dari bahan organik, termasuk di antaranya kotoran hewan seperti sapi, limbah rumah tangga, dan sampah organik yang bisa diproses oleh mikroba.
Disamping langkah-langkah pembuatan biogas dari kotoran sapi dalam skala rumahan, secara detail juga dijelaskan soal potensi biogas dan prinsip kerja pemanfaatan biogas.
"Keuntungan mengolah kotoran sapi menjadi biogas di antaranya adalah mendapatkan sumber energi atau bahan bakar ramah lingkungan, daerah sekitar menjadi bersih, dan sisa pengolahan bisa menjadi pupuk organik," katanya.
Pelatihan dilaksanakan pada Selasa, 27 Oktober 2020, di Masjid Thobul Qolbi Dusun I Rantaujaya Udik, Kecamatan Sukadana, Kabupaten Lampung Timur.
"Pelatihan pengenalan biogas merupakan sarana berbagi ilmu pengetahuan tentang biogas dari kotoran sapi yang bisa dimanfaatkan oleh manusia," kata Assisten Manager People & Community Sustainability GGF, Gilang M Nugraha, Kamis.
Dia melanjutkan pelatihan yang dibuka oleh Kepala Seksi Wilayah I Taman Nasional Way Kambas itu diikuti sebanyak 20 orang dari warga setempat.
Nilai tambah dari pemanfaatan limbah pada skala perusahaan tampaknya bisa juga diaplikasikan dalam skala yang lebih kecil. Contohnya konsep ekonomi sirkular dari pemanfaatan limbah yang telah dilakukan GGF, selain memberi nilai bagi perusahaan, juga bermanfaat bagi warga masyarakat sekitar.
"Melalui pelatihan pengenalan biogas ini semoga ada manfaat ilmu yang bisa dipetik untuk bisa dimanfaatkan oleh masyarakat," kata dia.
Dalam hal ini, Sustainability Project Manager, Julius Sugarjanto selaku pemateri tetang biogas menjelaskan bahwa kotoran sapi yang tidak dikelola dengan baik dapat menyebabkan ganguan kesehatan.
Biogas merupakan gas yang dihasilkan oleh aktivitas fermentasi dari bahan organik, termasuk di antaranya kotoran hewan seperti sapi, limbah rumah tangga, dan sampah organik yang bisa diproses oleh mikroba.
Disamping langkah-langkah pembuatan biogas dari kotoran sapi dalam skala rumahan, secara detail juga dijelaskan soal potensi biogas dan prinsip kerja pemanfaatan biogas.
"Keuntungan mengolah kotoran sapi menjadi biogas di antaranya adalah mendapatkan sumber energi atau bahan bakar ramah lingkungan, daerah sekitar menjadi bersih, dan sisa pengolahan bisa menjadi pupuk organik," katanya.