Gianyar (ANTARA) - Desa Pejeng Kangin, Tampaksiring, Kabupaten Gianyar, Bali, memberikan tur wisata secara virtual bagi wisatawan Jepang, yang dijadwalkan berlangsung setiap Sabtu dan Minggu, selama masa COVID-19.
 
"Sementara baru satu ada A2 Japanese Agent, kemudian ada satu agen lagi masih proses penjajakan dan karena masih satu agen dan spesial dari Jepang jadi tamunya yang ikut nonton juga dari Jepang. Dengan durasi sekitar dua sampai tiga jam," kata Kepala Dusun Banjar Dinas Pesalakan, Desa Pejeng Kangin, Tampaksiring, Gianyar, Made Astawa saat dikonfirmasi di Gianyar, Senin.
 
Ia menjelaskan dalam paket tur wisata secara virtual tersebut memperlihatkan aktivitas warga di pedesaan sehingga terlihat alami. Kemudian, aktivitas di persawahan, kegiatan kerajinan tenun dan belajar memasak masakan Bali. Kegiatan tur wisata secara virtual tersebut akan dipandu oleh pemandu wisata yang ahli dalam bahasa Jepang.
Baca juga: Perwakilan 150 agen perjalanan wisata ikuti 'travel gathering We Love Bali'
 
Terkait dengan kelebihan yang ditawarkan dari tur wisata virtual ini yaitu memberikan ruang terhadap para wisatawan yang ingin berwisata ke Bali, namun tidak dapat mengunjungi lokasinya langsung, dan dapat menikmati kegiatan-kegiatan di pedesaan melalui virtual. Selain itu, memberikan kesempatan bagi warga Desa Pejeng Kangin untuk mengembangkan inovasi baru dan lebih kreatif memanfaatkan teknologi.
 
Sedangkan untuk kekurangannya ada di durasi waktu, karena tur wisata secara virtual tidak bisa berlangsung lama karena bisa membuat penonton cepat bosan. Untuk itu, masing pemandu wisata akan memandu tur wisata virtual satu sampai dua jam.
 
Ia mengatakan bahwa tur wisata secara virtual bermanfaat untuk wisatawan yang rindu dengan Bali sekaligus menjadi ajang promosi untuk pariwisata di Desa Pejeng kedepannya.
 
"Apalagi beberapa bandara masih belum buka untuk penerbangan, dan di Bali juga angka COVID masih tinggi sehingga agar tur wisata tetap jalan, maka kesempatan ini dibuka. Selain itu, waktu yang terbatas akan membuat tamu yang nonton penasaran dan suatu saat dibuka lagi kemudian mereka akan datang dan melihat langsung," kata Astawa.

Secara teknis tur wisata virtual ini akan berlangsung setiap Sabtu dan Minggu dengan mengambil rute dari rumah warga, kemudian menuju persawahan dan setelah itu menuju tempat tenun.
 
Astawa mengatakan satu prinsip yang dipegang teguh yaitu tetap menawarkan situasi pedesaan yang alami meskipun hanya virtual. Setiap Sabtu dan Minggu berjalan dengan konsep yang sama, namun kejadian alami setiap harinya pasti berbeda-beda.
 
"Yang kita lihat di jalan, yang kita lihat di sawah dan aktivitas di tempat tenun kemungkinan besar berbeda. Untuk agen Jepang A2 ini kita baru ada dua penawaran. 1 jam village tour dan 1 jam kelas memasak. Secara ekonomi tentunya yang langsung dapat kita nikmati. Yang pasti pemandu wisata dibayar dan kelompok tenun berupa donasi serta untuk desa kami terutama tenun saat ini dapat promosi gratis langsung dilihat oleh wisatawan Jepang," katanya.
 
Ia menambahkan pada minggu pertama tur wisata ini terlihat dampaknya secara signifikan. Dari wisatawan Jepang sudah ada yang ingin melakukan pemesanan, dan menanyakan harga untuk kain tenun di Desa Pejeng Kangin.

"Meskipun sifatnya virtual tapi tidak menutup kemungkinan membawa dampak ekonomi kepada kami. Selain mendapat penghasilan di masa sulit ini walau pun kecil, yang jauh lebih penting adalah memperkenalkan desa kami ke Internasional," ujarnya pula.
Baca juga: Dispar Kota Denpasar verifikasi penerapan protokol 16 hotel, satu destinasi wisata
Baca juga: Setelah pariwisata Bali dibuka, wisatawan domestik mulai kunjungi wisata bahari

Pewarta : Ayu Khania Pranishita
Editor : Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2024