Bandarlampung (ANTARA) - Anggota Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI melakukan kunjungan kerja ke Great Giant Foods (GGF) Terbanggi Besar, Lampung Tengah pada Selasa tanggal 21 Juli 2020.

Dalam kunjungan tersebut, sebanyak 17 orang anggota DPR RI didampingi oleh Bupati Lampung Tengah, Ditjen Tanaman Pangan, Ditjen Hortikultura, Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, dan pejabat dari Pemprov Lampung.

Rombongan disambut di Training Center GGF oleh Head of Corporate Affairs Directorate GGF Welly Sugiyono, Beni R Johan (Great Giant Livestock), Supriono Loekito (Fresh Fruit), Halim Sunarto Jaya (Factory), Hendri Tanujaya (Corporate Affairs), Arief Fathullah (Sustainability), Iwan Zumrotul (Emergency Rescue Team), Deni Kurniawan (Cannery), Nana Kupriatin (BP), Eko Irianto (Label), Kevin Raharja (LOB), Paulina Yuniarsih (Breeding).

Selanjutnya rombongan mengunjungi proses produksi di factory, penggemukan sapi di GGL dan instalasi proses pupuk cair LOB (Liquid Organic Biofertilizer).

Dalam kesempatan itu, Welly Soegiono menyampaikan ucapan selamat datang dan terima kasih kepada rombongan atas kunjungannya ke GGF selaku perusahaan hortikultura yang mempekerjakan sekitar 20-25 ribu tenaga kerja.

"Jadi di tengah pandemi COVID-19 ini semua masih beroperasi seperti biasa di perusahaan kami," kata Welly Soegiono, di Lampung Tengah.

Dalam mencegah terjadi penyebaran COVID-19, manajemen GGF menerapkan protokol kesehatan dengan ketat di setiap proses produksi termasuk protokol kesehatan kepada setiap tamu yang berkunjung ke GGF. 
Baca juga: GGF hadir dalam festival UMKM di era new normal


Welly menjelaskan bahwa GGF selama tahun 2019 telah berhasil mengekspor buah dalam kaleng sekitar 13.500 kontainer dan buah segar sebanyak 4.000 kontainer ke mancanegara.

Dia menyatakan bahwa Indonesia pada tahun 2020 ini menjadi pemasok (supplier) nanas terintegrasi terbesar di dunia. 

Untuk mengantisipasi permintaan buah yang terus meningkat, GGF mengembangkan program dengan pola Creating Shared Value (CSV).

"Dengan model CSV yang diterapkan pertama kali di Tanggamus Lampung, petani sudah bisa ekspor pisang mas ke China," kata dia.

Model CSV akan terus dikembangkan di berbagai daerah setelah Tanggamus Lampung berlanjut ke Jembrana Bali, Bener Meriah Aceh, Bondowoso Jawa Timur, dan rencananya akan dikembangkan pada beberapa wilayah lain di wilayah timur Indonesia untuk memudahkan ekspor ke Jepang dan China.

Untuk mendukung program CSV diterapkan aplikasi sistem e-Grower dan program ini telah dicanangkan oleh Menteri Perindustrian pada tahun 2019 lalu.

"Harapannya Progran CSV terus berkembang untuk bisa meningkatkan penghasilan masyarakat, karena dijamin harga tetap stabil tidak jatuh ketika panen raya. Harga jual pisang ditentukan sesuai kontrak per tahun," kata dia lagi.

Dengan adanya program ini, kebun GGF di Lampung bisa fokus ekspor, sedangkan kebutuhan lokal sepeti Bali dan Surabaya bisa dipasok dari produksi lokal dengan mitra CSV.

Melihat kondisi riil GGF, ketua rombongan Komisi IV DPR RI Sudin mengapresiasi kegiatan usaha buah hortikultura GGF yang telah menghasilkan buah untuk ekspor dan mempekerjakan banyak karyawan. 

Lebih lanjut mereka mengharapkan ada pengembangan kemitraan pola CSV di daerah-daerah seperti NTB, NTT, Sulawesi, dan daerah-daerah lain di Indonesia.
Baca juga: PT GGP terima penghargaan dari Kementerian LHK

(ADV)

Pewarta : Damiri
Editor : Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2024