Atlanta (ANTARA) - Sebuah kajian terbaru memprediksi hampir 135.000 kasus kematian akibat COVID-19 di Amerika Serikat (AS) terjadi hingga awal Agustus, menurut Institut Metrik dan Evaluasi Kesehatan (IHME) Universitas Washington pada Senin (4/5).
Dalam kajian itu disebutkan angka prediksi kasus kematian secara rinci, yakni 134.475 yang diambil dari nilai tengah antara 95.092 dan 242.890, hampir dua kali lipat dari angka yang diramalkan sebelumnya hingga pertengahan April.
Kenaikannya diperkirakan lebih dari 62.000, kasus dibandingkan prediksi sebelumnya itu, dengan catatan sebanyak 8.700 kasus lebih terjadi di negara bagian New Jersey dan 7.800 kasus lebih di New York.
Prediksi baru tersebut sedikit banyak mencerminkan peningkatan mobilitas masyarakat, khususnya dengan pelonggaran aturan pembatasan sosial yang rencananya dilakukan di 31 negara bagian pada 11 Mei, kata IHME--yang model kajiannya digunakan di Gedung Putih.
Menurut IHME, peningkatan mobilitas tersebut juga berarti peningkatan kontak antarmanusia yang memperbesar risiko penularan virus corona.
"Model kajian baru ini adalah dasar untuk perkiraan jumlah kematian di AS yang serius," kata direktur IHME, Christopher Murray, dengan asumsi bahwa aturan pemerintah yang saat ini diterapkan masih terus diberlakukan hingga angka infeksi rendah.
"Pada saat ini, kami yakin bahwa efek suhu udara pada penularan sangatlah penting, namun minimal. Seiring dengan mulainya musim panas dan suhu yang naik, kami akan mempelajari lebih jauh dan akan merevisi prediksi kami jika hal itu relevan secara statistik," Murray melanjutkan.
Sumber: Reuters
Dalam kajian itu disebutkan angka prediksi kasus kematian secara rinci, yakni 134.475 yang diambil dari nilai tengah antara 95.092 dan 242.890, hampir dua kali lipat dari angka yang diramalkan sebelumnya hingga pertengahan April.
Kenaikannya diperkirakan lebih dari 62.000, kasus dibandingkan prediksi sebelumnya itu, dengan catatan sebanyak 8.700 kasus lebih terjadi di negara bagian New Jersey dan 7.800 kasus lebih di New York.
Prediksi baru tersebut sedikit banyak mencerminkan peningkatan mobilitas masyarakat, khususnya dengan pelonggaran aturan pembatasan sosial yang rencananya dilakukan di 31 negara bagian pada 11 Mei, kata IHME--yang model kajiannya digunakan di Gedung Putih.
Menurut IHME, peningkatan mobilitas tersebut juga berarti peningkatan kontak antarmanusia yang memperbesar risiko penularan virus corona.
"Model kajian baru ini adalah dasar untuk perkiraan jumlah kematian di AS yang serius," kata direktur IHME, Christopher Murray, dengan asumsi bahwa aturan pemerintah yang saat ini diterapkan masih terus diberlakukan hingga angka infeksi rendah.
"Pada saat ini, kami yakin bahwa efek suhu udara pada penularan sangatlah penting, namun minimal. Seiring dengan mulainya musim panas dan suhu yang naik, kami akan mempelajari lebih jauh dan akan merevisi prediksi kami jika hal itu relevan secara statistik," Murray melanjutkan.
Sumber: Reuters