Bandarlampung (ANTARA) - Sebanyak 41 santriwati dari Pondok Modern Darussalam Gontor Putri 1, Mantingan, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, akhirnya tiba di daerah asalnya, Lampung, setelah melakukan sejumlah protokoler dan berkoordinasi mulai tingkat Mabes Polri hingga polres.
"Ya, terkait santriwati ini bisa masuk Lampung tadi saya sudah tanya kepada panita mereka telah mendapatkan izin jalan dan berkoordinasi dengan instansi terkait sehingga pemulangan santri dari Jawa Timur ke Lampung berjalan lancar," kata Kepala Terminal Induk Rajabasa Denny Wijdan di Bandarlampung, Minggu.
Ia mengatakan bahwa secara administrasi rombongan santri tersebut membawa surat keterangan sehat dari Kabupaten Ngawi dan juga izin surat izin melintas dari Kapolres Ngawi. Ditambah lagi, ada surat dari kepala dinas perhubungan setempat yang isinya juga bersifat sama, yakni mengantarkan santriwati asal Lampung.
"Santri-santri ini merupakan mereka yang telah lulus pendidikan di pondok pesantren dan mereka tidak akan kembali ke sana. Sampai di sini, kami hanya menjalankan protokol kesehatan, seperti mengecek suhu tubuh dan mendatan mereka," katanya.
Setelah mendata para santriwati ini, pihaknya akan menyerahkan data itu ke dinas kesehatan, selanjutnya memantau mereka.
Pengurus Ikatan Pondok Modern (IK-PM) Gontor Lampung Abdul Malik Ghozali menjelaskan bahwa kedatangan santri dari Gontor tersebut karena mereka memang sudah selesai dan lulus pendidikan di pesantrennya dan tidak akan kembali lagi ke sana.
"Maka itu, kami dengan perjuangan keras mengurus izin pulang mereka untuk bisa kembali ke Lampung sebab bila anak-anak kami tetap di sana akan menjadi masalah tersendiri juga," katanya.
Ia menjelaskan bahwa santriwati itu sudah 2 tahun tidak bertemu orang tuanya. Di sisi lain, mereka telah selesai mondok di Gontor.
Menurut dia, untuk mengurus proses izin tersebut tidaklah mudah karena harus memintanya kepda pihak kepolisian, seperti ke Mabes Polri dan kapolda di setiap sektor yang dilalui oleh rombongan santriwati ini.
"Selama perjalanan pun anak-anak kami telah melakukan protokol kesehatan, seperti memakai masker hingga tiba di sini. Bahkan, bus yang biasanya berisi lima puluh orang menjadi 20 orang saja untuk menerapkan jaga jarak di antara santriwati meski kami mengeluarkan biaya yang berlebih karena kami hanya ingin mengikuti aturan saja," katanya.
Ia pun memastikan bahwa santri-santri ini dalam keadaan sehat dan jauh dari paparan COVID-19 karena saat adanya status darurat bencana oleh Pemerintah, Ponpes Gontor telah menerapkan protokol kesehatan bagi para anak didiknya.
"Bahkan, orang tua santri sejak ada status tanggap darurat bencana tidak ada yang boleh menjenguk anaknya di pondok, apalagi di sana juga ada dokter dan perawatnya untuk mengecek kesehatan anak-anak kami," ujarnya.
"Ya, terkait santriwati ini bisa masuk Lampung tadi saya sudah tanya kepada panita mereka telah mendapatkan izin jalan dan berkoordinasi dengan instansi terkait sehingga pemulangan santri dari Jawa Timur ke Lampung berjalan lancar," kata Kepala Terminal Induk Rajabasa Denny Wijdan di Bandarlampung, Minggu.
Ia mengatakan bahwa secara administrasi rombongan santri tersebut membawa surat keterangan sehat dari Kabupaten Ngawi dan juga izin surat izin melintas dari Kapolres Ngawi. Ditambah lagi, ada surat dari kepala dinas perhubungan setempat yang isinya juga bersifat sama, yakni mengantarkan santriwati asal Lampung.
"Santri-santri ini merupakan mereka yang telah lulus pendidikan di pondok pesantren dan mereka tidak akan kembali ke sana. Sampai di sini, kami hanya menjalankan protokol kesehatan, seperti mengecek suhu tubuh dan mendatan mereka," katanya.
Setelah mendata para santriwati ini, pihaknya akan menyerahkan data itu ke dinas kesehatan, selanjutnya memantau mereka.
Pengurus Ikatan Pondok Modern (IK-PM) Gontor Lampung Abdul Malik Ghozali menjelaskan bahwa kedatangan santri dari Gontor tersebut karena mereka memang sudah selesai dan lulus pendidikan di pesantrennya dan tidak akan kembali lagi ke sana.
"Maka itu, kami dengan perjuangan keras mengurus izin pulang mereka untuk bisa kembali ke Lampung sebab bila anak-anak kami tetap di sana akan menjadi masalah tersendiri juga," katanya.
Ia menjelaskan bahwa santriwati itu sudah 2 tahun tidak bertemu orang tuanya. Di sisi lain, mereka telah selesai mondok di Gontor.
Menurut dia, untuk mengurus proses izin tersebut tidaklah mudah karena harus memintanya kepda pihak kepolisian, seperti ke Mabes Polri dan kapolda di setiap sektor yang dilalui oleh rombongan santriwati ini.
"Selama perjalanan pun anak-anak kami telah melakukan protokol kesehatan, seperti memakai masker hingga tiba di sini. Bahkan, bus yang biasanya berisi lima puluh orang menjadi 20 orang saja untuk menerapkan jaga jarak di antara santriwati meski kami mengeluarkan biaya yang berlebih karena kami hanya ingin mengikuti aturan saja," katanya.
Ia pun memastikan bahwa santri-santri ini dalam keadaan sehat dan jauh dari paparan COVID-19 karena saat adanya status darurat bencana oleh Pemerintah, Ponpes Gontor telah menerapkan protokol kesehatan bagi para anak didiknya.
"Bahkan, orang tua santri sejak ada status tanggap darurat bencana tidak ada yang boleh menjenguk anaknya di pondok, apalagi di sana juga ada dokter dan perawatnya untuk mengecek kesehatan anak-anak kami," ujarnya.