New York (ANTARA) - Kandidat terkuat calon presiden Amerika Serikat (AS) dari Partai Demokrat, Joe Biden, meraih dukungan dari Hillary Clinton pada Selasa (28/7), memuluskan kampanyenya yang menyasar pemilih perempuan.
"Saya senang bisa menjadi bagian dari kampanye Anda, bukan sekadar memberi dukungan namun juga membantu menyoroti banyak isu yang dipertaruhkan dalam pemilihan presiden ini," ujar Clinton dalam pernyataan yang disiarkan daring di tengah wabah corona.
Dukungan dari Clinton datang di saat yang tepat di tengah krisis dampak pandemi COVID-19 terhadap perempuan, mengingat Biden menyasar pemilih perempuan dan kelompok pemilih kunci lainnya serta berjanji akan memilih perempuan sebagai calon wakil presiden.
Clinton, yang pernah menjabat sebagai menteri luar negeri, senator, dan juga ibu negara, mengalami kekalahan pada pemilu presiden tahun 2016 lalu dari Donald Trump, kandidat Partai Republik--sekalipun dia menang dalam survei popularitas kala itu.
Dia juga kalah pada pemilu tahun 2008, dengan Barack Obama sebagai presiden dan Biden menjadi wakil presiden.
Kekalahan Clinton empat tahun silam masih menyisakan kemarahan dan kekhawatiran di antara kelompok liberal, termasuk mereka yang bergelut untuk memilih siapa kandidat yang tepat kali ini.
Bagaimanapun, jajak pendapat menunjukkan bahwa pemilih perempuan cenderung lebih memilih Cinton daripada Trump ada pertarungan mereka di 2016, sehingga pernyataan dukungan Clinton pada Biden diperkirakan dapat memberi peranan penting pada pemilu tahun ini.
Biden dan Clinton mengampanyekan kebutuhan untuk mendefinisikan aborsi sebagai kesehatan yang esensial selama pandemi COVID-19, serta menyediakan subsidi untuk para korban kekerasan dalam rumah tangga yang memaksa mereka harus tidak bekerja.
Juru kampanye Trump, Brad Parscale, menanggapi pemberian dukungan tersebut dalam sebuah pernyataan.
"Tidak ada penggabungan yang lebih hebat pada Partai Demokrat selain Joe Biden dan Hillary Clinton disatukan bersama. (Namun) Presiden Trump pernah mengalahkan Clinton, dan akan kembali mengalahkan kandidat yang dia (Clinton) pilih sekarang," kata Parscale.
Sumber: Reuters
"Saya senang bisa menjadi bagian dari kampanye Anda, bukan sekadar memberi dukungan namun juga membantu menyoroti banyak isu yang dipertaruhkan dalam pemilihan presiden ini," ujar Clinton dalam pernyataan yang disiarkan daring di tengah wabah corona.
Dukungan dari Clinton datang di saat yang tepat di tengah krisis dampak pandemi COVID-19 terhadap perempuan, mengingat Biden menyasar pemilih perempuan dan kelompok pemilih kunci lainnya serta berjanji akan memilih perempuan sebagai calon wakil presiden.
Clinton, yang pernah menjabat sebagai menteri luar negeri, senator, dan juga ibu negara, mengalami kekalahan pada pemilu presiden tahun 2016 lalu dari Donald Trump, kandidat Partai Republik--sekalipun dia menang dalam survei popularitas kala itu.
Dia juga kalah pada pemilu tahun 2008, dengan Barack Obama sebagai presiden dan Biden menjadi wakil presiden.
Kekalahan Clinton empat tahun silam masih menyisakan kemarahan dan kekhawatiran di antara kelompok liberal, termasuk mereka yang bergelut untuk memilih siapa kandidat yang tepat kali ini.
Bagaimanapun, jajak pendapat menunjukkan bahwa pemilih perempuan cenderung lebih memilih Cinton daripada Trump ada pertarungan mereka di 2016, sehingga pernyataan dukungan Clinton pada Biden diperkirakan dapat memberi peranan penting pada pemilu tahun ini.
Biden dan Clinton mengampanyekan kebutuhan untuk mendefinisikan aborsi sebagai kesehatan yang esensial selama pandemi COVID-19, serta menyediakan subsidi untuk para korban kekerasan dalam rumah tangga yang memaksa mereka harus tidak bekerja.
Juru kampanye Trump, Brad Parscale, menanggapi pemberian dukungan tersebut dalam sebuah pernyataan.
"Tidak ada penggabungan yang lebih hebat pada Partai Demokrat selain Joe Biden dan Hillary Clinton disatukan bersama. (Namun) Presiden Trump pernah mengalahkan Clinton, dan akan kembali mengalahkan kandidat yang dia (Clinton) pilih sekarang," kata Parscale.
Sumber: Reuters