Mentok, Babel (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bangka Barat, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) menargetkan jumlah kunjungan 220.000 wisatawan pada 2020.
"Jumlah tersebut cukup realistis dan kami optimistis mampu memenuhinya seiring berkembangnya berbagai kegiatan budaya lokal," kata Sekretaris Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bangka Barat, Bambang Haryo Suseno, di Mentok, Rabu.
Ia menjelaskan, agenda kegiatan adat dan budaya tahunan di daerah itu merupakan daya tarik tersendiri bagi wisatawan dalam dan luar daerah.
Beberapa kegiatan adat dan budaya tahunan, seperti perang ketupat di Tempilang, tujuh likur di Mancung, ziarah kubur kute seribu di Mentok, cap go meh di Parittiga dan lainnya merupakan kegiatan yang selalu menyedot perhatian wisatawan.
"Sejumlah agenda budaya, adat dan kegiatan keagamaan tersebut yang akan terus kami perhatikan dan kemas agar semakin berkembang dan mampu menjadi lebih menarik," katanya.
Dalam pengembangan kegiatan yang sudah berjalan, pihaknya tetap akan memperhatikan hal-hal penting agar kegiatan yang berjalan semakin memberi arti penting bagi masyarakat yang menggelar kegiatan itu.
"Arti penting digelarnya kegiatan itu harus semakin dipahami masyarakat setempat secara menyeluruh agar adat dan budaya bisa terus dilestarikan," ujarnya.
Baca juga: Museum Timah Indonesia Muntok, destinasi wisata sejarah unggulan Bangka Barat
Selain itu, pihaknya juga akan melakukan pengkajian terhadap beberapa kegiatan adat dan budaya yang sudah ada agar bisa dipahami secara menyeluruh oleh masyarakat setempat.
"Warisan budaya turun menurun tersebut harus dipahami secara menyeluruh dan bisa menjadi jati diri masyarakat setempat, dengan pola tersebut warga bisa dengan swadaya memelihara dan melestarikan budaya yang ada di daerah tempat tinggalnya," katanya.
Dengan terpeliharanya adat dan budaya lokal, diyakini akan mampu memberi warna dan keragaman khasanah budaya lokal sekaligus daya tarik bagi wisatawan untuk datang ke daerah itu.
"Kami yakin dengan mempertajam daya tarik kegiatan adat budaya lokal dan pendampingan dalam pengembangan kegiatan tersebut akan mampu meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan yang nantinya akan mampu membantu perekonomian masyarakat dan pendapatan daerah," katanya.
Baca juga: Wisata mangrove jadi harapan baru warga pesisir Tanjungpunai, Bangka Barat
"Jumlah tersebut cukup realistis dan kami optimistis mampu memenuhinya seiring berkembangnya berbagai kegiatan budaya lokal," kata Sekretaris Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bangka Barat, Bambang Haryo Suseno, di Mentok, Rabu.
Ia menjelaskan, agenda kegiatan adat dan budaya tahunan di daerah itu merupakan daya tarik tersendiri bagi wisatawan dalam dan luar daerah.
Beberapa kegiatan adat dan budaya tahunan, seperti perang ketupat di Tempilang, tujuh likur di Mancung, ziarah kubur kute seribu di Mentok, cap go meh di Parittiga dan lainnya merupakan kegiatan yang selalu menyedot perhatian wisatawan.
"Sejumlah agenda budaya, adat dan kegiatan keagamaan tersebut yang akan terus kami perhatikan dan kemas agar semakin berkembang dan mampu menjadi lebih menarik," katanya.
Dalam pengembangan kegiatan yang sudah berjalan, pihaknya tetap akan memperhatikan hal-hal penting agar kegiatan yang berjalan semakin memberi arti penting bagi masyarakat yang menggelar kegiatan itu.
"Arti penting digelarnya kegiatan itu harus semakin dipahami masyarakat setempat secara menyeluruh agar adat dan budaya bisa terus dilestarikan," ujarnya.
Baca juga: Museum Timah Indonesia Muntok, destinasi wisata sejarah unggulan Bangka Barat
Selain itu, pihaknya juga akan melakukan pengkajian terhadap beberapa kegiatan adat dan budaya yang sudah ada agar bisa dipahami secara menyeluruh oleh masyarakat setempat.
"Warisan budaya turun menurun tersebut harus dipahami secara menyeluruh dan bisa menjadi jati diri masyarakat setempat, dengan pola tersebut warga bisa dengan swadaya memelihara dan melestarikan budaya yang ada di daerah tempat tinggalnya," katanya.
Dengan terpeliharanya adat dan budaya lokal, diyakini akan mampu memberi warna dan keragaman khasanah budaya lokal sekaligus daya tarik bagi wisatawan untuk datang ke daerah itu.
"Kami yakin dengan mempertajam daya tarik kegiatan adat budaya lokal dan pendampingan dalam pengembangan kegiatan tersebut akan mampu meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan yang nantinya akan mampu membantu perekonomian masyarakat dan pendapatan daerah," katanya.
Baca juga: Wisata mangrove jadi harapan baru warga pesisir Tanjungpunai, Bangka Barat