Dubai (ANTARA) - Menteri luar negeri Iran mengatakan pada Kamis bahwa tiga negara Eropa "angkat tangan" menghadapi ancaman tarif baru AS terhadap produk miliknya ketika mereka mencetuskan mekanisme sengketa dalam perjanjian nuklir, sebuah langkah yang dapat berujung pada pemberlakuan kembali sanksi PBB.
Perjanjian nuklir, JCPOA, disepakati pada 2015 antara Teheran dan negara besar dunia. Presiden Amerika Serikat Donald Trump hengkang dari perjanjian itu pada 2018 dan memberlakukan sanksi keras AS terhadap Iran. Trump mengatakan kepada Teheran bahwa ia menginginkan perjanjian baru yang lebih luas tentang nuklir dan sejumlah isu lainnya.
"Kebijakan diplomatik dikonfirmasi. E3 menjual sisa-sisa #JCPOA untuk menghindari tarif baru Trump. Itu tak akan berhasil kawanku. Anda hanya merangsang nafsunya. Ingat perisakan sewaktu SMA kalian?" cuit Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif di Twitter.
Washington Post pada Rabu melansir bahwa pemerintahan Trump mengancam akan memberlakukan tarif 25 persen terhadap impor mobil Eropa jika Inggris, Prancis dan juga Jerman tidak secara resmi menuding Iran melanggar perjanjian nuklir 2015.
Sumber: Reuters
Perjanjian nuklir, JCPOA, disepakati pada 2015 antara Teheran dan negara besar dunia. Presiden Amerika Serikat Donald Trump hengkang dari perjanjian itu pada 2018 dan memberlakukan sanksi keras AS terhadap Iran. Trump mengatakan kepada Teheran bahwa ia menginginkan perjanjian baru yang lebih luas tentang nuklir dan sejumlah isu lainnya.
"Kebijakan diplomatik dikonfirmasi. E3 menjual sisa-sisa #JCPOA untuk menghindari tarif baru Trump. Itu tak akan berhasil kawanku. Anda hanya merangsang nafsunya. Ingat perisakan sewaktu SMA kalian?" cuit Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif di Twitter.
Washington Post pada Rabu melansir bahwa pemerintahan Trump mengancam akan memberlakukan tarif 25 persen terhadap impor mobil Eropa jika Inggris, Prancis dan juga Jerman tidak secara resmi menuding Iran melanggar perjanjian nuklir 2015.
Sumber: Reuters